Selasa, Desember 31, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 16



Sore hari ini Bandara Soekarno Hatta terlihat sangat ramai, sama seperi pikiranku, kacau. Sesampainya ditempat ini aku langsung mencari LED TV yang menampilkan jadwal keberangkatan manuju Paris. Ah, pukul 16:45 salah satu pesawat Garuda Indonesia akan lepas landas. "Aku yakin Emir pasti sedang berada pada pesawat ini..!”
 
Aku segera berjalan cepat menuju counter Maskapai Garuda Indonesia tanpa memerhatikan sekelilingku. 

“Selamat sore bu, ada yang bisa saya bantu?” Tanya seorang wanita cantik yang berdiri dibalik kaca didepanku.

“Apa ada satu tiket tersisa untuk keberangkatan menuju Paris sore ini?”
 
“Saya akan mencarinya..”

Aku menunggu sambil berdoa supaya ada secercah harapan dan keajaiban aku bisa bertemu dengan Emir secepatnya. 

Aku menahan napas saat wanita itu membuka mulutnya untuk menentukan nasibku. Sepertinya harapan tidak selamanya akan sesuai dengan kenyataan. 

Tiket menuju Paris sore ini sudah habis, dan lebih buruknya. Pesawat itu sudah berangkat sepuluh menit yang lalu.

“Keberangkatan selanjutnya nanti malam pukul sepuluh, dan tiket sudah terjual habis..”

“Baik, terimakasih..”

Pupus sudah harapanku akan bertemu laki-laki jangkung itu. Aku segera mencari tiket lagi dibeberapa counter maskapai internasional yang mungkin bisa mambawaku pada salah satu kota teromantis di dunia. 

Aku rela mengeluarkan berapa uang pun supaya aku dapat terbang menuju Paris, meski itu akan menghabiskan sebagian gajiku untuk sebulan ini. Dan disinilah aku, berdiri mematung ditengah keramaian bandara Paris

Rabu, Desember 25, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 15

Aku tiba pukul sembilan malam, gerbang terlihat rapat tertutup, begitu pula dengan pintu luar. Suara nyaring dari siaran televisi tak terdengar saat aku masuk ruang tamu. Biasanya, Kai atau Emir masih selonjoran di sofa menunggu siaran langsung liga inggris atau spanyol. Aku beranikan diri untuk melihat ke taman belakang, kosong. Aku melangkah menuju kamar Kai, dikunci. Begitu pula kamar Emir yang bersebelahan. Rumah ini sepi. Sangat. Pasti bibi sudah tidur. Aku tak ingin mengganggunya, mungkin besok, keadaan akan lebih baik. 
Toktoktok.. 
Sudah dua hari pintu kamar Emir dan Kai terkunci rapat. Aneh. Mereka tak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Ini membuat aku sangat gerah.
"Bibi.." Panggilku saat aku berada di dapur.

"Ya non?" Balasnya.

"Bi, kamar Emir sama adiknya dikunci gitu. Bibi tau kemana?" Tanyaku. Bibi terlihat menghindari tatapan mataku yang tajam. Sesuatu yang janggal.. "Bi?" Alisku terangkat satu. 
"Den Emir sama adiknya pergi non," Bibi menjelaskan dengan sangat lamban dan ragu-ragu untuk menceritakannya. "Bawa koper yang gede keluar--"
"Mereka kemana?!" Aku memotong penjelasan Bibi, aku sangat khawatir. 
"Gak tau non, mereka bilang mau balik.." Jawabnya. 

Rabu, Oktober 16, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 14





"Ehem. Ada yang lagi mikirin aku ya?" Suara Emir tiba-tiba terdengar keras di telingaku. Aku pastikan wajah Emir berada diatas bahu kananku persis. Aku hanya bisa menghembuskan napas berat. 

"Engga lah, lagian kamu kan cuma pergi sebentar." Kataku. 

Hening..

"Van..?" Panggil Emir yang masih dalam posisi seperti itu.

"Liat ke kanan deh.." Pinta Emir. Aku tahu yang akan terjadi setelah ini. Saat aku mengalingkan pandangan ku ke arah Emir.. Hap! Bibir Emir mendarat mulus di pipiku. Emir.. 

Tapi sepertinya bukan itu saja kejutan dari Emir. Aku melihat bungkusan plastik yang sangat besar berada diatas kap mesin Rush. Plastik besar yang memuat beberapa kotak yang bisa aku pastikan itu berisi coklat. Aku segera berlari mengambil plastik itu dan membawanya kembali ke sofa. Aku bongkar paksa isi plastik itu. Yes. Benar! Plastik ini penuh dengan kotak-kotak coklat! Dari coklat berbentuk persegi panjang hingga bulat. Dari dark chocolate hingga sweet chocolate. Dari coklat berwarna putih hingga coklat tua. Dari coklat dalam negeri ataupun luar negeri. Ini sangat.. Luaar biasaaa! 

Emir Love Story: "Memories" - PART 13

Hari ini menginjak hari ke tiga dia dan adiknya tinggal di rumahku. Kalau bukan gara-gara Mama, mungkin mereka tak akan ada disini dan mungkin aku tak akan pernah memperbaiki hubunganku dengan Emir.

Tiga hari ini terakhir ini, aku juga bertugas untuk menyiapkan sarapan untuk mereka. Tentunya dibantu oleh bibi. Telur mata sapi, sosis rebus, roti panggang dan selai tiga rasa sudah terpajang di meja makan. Tak lama mama menghampiriku, dengan baju yang rapih. 

"Mama pergi dulu ya sayang.. Ada client di butik kita." Katanya sambil mencium pipi ku. 

Pergi? Bukankah selama tiga hari penuh ini dia selalu pergi? Bahkan kita hanya bertemu dipagi hari dan malam hari. Lalu, buat apa Mama ke Jakarta kalau hanya mengurusi butik-butik itu? Apakah butik-butik Mama saja yang butuh perhatian? Aku apa, Ma?

Kamis, Agustus 29, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 12

Damn. Kai membawa Emir masuk ke resto. Semakin dekat, dekat dan.. Tiba di meja kami. Aku berdiri untuk membalas jabatan tangannya. Lama, tangannya yang semakin kuat menahan tanganku yang ada digengamannya. Dia melihat ke arahku dari atas ke bawah. Terlihat kagum dibola matanya. Hess. 

"Formal? Tidak dengan baju yang bau mu itu."
Ini bukan ke kaguman! Ini ejekan! 


Suara Emir tetap sama, begitu pula senyumnya. Aku melepaskan gengamannya dengan sedikit paksaan. Dan dia duduk disebelahku. Memesan minuman dan kembali mengalihkan perhatiannya ke pada aku dan Karil. 

