Selasa, Juli 02, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 10




Subject: News

To: Angelina Vanny
From: Emir Mahira
Vanvan, maaf. Aku salah. Harusnya aku udah kasih tau kamu hal ini sejak beberapa hari lalu. Maaf Van, aku kira ini akan berjalan lancar. Tapi ternyata, tak semua berjalan mulus. 

Jujur, aku gak merencanakan ini semua. 

Dua hari lalu, penyakit jantung Ayah kambuh. Waktu itu dia ada di Jogja, sempet juga masuk rumah sakit di Jakarta, sebelum dirujuk ke rumah sakit Singapore. Maaf, dua hari kemarin aku gak bisa ke rumah mu, gak ada orang lain selain aku yang bisa jagain ayah. Kai sama Omar masih perjalanan ke Spore. Sementar Ibu, sibuk registrasi dan ngasih tau keluarga di Indonesia. Sampai tadi pagi, beberapa menit setelah Kai-Omar dateng, ayah menghembuskan napas terakhir. Dia langsung dibawa ke Jogja, ayah pernah minta makamnya ada disebelah makam eyang. 

Maaf, aku harus meninggalkan kamu saat pertandingan. Sore ini pesawatku berangkat. Maaf. Aku harus meninggalkan kamu lagi. Aku janji, aku akan selalu menirimimu kabar. Aku janji, aku akan pulang. Karna aku tau, orang pertama yang aku cari di Indonesia itu seseorang yang pasti akan mau menungguku dengan setia. 

Aku yakin, waktu tak akan berani memisahkan kita. Aku yakin jarak tak akan menjauhkan kita. Selama, kita percaya. 

I wish You can still love Me, like I love You. Te Amo.


Senin, Juli 01, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 9



Kemarin aku paksakan tubuhku untuk berlatih berjalan dan stretching. Kaki kananku sudah lebih baik dari kemarin, hanya saja sendi pada pergelangan kaki masih sedikit kurang sempurna. Aku yakin, jika saja aku memeriksakan pada dokter yang bertugas. Dia tidak akan memperbolehkanku bertanding saat ini. Tapi, semuanya tergantung pada pertandingan nanti. Aku bisa menahan rasa sakit ini selama pertandingan, kecuali terjadi kecelakaan untuk kedua kalinya pada kaki yang sama. 

Emir Love Story: "Memories" - PART 8


Meluruskan kaki dilantai adalah satu-satunya jalan untuk meringankan rasa sakit pada pergelangan kaki kanan ku sampai pangkal paha. Tadi memang sempat terjadi insiden denganku, bahkan bukan hanya denganku. Empat orang yang lain juga senasib, lawan kita satu ini main body, bukan skill! Air dingin dan es di ruang ganti kami habis untuk menurangi cedera pada tubuh mereka, aku rela tak memakainya. Meskipun kalau dilihat, kecelakaanku lebih parah dari mereka.