Malam itu adalah malam dimana
kami saling menemukan orang yang menghilang bertahun-tahun lamanya. Malam
dimana kami menceritakan semua kisah kami semenjak perpisahan kami. Malam yang
menghancurkan benteng penghalang antara kami.
Dan entahlah apa yang terjadi kedepan. Semua itu terasa sangat
menyenangkan. Namun ada sesuatu berkata berbeda di dalam hati kecilku. Sesuatu
yang harusnya tidak boleh terjadi..
Kami telah memiliki cerita
masing-masing. Cerita berbeda yang tidak bisa disatukan. Emir dengan cerita
kehidupannya dan aku pun begitu. Kita berbeda. Dia telah menjadi orang hebat
dan aku hanyalah bawahannya.
Kadang aku pun menyadari
kedekatan kami yang sudah melampaui batas antara bawahan dan atasan saat
didepan banyak orang. Aku berusaha supaya membangun benteng pertahananku supaya
aku tidak terjatuh lagi padanya. Mungkin usaha ku gagal jika hampir setial hari
aku bertemu dengannya. Aku pun tak mengerti mengapa seorang direktur utama
perusahaan sebesar miliknya harus turun tangan dalam pembuatan hotel ini.
Dan pagi ini aku sudah
membuat janji dengannya untuk melihat rumah miliknya yang sudah 80 persen
selesai digarap. Memang progress pembuatan rumah lebih cepat dibanding pembuatan hotel yang baru 30 persen.
Aku sudah tiba dirumah
miliknya beberapa menit lalu, ada beberapa tukang disana yang sedang memasang
platfom dan meletakkan berbagai macam prabotan rumah tangga. Pada awalnya Emir mengusulkan akan berangkat bersama
berhubung penginapan kami yang dekat dan tujuan kami sama, namun aku berusaha
menolaknya dengan alasan aku harus mengurus beberapa hal teknis pembangunan
rumah itu. Jadilah tiba lebih awal.