Apa ini yang dimaksud perubahan oleh Kai? Sepertinya Emir baik-baik saja. Ia sama seperti dulu. Bahkan lebih baik.

Minggu, Agustus 04, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 11


Sore ini aku memang sengaja untuk pulang lebih cepat. Aku segera memacu Rushku dengan kecepatan tinggi selama jalanan sepi, toh nanti aku juga akan terjebak dalam kemacatan Jakarta. Rencananya, Mama akan pulang dari Manhattan dan tiba di Jakarta nanti malam. Aku tak bertemu lama dengannya, mungkin lebih dari enam bulan lamanya. Semenjak papa di panggil Tuhan, mama lebih senang mengurusi butik-butiknya yang diluar negeri. Mama begitu sensitif, dia bahkan sudah menjual rumah kami sehari setelah aku lulus dari SMA. Katanya: setiap kali dia menginjakkan kakinya dirumah kami, ia selalu terbayang sosok papa. Ya, apa boleh buat. Aku harus menuruti Mama yang sudah menjadi single parents. Otomatis, aku akan jauh dari sahabat-sahabatku: Niken, Rara, Bima dan Aldi. Mereka berempat masuk dalam universitas negeri yang sama. Seperti impian mereka. Sementara aku. Entah mimpi buruk apa aku selama ini. Aku harus berada dalam satu kampus dengan Daniel. Kita satu jurusanJurusan BisnisTapi untung saja kelas kita berbeda.  Jadi, aku tak melihat wajahnya setiap hari. Semenjak kepergian Emir yang kedua, aku selalu menjaga jarak dengan Daniel. Dia juga tak keberatanMenurut pandanganku. Kita memang sudah tak bisa berhubungan lagi. Semuanya sudah selesai. Dan aku sangat keberatan untuk meneruskannya lagi. Kita hanya sebatas Teman.

Selasa, Juli 02, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 10




Subject: News

To: Angelina Vanny
From: Emir Mahira
Vanvan, maaf. Aku salah. Harusnya aku udah kasih tau kamu hal ini sejak beberapa hari lalu. Maaf Van, aku kira ini akan berjalan lancar. Tapi ternyata, tak semua berjalan mulus. 

Jujur, aku gak merencanakan ini semua. 

Dua hari lalu, penyakit jantung Ayah kambuh. Waktu itu dia ada di Jogja, sempet juga masuk rumah sakit di Jakarta, sebelum dirujuk ke rumah sakit Singapore. Maaf, dua hari kemarin aku gak bisa ke rumah mu, gak ada orang lain selain aku yang bisa jagain ayah. Kai sama Omar masih perjalanan ke Spore. Sementar Ibu, sibuk registrasi dan ngasih tau keluarga di Indonesia. Sampai tadi pagi, beberapa menit setelah Kai-Omar dateng, ayah menghembuskan napas terakhir. Dia langsung dibawa ke Jogja, ayah pernah minta makamnya ada disebelah makam eyang. 

Maaf, aku harus meninggalkan kamu saat pertandingan. Sore ini pesawatku berangkat. Maaf. Aku harus meninggalkan kamu lagi. Aku janji, aku akan selalu menirimimu kabar. Aku janji, aku akan pulang. Karna aku tau, orang pertama yang aku cari di Indonesia itu seseorang yang pasti akan mau menungguku dengan setia. 

Aku yakin, waktu tak akan berani memisahkan kita. Aku yakin jarak tak akan menjauhkan kita. Selama, kita percaya. 

I wish You can still love Me, like I love You. Te Amo.


Senin, Juli 01, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 9



Kemarin aku paksakan tubuhku untuk berlatih berjalan dan stretching. Kaki kananku sudah lebih baik dari kemarin, hanya saja sendi pada pergelangan kaki masih sedikit kurang sempurna. Aku yakin, jika saja aku memeriksakan pada dokter yang bertugas. Dia tidak akan memperbolehkanku bertanding saat ini. Tapi, semuanya tergantung pada pertandingan nanti. Aku bisa menahan rasa sakit ini selama pertandingan, kecuali terjadi kecelakaan untuk kedua kalinya pada kaki yang sama. 

Emir Love Story: "Memories" - PART 8


Meluruskan kaki dilantai adalah satu-satunya jalan untuk meringankan rasa sakit pada pergelangan kaki kanan ku sampai pangkal paha. Tadi memang sempat terjadi insiden denganku, bahkan bukan hanya denganku. Empat orang yang lain juga senasib, lawan kita satu ini main body, bukan skill! Air dingin dan es di ruang ganti kami habis untuk menurangi cedera pada tubuh mereka, aku rela tak memakainya. Meskipun kalau dilihat, kecelakaanku lebih parah dari mereka. 

Kamis, Juni 27, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 7


Aku meletakkan handphone diranjang dan melangkah kaki ke balkon. Ditemani sebotol softdrink, aku ingin menghabiskan malam ditempat ini. Bersadar pada dinding dan menikmati lampu-lampu jalan cantik yang bertebaran bawah. Huft. Aku rasa aku ingin melompat. Tetapi, tiba-tiba suara itu memanggilku. Vanvan... Aku melihat ke arah kamar Emir. Sepertinya aku membutuhkan oksigen yang lebih banyak. Emir berdiri tak jauh dariku, dia.. Shirtless. Hanya dengan menggunakan celana volcom selutut berwarna gelap. Otomatis pack-pack di perutnya terlihat jelas, sekali. Berbeda jauh dari tiga tahun lalu..

Emir Love Story: "Memories" - PART 6


Malam ini, aku menginap disebuah tempat khusus pilihan Emir, letaknya tak terlalu jauh dari tempat kita bermain tadi. Tempatnya bagus, bisa dibilang megah dan berkelas. Padahal, sudah ku bilang, ini terlalu mewah untuk kita. Tetapi Emir tetap pada pendiriannya. Memang anak itu sama saja, keras kepala.

Selasa, Juni 25, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 5


Berdiri tepat didepan plang Trans Studio Bandung. Tempat tujuan Emir. Jujur, aku baru pertama kali ke tempat ini. Orang tuaku mana mau aku ajak ke tempat ramai seperti ini, mereka lebih senang berlibur disuatu pulau atau tempat yang sunyi. Ya, beginilah menjadi anak tunggal, kalau ada perdebatan pasti satu lawan dua. 

Senin, Juni 24, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 4



Seminggu berada di villa terpencil dipuncak bukit memang agak menyiksa diriku
Diluar kebersamaan bersama mereka, dan fasilitas yang lebih dari cukupSelain jauh dari orang banyak, sinyal ditempat itu sangat amat jarang. Saatku sampai rumah saja sudah ada puluhan sms dan misscall, ternyata.. Aku melewatkan dua pertandingan basket antar smu itu. Daniel, kapten basket putra sekaligus asisten coach. Banyak yang menganggap He is so damn hot, cool, and.. So care. But, I think. Dia gak lebih jauh dari teman-teman basketnya yang lain. Dia sangat dekat denganku, kurang lebih hambir dua tahun aku berada disampingnya. Selama itu juga mata-mata sinis memandangku saat kami berjalan bersama. Dia memberitahu ku bahwa coach sempat marah kepadaku, untungnya sekolah kami menang, tanpa aku saat itu. 

Rabu, Juni 19, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 3



Kulangkahkan kakiku keluar kamar, memasuki ruang makan yang sudah tercium bau makanan lezat. Perutku sudah tak bisa di kompromi. Tetapi.. Siapa yang masak makanan seharum ini? Bukankah Niken dan Rara tadi masih tidur dikamar kami? Langkah kaki aku percepat, aku melihat seseorang berdiri dibalik meja dapur. Wajahnya terlihat buram, konsentrasi melihatku belum terkumpul 100 persen. Aku baru bangun beberapa detik lalu. 

Senin, Juni 17, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 2


 
Menurutku ini sudah direncanakan! kursi supir diisi Bima, disamping dia Aldi. Mereka sibuk memerhatikan jalan. Sementara dibagian belakangku Niken dan Rara berbicara soal majalah tebal bertulisan Vogue dibagian cover. Ngerti apa aku?! Dan disinilah aku duduk, dibar bagian tengah, bersebelahan dengan Emir. Aku hanya bisa diam menatap kaca disamping kiriku, sejak tadi, aku bingung harus membuka pembicaraan dari mana. Meski akuJujurAku kangen banget sama orang disebelahku ini.

Jumat, Juni 14, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 1

Because nothing makes Me happier and nothing makes Me sadder than You.
                                                                            


Subject: Good News!

From: Emir Mahira
To : Angelina Vanny. 


Vanny! Masih ingat aku kan? 

Gimana kabarmu di Indonesia? Gimana temen-temen? Rara sama Bima masih berantem? Kalo Niken sama Aldi gimana? Aku ketinggalan banyak banget ya? Hahahaha :))

Aku kangen Indonesia! 
Aku kangen temen-temen disitu! Termasuk kamu..
Kamu kangen aku gak? *coughing*

Kalau, Iya. Sabtu sore besok kamu ke Soeta ya! 


See you Vanvan! :) 

Senin, Juni 10, 2013

"Troublemaker" - Fan Fiction Emir Mahira


"You wanna know who I'm in love with? Read the first word again." 


Sinar matahari yang masuk melewati celah fentilasi jatuh tepat pada kelopak mata, seakan-akan menyapa seorang wanita yang masih terbaring di ranjangnya. Dinginnya AC terasa seperti menusuk kulit, ia pun terbangun. Nyawa wanita ini belum utuh sepenuhnya, sampai sebuah suara nyaring dari handphonenya membangunkannya.


Jumat, Mei 31, 2013

"Love is Like a Puzzle" - Fan Fiction Emir Mahira


"Love is like a puzzle. When you're in love, all the places fit. But when your heart gets broken, it takes a while to get everything back together"



Seorang gadis berparas cantik terbangun didepan laptopnya. Tertulis sejumlah angka di laptop yang masih menyala itu, 07.47 . Tanpa berkata-kata, gadis ini segera berganti pakaian seragam. Dengan tas yang digendong, dan berlembar-lembar kertas ditanganya, ia menuju lobby apartment. Tak seperti biasanya, suasana di lobby kali ini sangat ramai. Seorang dari gerombolan orang itu tak sengaja menabrak gadis yang baru saja bangun dari tidurnya. Brukkkkk..  Ia jatuh begitu pula kertas-kertas karya ilmiah yang telah disusunnya dengan rapih sejak kemarin malam.

Jumat, Mei 17, 2013

Emir Love Story "Tak ada yang Tak Mungkin" Part 38 (END)

Emir masih setia duduk disebelah makam gue. sendiri.. sampai seseorang menepuk lengannya. Tapi Emir tak menoleh dan menanggapinya. Seseorang itu memberikan secarik kertas kecil kepada Emir dan membacanya..


Dear, Emir. 

Thanks for everything
That you give for me
Im probably much too late
To apologize my mistakes
Now, 
Its just to late and we cant go back
Im so sorry. 
But i just want you to know
I Love you more 
than you know.

Love,
Your Angel.


Setelah membaca itu, emir menoleh. Tak ada seseorang pun dibelakangnya saat itu. Emir hanya bisa tersenyum. 



"Aku tahu kamu masih disini melihat aku.. Tapi sayangnya aku tak bisa melihat kamu lagi. Semoga.. kamu mendengar ini.."

Emir menghembuskan napasnya secara perlahan.
"Kamu adalah satu-satunya orang yang bisa merubah hidupku menjadi lebih baik seperti ini. Semoga kamu disana tenang.. Pasti banyak orang yang kehilangan kamu, termasuk aku... Mungkin suatu saat aku akan bertemu kamu lagi ditempat yang lebih indah dari pada bumi. Dan.. I want you to know too. I Love You Most!" 


Dari kejauhan Bastian teriak "EMIR! Lo dimana?" Emir berdiri. Bastian segera berlari mendekati Emir. "Kenapa?" tanya emir. "Maaf mir. Kemarin gue kebawa emosi.." Emir tersenyum kecil. "Mir, lo kenapa? Lo gak mau maafin gue?" "hah? Gue udah maafin lo.. Tenang aja kali" "jadi.. kita temenan lagi?" "Iya lah.. buat apa berantem gara2 hal kecil?" "hahaha bener lo! Oia mir.. Lo yang kuat ya.. meski gue tau lo kehilangan dia banget." "Gak Bas, gue gak akan kehilangan dia. Dia akan selalu ada dideket gue. Dimanapun gue berada. Gue akan selalu ditemani Malaikat terindah gue.." 




Beberapa Minggu setelah gue gak ada diantara mereka.

Meskipun mereka sempat down parah, tapi semua kembali baik. Bahkan membaik.


Bastian, diperbolehkan pindah ke Jakarta lagi dan tinggal di apartment omnya.



Radit, sekarang gak terlalu fokus dengan pacaran. Dia udah balik kaya dulu. Lebih deket ke temen-temen kelas termasuk Emir.



Virgin&Keke, udah gak jadi anak cetil lagi dikelas. Meskipun masih ngebully orang, tapi setidaknya lebih baik.


Pak Rusdi&Mbak, mereka masih setia menemani orang tua gue dirumah. Tak jarang mereka ikut mengunjungi makam gue sestiap bulannya.

Mama&Papa, Mereka udah balik ke Indonesia! Dan menetap disini. Mama keluar dari kerjaannya. Papa pindah kerjaan. Meskipun gajinya lebih kecil, tapi ia bisa berkumpul dengan keluarga besar dan bisa lebih dekat dengan gue. Mereka mulai sadar. Uang bisa dicari, tapi tidak untuk kasih sayang.


dan.. 


Emir.. 

Gak tau harus berkata apa. Makin hari dia makin dewasa. Setiap minggu, dia selalu menyempatkan diri buat datang ke makam gue dan memberikan setangkai bunga yang indah. Setiap kali gue melihat emir datang berkunjung ke 'rumah' yang baru gue ini, ingin rasanya berbicara langsung dengan dia lagi. Tapi, kalau sudah begini? Gue hanya bisa datang ke mimpinya.. Meski hanya sekedar mimpi, gue yakin dia akan mengerti. Bahwa gue kehilangan dia dan gue akan tetap sayang dia. Meski kita sudah tak bisa kembali seperti dulu. Disaat gue masih miliknya. 


Tapi... 

Jika lo percaya, lo yakin, dan lo berdoa. Semua yang ada didunia ini, yang lo anggap Mustahil, itu gak ada! kalau Tuhan berkehendak, semua pasti akan terjadi. Siapa yang bisa melawan kehendak-Nya? Tak ada. So.. Gue pengen ngasih tau. Bahwa, semua itu bisa terjadi didunia seluas ini. Semuanya. Termasuk hal kecil sekalipun. Karena, Tak Ada yang Tak mungkin. Didunia, yang seperti ini..

END.





^^^


Part lain? Click.

Kamis, Mei 16, 2013

FILM SOEKARNO



Film “Soekarno : Indonesia Merdeka! atau yang sering kita kenal sebagai "Film Soekarno" rencanannya akan tayang di bioskop pada tanggal 22 Desember 2013. Film ini baru saja mulai melakukan pengambilan gambar di Desa Weji, Klaten - Yogyakarta.  



Jumat, Mei 10, 2013

Emir Love Story "Tak ada yang Tak Mungkin" Part 37



"Anak saya mana? Dia kenapa?! Kenapa bisa disini?!" Kata mama Gue. Bastian tiba-tiba berdiri dan nunjuk Emir "Semua gara-gara dia tante! Dia!" Emir cuma bisa meratap. "Bas udahlah. Damai napa lo pada. Bukan dia yang salah.." Kata Radit menenangkan.

"Dia didalem, tunggu disini aja tante.." lanjut Radit. Mama gue duduk disebelah emir. Mereka berdua tak berbicara. Mama gue nangis parah. Mereka hanya bisa berdoa. Satu persatu tementemen gue dateng. Dokter keluar. Tapi dia tak berkata sepatah katapun. Anak2 kelas mulai memenuhi lorong itu. Airmata bercucuran. Emir mulai menyapa mama gue. "Tante.." tapi mama gue tak bisa menjawab. "Tante, Maaf. Mungkin dia jadi seperti ini gara-gara Emir tante.. Emir ngaku salah. Maaf kalau Emir telat ngasih taunya.." bibir mama gue terbukapun tidak. Apalagi mengeluarkan suara. "Tante, sebenernya.. Dia sakit apa?" "Kamu tidak tau?! Dia kanker darah stadium akhir! Kanker darah belum ditemukan obatnya sampai detik ini! Apa yang kamu lakukan sekarang?! Hanya menangis dan tidak melakukan sesuatu?!" "Maaf tan.. Mungkin selama ini Emir memang salah menjaga dia." "Apa gue bilang! LO YANG SALAH!" Bentak Bastian. "iya! EMIR SALAH. puas lo Bas? Lo coba diposisi gue! Lo bakal ngapain coba! kalo udah kaya gini?! Apa Bas?!" Emir pergi dari hadapan orang banyak itu. Pergi ke parkiran. Dan dengan kecepatan tinggi melaju menuju rumah gue. Semua kekunci. Halaman depan kotor parah. Daun kering berserakan dimana2 tertiup angin. Dia manjat pager dan naik ke kamar gue. Sama seperti diluar kamar gue juga gak kalah berantakan. 

Emir hanya bisa duduk dan terdiam. Semua kenangan emir dg gue, secara tibatiba muncul satupersatu dikepala emir. Dari awal, waktu kita masih musuhan. Waktu Emir masih nindas gue. Waktu Emir nyelamatin gue dari kecelakaan2.

Waktu Emir ngajak gue ke liburan. Waktu gue harus ingkar janji sama emir. Waktu...

Emir kaget melihat ipod gue nyala2. Batre low. Dia nyari charger. Dibuka semua foto dan kenangan di ipod itu. Dari foto pake jersey bareng, foto di suatu pulau, foto di taman yang indah itu, sampai emir melihat suatu video yang sangat membuat emir down. Video waktu liburan kemarin. Awal mula, gue dari penderitaan gue. 

"EMIR! Kenapa lo harus ngajak dia kesitu waktu itu?! Lo. Lo.. Bener kata bastian. Lo gak pantes jadi pacar dia! Dan ko gak pantes ada disamping dia selama ini!" Kalimat-kalimat itu melintas dipikiran emir. Semakin lama dia ditempat itu. Semakin lama dia menyalahkan dirinya. Tak lama phone emir berbunyi. Tertulis Radit di screen. Dua kali emir mengabaikannya. Untuk yang ketiga ini dia mengangkatnya. 

"MIR! lo dimama?! Dia butuh lo sekarang!" terdengar ditelinga emir suara tangisan dari banyak orang. Tetap emir tak menjawab. "EMIR! Gue serius! Dokter udah nyerah mir! Dia mangil nama lo terus! Percaya sama gue! Gue gak akan pernah bohong sama lo!" "dit. Gue gak bisa kesana." "WOY! Buka mata lo mir! Buka hati lo!  Lo tega banget sama dia! SADAR MIR! Dia itu pacar lo mir!" "sekarang udah gak dit." "Gue mohon mir. Kasian gue ngeliat dia..." "Gak bisa sekarang dit! Gu...e.." emir berhenti berbicara. Dia mendengar suara sangat lembut dari telephonenya yang gak asing buat dia, berkata:"to..long pang..il e..mir.. ak...u bu...tuh di..a.. se..ka..rang.." Mendengar itu emir langsung pergi ke RS...

Kendaraannya melaju lima kali lebih cepat dibanding sebelumnya. Sesampainya disana, emir udah ditunggu sama semua orang. Dia langsung masuk ke ruangan gue yang tadi. Papa&mama gue sdh berkumpul. Radit, bastian, keke&virgin. Saat emir masuk, ia langsung ditarik Radit buat ada disamping gue.Tanpa rasa malu emir menyentuh pipi gue, sempet mama gue pengen narik emir. Tapi ditahan papa gue. "Kenapa kamu nyari aku?" kata emir lembut. "mir.." "iya kenapa?" "ini..semua..bukan..salah..kamu..." semua orang diruangan itu tak bisa berhenti menangis, termasuk emir. "i..ya.." jawabnya. Dengan susah payah gue mengucapkan katakata terakhir. "i love you..." dan akhirnya gue menutup mata. Emir hanya bisa memegang erat tangan gue. "I love u too. I'll miss u." Air mata gue sempat turun beberapa kali. Sampai akhirnya gue pergi untuk selama-lamanya. 

Esok hari, semua teman dan saudara gue berkumpul mengenakan pakaian hitam. Terlihat sekilas, mata mereka penuh dengan air mata. Emir berdiri paling belakang ditemani radit. "Mir.. Tabah ya.." radit merangkul emir. "Dia pasti akan inget lo dari sana.. Lo harus percaya itu" lanjutnya.
Setelah semua selesai, tersisa sahabat dan keluarga kecil gue. Emir mendekati kedua orang tua gue. Dengan rasa takut yang menyelimuti hatinya, emir memberikan secarik surat yang pernah gue titipin.
"Tante, om.. Ini.."
Perlahan mereka membacanya. 



Dear
Dad&Mom

So long ya..
Mungkin kalau mama atau papa membaca surat ini.. Adek udah gak ada
Makasih ya pa-ma.. Untuk semua kasih sayang yang udah papa mama kasih buat adek. Meskipun selama ini papa-mama jauh dari adek. Tapi adek tetap bisa merasakan hangatnya kasih sayang kalian.


Maaf ya ma-pa, aku gak bisa jadi anak yang baik. Maaf selama ini adek selalu bikin mama papa panik. Maaf selama ini adek selalu sakit-sakitan. Adek gak bisa seperti anak-anak lain. Yang bisa membanggakan, dan bisa membahagiakan kedua orang tua-nya. Sementara adek.. Harus keluar masuk RS terus. Dan ini pa.. Ini ma.. Ini puncaknya.

Ma-pa. Semua ini sudah jadi jalan hidup adek.. Yang diberikan Tuhan buat adek. Adek mohon, mama atau pun papa jangan menyalahkan seseorang yang selama ini selalu ngurus dan ada buat Adek.. Dia telah melakukan yang terbaik buat adek. Dia sudah menjadi pengganti kalian saat kalian tak ada disisi adek.

Adek akan selalu ada buat mama dan papa.

With the great love,
Your daughter.
 




Setelah membaca surat itu, mama gue memegangnya dengan erat. dan memeluk emir. Wajah emir berubah. Emir tak mengerti apa yang mama gue maksud, karena ia tak tahu isi surat itu. Mama gue menangis dipundak Emir. "Tante kenapa menangis?" "Emir, maaf.. selama ini tante salah." Emir binggung harus menjawab seperti apa. Papa emir menyaut. "Dek Emir, Trimakasih selama ini kamu sudah menjaga dia sampai detikdetik terakhir dalam hidupnya.." "i..iya om.. tante.. Emir juga mau minta maaf, kalau Emir salah." "Bukan, bukan kamu yang salah.. Kamu tak pantas menuduh dirimu sendiri.." Kata Mama gue. Beberapa jam kemudian, orang tua gue pergi meninggalkan tempat itu. 



^^^


Part lain? Click.

Senin, Mei 06, 2013

Emir Love Story "Tak ada yang Tak Mungkin" Part 36

Midnight. 
Gue terbangun. Emir berada disamping gue lagi tertidur. Untung kali ini gak terjadi apa2. Gue mengambil secarik kertas&pulpen. Menulis apa yang ada dihati dan pikiran gue sekarang. setelah itu gue hanya memegang tangan emir. 

"Good night babe. Thanks for all. i love u" 


gue tertidur lagi. Gak beberapa lama emir kebangun dan melihat tangan gue ada ditangan dia. Emir hanya membenarkan posisi selimut gue. Gue kebangun. "eh sorry, kamu jadi kebangun" "gak kok" "udah tidur lagi.." "mir, seandainya malam ini, malam terakhir aku. Dan belum pamit sama mama-papa aku, tolong kasih ini ya.." gue ngasih surat yang tadi gue buat. "Malam terakhir? Apa maksudnya?!" 

Cengen abis gue. Air mata gue gak bisa gue bendung lagi! 

"Dari jauh sana.. Pasti aku akan merindukan kamu mir.. Jaga diri kamu baik2 ya. I always love you."

Gue memejamkan mata. Diluar dari diri gue, Emir masih bingung dg kata2 gue. Dia melontarkan beribu2 pertanyaan, tapi tak ada satupun dari pertanyaan dari Emir itu yang gue jawab. Tambah bingunglah dia. Mungkin ini saatnya gue barus berpisah dengan dirinya. Gue berdoa. 

"Tuhan.. Tuhan yang baik, aku lelah Tuhan. Lelah untuk menanggung semua ini. Tuhan pasti tahu apa yang aku inginkan. Satu pintaku ya Tuhan. Tolonglah Engkau sampaikan kepada semua teman-teman yang pernah aku kenal, kepada sahabat-sahabat yang paling aku sayangi, kepada semua orang yang telah membuat aku bertahan sampai detik ini
dan tolong sampaikan kepada kedua orangtua aku. Bahwa aku mencintai mereka dari hatiku yang terdalam.."

Diluar hujan deras mendera RS itu dan sekitarnya. Emir segera lari,mencari suster ataupun dokter. Sementara mbak yang diluar mencoba menelpon semua orang tua gue. Semua panik parah. Termasuk juga dokter. Emir hanya bisa menunggu diluar. Setetes demi setetes airmata berlian membasahi dilengannya. Tak beberapa lama bastian datang. "EMIRRRR! DIA KENAPA?" emir cuma bisa diam. "Mir! Kasih tau gue Mir!" tetap saja diam. "Mir! Denger gue! Kenapa dia?! Kenapa dia bisa kaya gini?!" bentak bastian yang panik berat. "Gue gak tau Bas! Liat aja didalem! Liat Bas! Liat! Mungkin ini salah gue.." "Jadi lo?! Yang buat dia kaya gini?!" amarah bastian memuncak dan semakin memuncak. "dia keujanan pas gue ajak jalan" "gimana sih lo? Lo pacar dia bukan?! Kenapa lo! Biarin dia! Keujanan!?" Bastian ngangkat kerah emir. "Liat mata gue lo! Lo itu gak pantes jadi pacar dia! Lo gak bisa jagain dia!" hampir aja bastian mukul si emir, sebelum dilerai sama Radit. "Woi! Lo ngapain berantem? Lo gak liat dia lagi didalem?!" seketika bastian jadi luluh hatinya. 


Berjamjam mereka menunggu. Sampai sang surya menampakan cahayanya pun, tak ada keterangan yang jelas dari pihak rumah sakit
Detak suara sepatu terdengar. Radit, Bastian, dan Emir menoleh ke sumber suara.
"Tante..?!!"


^^^


Part lain? Click.

Jumat, Mei 03, 2013

Emir Love Story "Tak ada yang Tak Mungkin" Part 35

Emir pun menjawab pertanyaan gue dengan perlahan.. 
"tadi jantung kamu gak stabil. Dokter datengnya lama banget. Aku bingung harus ngapain. Dari luar aku cuma bisa liat kamu ... Beberapa kali gagal. Sampai dokternya udah putusasa.. Pas dokternya keluar, aku mohon2 buat nyoba sekali lagi.. Dan hasilnya... :)" 
mendengar perkataan itu gue langsung memeluk emir. "Harusnya bukan kamu yang ada diposisi ini. Harusnya aku. Andai Tuhan mengabulkan doaku, aku ingin bertukar posisi denganmu.." "mir.. Udah jangan ngomong gitu.. Aku masih kuat mir.." segerombolan orang mengelilingi kita berdua. Mereka anak2 kelas dan orang2 yg deket dg gue. Semua dateng.  Mereka berdoa utk kesembuhan gue. Saat mereka keluar, terdengar langkah kaki yg cepat mendekati kamar. Dari jendela anak kelas mengerubungi orang itu. Dia pun masuk, dan mendekat ke gue dan emir. "Bastian?" tanya emir. "iya ini gue!" Mereka berpelukan ala anak futsal.(?) "Lo kenapa?" matanya bastian berkaca2 melihat gue seperti ini. "gue mikirin lo terus gila. Gue kangen sama kalian. Sampe kebawa mimpi!" "hahaha bastian lebay nih" kata gue. "serius! Tadi malem gue dapet kabar lo masuk rs. Saat itu juga gue mesen tiket. Utungnya dapet :D" kita bertiga saling ngobrol dan ngobrol. Radit dateng juga disaat yg pas. Melepas kerinduan yang panjang. 
Terlintas dibenak gue, kalau gue gak sakit kaya gini mungkin gak akan ngumpul seperti ini ya?
"Bas, lo balik kapan?" tanya Emir. "Belom tau, gue belom mesen tiket balik.. Rencananya gue mau nemenin lo, mir. Buat nungguin dia.."
"halah.. Boong tu mir! Bisa aja cari alesan dia! Bilang aja lo mau nemenin dia disini." cela Radit. "eh apaan sih lo dit?" gue sama emir cuma bisa ketawa melihat mereka berantem kaya anak kecil. "mir serius mir, bukan itu maksud gue" "iya. Gue tau" kata emir. 

Tuhan mungkin memberikan waktu untuk gue melupakan sejenak penyakit gue dan tertawa bersama mereka.


Malemnya.. Tersisa emir dan bastian diruangan.
"kalian.. gak pulang?" "pulang mah gampang nanti.." kata bastian. "Eh, lo nanti nginep dimane bas?" tanya emir. "deket sini, om gue punya apartment. Jadi gampanglah. Tinggal jalan aja sampe" "Mir, kamu disitu aja.. Dari pada kamu harus tidur dibangku gini.." bujuk gue. "Sini aja lebih enak." kata emir. Tapi bastian bilang "oia bener tuh mir! Biar temenin gue" "ye. Emang lo sakit harus ditungguin? :p" "yeh lo. Batu banget dibilangin sama pacar lo sendiri" "pacar gue dia bukan lo:p" "Tau ah." "hust udah lah.. Kalian apa sih berantem kaya anak kecil gitu" "hahahaha bercanda kok sayang..." "Gue gak dipanggil sayang juga mir?" mereka saling menyela tanpa berujung. Sampai gue ketiduran..

Jumat, April 26, 2013

Emir Love Story "Tak ada yang Tak Mungkin" Part 34


Gue coba telpon emir lagi. 
"Hello?" "Mir?" " ya? Aku lagi dijalan.. Tunggu ya. Aku pasti kesitu" 
Yah.. Emir gak bisa ditelepon. Gue tunggu satu jam, tapi belum juga datang. Sampai gue ke tiduran, dan membuka mata kembali sampai pukul 9pagi. Pusing mendera kembali. Satu yang ada dipikiran gue. Kenapa harus gue yang penyakit gak jelas ini? Penyakit yang belum diketahui ini?
Bangun2 gue udah pindah kamar lagi. Alat yang gak jelas itu tambah banyak disekeliling gue . Ruangan yang besar dan hanya gue didalamnya. Gue menunggu sampai ada orang yang sadar bahwa gue udah bangun sekarang. Sampai jauh didepan gue terlihat dibalik kaca jendela ada yang menengok ke dalam. Gue segera melambaikan tangan gue meskipun lemes. Dan dia menyadarinya. Segera dia masuk, dan ternyata itu Emir. "Eh kamu udah bangun ya.." gue pengen bilang bilang, gue kenapa? Tapi emir ngelarang gue buat lepas alat yang nutup mulut gue tu, dan dia mengembilkan secarik kertas dan sebuah pulpen. Gue menulis pertanyaan gue tadi. Emir menjawab "kita belum dikasih tau.. Harus orang tua kandung yang dikasih tau pertama. Tapi aku yakin.. Kamu gak kena penyakit yang parah. Kamuan kuat! :)" gue nulis lagi. "Mama lagi diluar" emir jawab "iya.. Kita lagi nyoba hubungin mama kamu, tapi..ya.. nihil" mendengar perkataan itu gue hanya bisa menutup mata dan meneteskan air mata yang lumayan deras mengalir. "Kamu jangan takut.. Aku akan selalu disamping kamu, sampai mama kamu datang kesini.. Aku janji. Janji sejanjijanjinya.. Kamu pasti bisa ngelewatin ini! Kamu kuat! :)"
Dia cuma bisa bilang kuat! Tapi dia gak pernah tau gimana perasaan gue sekarang! Gimana sakitnya nahan penyakit ini! Gimana sakitnya ditelantarkan orang tua disaat2 kaya gini! Dia gak pernah bisa jadi gue.

"Udah jangan nangislah.." dia menghapus air mata gue. Gue mencoba tidur, ingin rasanya gue bisa bertemu mama gue lagi seperti waktu kemarin. Gue memikirkan mama gue lagi, sampai kepala gue pusing berat, akhirnya gue bisa melihat kembali mama gue didepan mata gue. Masih aja sibuk. Gue berusaha mencari phonenya, meskipun gue harus merakak sekalipun. Gue menjatuhkan hpnya yang membuatnya kaget dan menyentuh phonenya.
"misscall?" dilihatnya misscall dari nomer gue, mbak, pak rusdi dan rumah sakit. Sebelum gue berbicara dengannya, dada gue kaya ketusuktusuk sakit gak bisa ditahan. 
Gue kembali kedunia nyata. 
Mata gue membuka dan melihat sekumpulan dokter dan suster mengelilingi gue dengan alat pembangit jantung gitu. Muka gue langsung berubah freak. Muka mereka terlihat lega. Gue gak berani berkata2 meski alat yg menutup mulut gue tidak dipasang lagi. Mereka keluar, dan gue pun ditinggal sendiri. Dibalik kaca terlihat orang banyak berkumpul. Mondar-mandir ataupun hanya duduk dan menangis. Seorang dari mereka mendekati pintu dan masuk kedalam ruangan.
"Mir, ad..a..a..pa..?" dia tak menanggapi. Hanya duduk disebelah gue man mengelus2 rambut dan pipi gue. Dia meneteskan air mata. Seumur hidup gue selama mengenal emir, gue gak pernah sekalipun melihat air mata emir jatuh. Melihat matanya berkaca2 sekalipun engga. Membuat gue shock. "Emir kenapa?" matakita saling berpandangan...........

Jumat, April 12, 2013

Emir Love Story "Tak ada yang Tak Mungkin" Part 33


Entah kenapa. Didalam tidur.. Gue seperti melihat sosok perempuan yang gue rasa, gue kehilangan dia sekarang. Mama gue! Dia lagi mondarmandir disuatu ruangan. Gue muter2 ruangan itu, mencari tau gue dimana. Gue melirik ke jendela. Dari apa yang gue lihat, gue sepertinya sedang berdiri didalam gedung pencakar langit. Gue keluar dari ruangan itu. Mata gue langsung tertuju pada frame2 foto. "Kayanya gue pernah liat gedung ini.. Hmm..." gue liat frame yang ada disebelahnya. Isi frame itu adalah beberapa gambar gedung yang sama.. Seperti proses metamorfosis kupu-kupu, gambar gedung ini juga sama seperti itu. Dari awal gedung ini dibangun, sampai menjadi indah.  "Gue rasa gue lagi ada digedung ini.. Tapi dimana?" Mencoba inget2 dan Ya! Ada tulisannya "Empire State Building, New York" 
"anjrt! Gue di new...york?! Berarti tadi bener mama guee??!!" gue segera mencari ruangan tadi dan juga nyari mama gue. Gue memerhatikan dia dari jauh. Sibuk. Banget. Parah. Kesana kesini. Ngambil&Menaruh banyak berkas. Sampai dia berhenti sejenak dan duduk disebuah sofa. Gue mendekat dan duduk disebelahnya. Gak nyangka bakal bertemu dengan dia disini. Merebahkan kepala gue dibahunya. Ia membuka phonenya. Gue melirik. Ternyata, mama gue ini menyimpan foto gue. Entah dari mana. Ada juga foto gue sama emir. Dia menelpon hp gue. Tapi toh. Gak ada jawaban dari gue. Airmatanya menetes. "pasti kamu lagi tidur ya.. Maaf ya mama ganggu tidur kamu. Maaf mama gak ada disebelah kamu sekarang. Mama janji bakal ngeluangin waktu buat kamu. Mama sayang banget sama kamu dek.." Lama2 gue juga ikutan sedih. Meskipun mama gak tau kalau gue mendengar itu. Selama ini gue salah. Mengira mama gue yang sibuk sendiri dg kerjaannya dan melupakan gue yang jauh dari dia. Ternyata.. Pengen gue bilang maaf juga ke dia. Gue salah besar memang menuduh dia seperti itu.Saat gue ingin mengusap pipinya yang penuh dengan air mata, tiba2 gue merasa pusing berat. Saat gue membuka mata. Gue udah gak berada disebelah mama lagi. Gue di.. Kamar! Ya! Mendengar suara yang gak asing ditelinga. Gue mencari sumber suara itu. Ternyata? "Bastian?!" dia lagi sibuk main playstation. Lama gak ngeliat dia.. Jadi kangen gue.. Melihat jam yang ada dimeja, udah pukul 2pagi. Tapi bukan itu yang menarik perhatian gue. Disebelah jam itu, berderet frame foto gue, emir, radit, dan bastian sendiri. Waktu kita masih main bareng. Hal yang paling menyenangkan dalam hidup gue. "AH! Kalah lagi!" kata bastian sambil ngelempar stick ps. Gak sengaja gue senggol salah satu frame itu dan jatuh. Bastian sempet kaget, tapi dia mendekati gue yang tak terlihat olehnya dan mengambil frame itu. "kayanya gue kehilangan kalian" lanjutnya. Dia membawa salah satu frame ketempat tidur, yang isinya foto waktu dibandara, sebelum dia pergi. "Kapan ya gue bisa balik? Kumpul sama kalian lagi?" Sebelum gue mau ngobrol sama bastian, gue pusing lagi. Dan membuka mata. Gue melihat radit lagi tidur. Sebelum gue mendekati gue, kepala kembali pusing. Dan gue melihat Keke dan virgin dikamarnya masing2. Sama seperti sebelumnya. Kepala gue kembali pusing. Gue bertemu mbak dan pak rusdi. Gue melihat semua orang yang paling gue sayang. Sampai gue gak kuat lagi buat berdiri
dan melihat sesuatu didepan gue sekarang. Berdiam diri dan menutup mata. Sampai gue rasa gue udah gak terlalu pusing, guepun membuka mata. Terkejut melihat seorang lakilaki terbaring diranjangnya. "Mir?" jarang gue melihat emir memejamkan mata. Gue mendekati dia. "oh damn, u so cute babe." memegang pipinya yang selama ini belum pernah gue sentuh. "Sorry if i always make you worry. Sorry if i always make a mistakes. Sorry if i always make a trouble. Sorry if i was your troublemaker of your life. Im so sorry. I just want to make you proud. But, maybe im never gonna be good enough for u. Sorry. I love U." Saat itu juga phone emir berdering. Background phone dan lock screen dia foto gue.. Dia bangun. Gue pusing lagi. Dan saat gue membuka mata.. Gue melihat mbak gue disamping lagi tidur disebelah ranjang gue. Tapi? Mulut gue? Ditutup pake suatu alat gak jelas. Gue menyentuh tangan mbak gue. "Eh non. Maaf ya mbak tidur disini." Gue menunjuk2 alat itu. "jangan non.." Akhirnya gue membuka secara paksa. Lemes banget. Infus dan alat2 lain yang asing buat gue, terlihat dimana2. "Mbak.. Aku kenapa?" "Tadi kamu kejang2 non" "hah? Kejang? Terus, siapa yg suruh sini?" "Mbak sama pak rusdi non.. Tapi udh bilang nyonya" "oh.. Sekarang jam berapa mbak?" "jam... Jam lima kurang" "mbak handphone aku.." Gue mencoba menelpon emir. tapi gak ada balesan. 

Emir Love Story "Tak ada yang Tak Mungkin" Part 32

2tahun berlalu.
Badan gue tambah parah! Gak enak banget. Kaki gue gak bisa digerakin di waktu2 tertentu. Setiap malem gue pusing gak ketonongan. Ortu gue gak balik! Masih aja sama kerjaannnya itu! Radit sibuk sama pacarnya. Bastian? Dia keluar dari sekolah. Keluarganya pindah ke spore. Keke&virgin? Emm.. Gak tau gimana kabarnya. Gue jarang ketemu. Dan cuma satu orang yang ngertiin gue. Satu org yang masih setia sama gue. Emir.
"halloo! Selamat pagi!" suara emir keluar dari hp gue. Alarm biasa kerjaannya itu anak.

06.00 Gue otw ke sekolah.
Emir udah nunggu didepan gerbang. Pak Rusdi (Supir setia gue) ngambil kursi roda dibagasi. Ya, semenjak 1tahun lalu. Kaki gue.. Gak sempurna lagi :' hari ini sekolah pulang cepet. Emir katanya mau ngajak gue ke sesuatu tempat. Tapi katanya lumayan jauh. Ya, terpaksa harus naik mobil. Skip.
"Kita dimana mir?" "liat aja dulu.." Entah dimana. Gue binggung. Gue turun, gak lupa emir yang dorong kursi roda gue.Ternyata.. Taman. Taman yang luas, bagus, rapih, terawat, indah."kenapa kita kesini?" "emm.. jadi gini. Kemaren aku baca, kalo pikiran jernih, penyakit apapun bisa disembuhin. Aku pikir disini, pikiran kamu bisa jernih dan bisa seger lagi.." *Mir.. Gue deket lo aja udah seger..* "oh.. Keren mir.. Aku suka"

Kita muter2. Sampai matahari hampir terbenam, memaksa kita untuk pulang.
"mir boleh kesitu?" nunjuk sebuah kolam ikan yang ada air mancurnya. Emir cuma tersenyum, dia langsung dorong kursi roda gue ke tempat yang gue tunjuk. Melihat ikan yang bergerak secara bebas kesana kesini di air. Gue pengen kaya gitu lagi! Meski gue tau. Itu mustahil! Tanpa terasa air mata gue menetes. Emir pegang tangan gue. "Di dunia yang seluas ini, gak ada yang gak mungkin.." Emir menatap mata gue. "kalau kamu percaya, pasti semua akan terjadi.." lanjutnya. Masih diam ditempat itu. Emir menghapus air mata gue. Seketika hujan turun rintikrintik ditaman itu. "aduh.." kata gue sambil megang kepala. "kamu kenapa? Pusing? Jauh banget lagi mobilnya!" muka emir keliatan bingung&panik. Tiba2 dia ngelepas seragam sekolahnya. Emir langsung ngasih seragamnya ke gue buat nutupin kepala. "maaf ya.. Aku gak bawa jaket. Jaketnya ditas.." Ngeliat emir cuma pake rider tipis tanpa lengan gitu, gue langsung bilang ke emir: "gak usah mir.. Nanti kamu sakit" "biar aku yang sakit.. Dari pada kamu nanti tambah parah!" Tanpa basabasi lagi emir langsung mendorog kursi roda gue ke mobil.


Hujan semakin deras. Kepala gue makin pusing. Mobil belum keliatan juga. Gue berbicara dalam hati. Please, lo jangan pingsan. Cuma sakit kepala doang juga. Lo harus kuat! Kasian nanti emir dimarahin sama mama terus!
Didepan terlihat seseorang membawa payung, pak rusdi."Pak! Disini!" teriak emir. Pak rusdi mendekat. Mata gue mulai kunang2. "Bapak anterin dia aja ke mobil sekalian payungin. Saya yang ke mobil sekarang, saya siapin dulu tempatnya." "nanti adek keujanan?" "udah gapapa!" Emir segera lari ke mobil. Mendahulukan gue dan pak rusdi. Sampai gue berada. 
Persis didepan mobil. Emir langsung pindahin gue ke dalam mobil, meski tangan dan seluruh badannya basah kuyup. Skip. Didalem mobil, Emir duduk disebelah gue. "Sekarang kita kemana?" tanya pak rusdi. "Rumah dia aja. Saya pulangnya gampang" bales emir. Dia buka kaos rider yang satusatunya melekat ditubuhnya dan langsung masukin ketas. "Emiiirrrr!!!" gue buang muka "ehh sorry sorry. Aku lupa.. serius.." Daridepan pak rusdi cuma bisa tersenyum kecil. "udah gapapa kali dari pada nanti aku kedinginan hahaha" kata emir.Gue masih buang muka. Gue masih terasa pusing dan kedinginan. Mungkin.. Gue gemeteran saking dinginnya hujan dan ac mobil, jadi emir ngasih jaketnya buat ngelindungin gue dari hawa dingin yang menusuk kulit gue ini.
Skip. Kita langsung masuk rumah. Gue mengabaikan sakit di kepala gue ini untuk ngambilin emir baju yamg cocok buat dia. "Adanya ini mir.. Baju kama gue, tapi kaos cowok kok" "yaudah. Ini juga gpp" Skip. Gue sempet makan malem sama emir, mbak dan pak rusdi. Meskipun dengan makanan yang sederhana. tapi, gue rasa. Ini keluarga kecil gue. Orang2 yang selalu ada buat gue selama ini. Mereka mencintai dan menyayangi gue tulus. Tulus dari hati mereka yang terdalam. Meski gue tau, gue masih punya papa&mama yang asli. Tapi dimana sekarang mereka? Huh.. Sibuk dg urusan masing2. Gue ke kamar. "kamu sekarang tidur ya.. Biar gak tambah sakit.." "iya emir :)" "ily" "ilysm" Emir keluar dari kamar, sementara gue mencoba unituk tidur.