Kamis, Agustus 29, 2013

Emir Love Story: "Memories" - PART 12

Damn. Kai membawa Emir masuk ke resto. Semakin dekat, dekat dan.. Tiba di meja kami. Aku berdiri untuk membalas jabatan tangannya. Lama, tangannya yang semakin kuat menahan tanganku yang ada digengamannya. Dia melihat ke arahku dari atas ke bawah. Terlihat kagum dibola matanya. Hess. 

"Formal? Tidak dengan baju yang bau mu itu."
Ini bukan ke kaguman! Ini ejekan! 


Suara Emir tetap sama, begitu pula senyumnya. Aku melepaskan gengamannya dengan sedikit paksaan. Dan dia duduk disebelahku. Memesan minuman dan kembali mengalihkan perhatiannya ke pada aku dan Karil. 

Apa ini yang dimaksud perubahan oleh Kai? Sepertinya Emir baik-baik saja. Ia sama seperti dulu. Bahkan lebih baik.

"Jadi.. Kamu sengaja memberikan aku kejutan untuk ku?" Kata Emir memecah keheningan.
Pede banget sih. Ucapku dalam hati. Aku hanya tersenyum. 


"Aku kesini mau jemput Mama, taunya ketemu Kai sama kamu"

"Oh.. Kamu ditinggal tiga tahun, eh empat ya?" 

Lima tahun Mir. Lima!  Ucapku dalam hati.

"Kamu tambah feminim," Aku tertegun mendengar kalimat Emir yang satu ini. 

"Apa.." Ucapku lirih. 

"Feminim, kamu tambah feminim. Seperti wanita lain." Lanjutnya. Ini bisa menghasilkan arti yang berbeda untukku.
"Jadi kamu kira selama ini aku.. Aku beda dari wanita lain?" Setengah menyindir, setengah marah. Aku binggung. Dipertengahan kalimatku, handphoneku menerima sebuah pesan.

From: Mom
Vanny, mama sedang mengambil barang. Mungkin sekitar lima menit lagi mama keluar.

Aku segera bangkit dari tempat duduk dan pamit keluar sebentar. Kaki ku melangkah menuju pintu keluar bagi para passengers. Mataku tak dapat berhenti mencari wanita itu. Kekiri dan kekanan. Dan. Hap! Dapat! Aku langsung memeluknya dari belakang! Mama terlihat cantik dengan gayanya yang mengalahi ku. Sekarang aku berdiri didepannya, ingin aku memeluknya lagi. Tapi aku rasa ini tempat umum. Tak enak dilihat orang banyak. 

"Jadi, sekaran anak mama sudah besar ya.." Godanya. Tiba-tiba tubuh mama seperti condong ke arah kanan. Matanya menyipit. 

"Sepertinya kamu melupakan sesuatu.." Kalimat itu keluar dari bibir mama, aku curiga. Ada apa dibelakangku. Saat aku tenggok ternyata Emir dan Kai. Huft. 

"Ohya. Ma, ini Emir sama adiknya, Karil. Kai-Mir, ini mama." Aku memperkenalkan mereka. Mama menyalami mereka. Senyumnya mengembang, mungkin dia juga tak percaya bertemu dengan laki-laki ini lagi, sama sepertiku. Aku bahkan tak ingin menginginkan pertemuan ini lagi. Ini sama saja membuka lagi memori tentangnya yang sudah tersusun rapih setelah lima tahun yang lalu. 

"Sudah malam, sebaiknya kita pulang." Sahut mama yang membangunkanku dari lamunan. Sejak tadi, mama selalu bertanya-tanya tentang Emir di Barcelona dan adiknya, seolah-olah saudara sendiri. Kai dan Emir saling bertatap muka. Sepertinya aku tahu ini...

"Maaf, kalian tak keberatan jika menginap dirunah Vanny kan?" 

Ini bukan kalimat tanya, ini kalimat ajakan! Mama.. Kenapa mama berbicara seperti itu. Aku kan belum menyetujuinya!
 

"Tapi, Vanny sepertinya keberatan Tante. Sebaiknya kita menginap di hotel saja." Kata Emir. Mama langsung menatapku dengan tatapan begitu tajam, seakan memaksaku untuk menurutinya. 

"Engga, aku gak keberatan."
Aku merundu, menghindari tatapan tajam Mama, dan mata Emir. 


Haaah. Kenapa Emir tak bisa pergi dari kehidupan ku? Kenapa kau selalu menghantuiku? Aku memang merindukannya. Aku juga sudah menupakannya. 

Kehadiranmu mungkin akan membawa masalah baru, Emir.

4 komentar:

  1. Lanjut minn yaallah gue kepo sama hubungan mereka berdua. Kalo bisa long part pleaseeee

    BalasHapus
  2. Miinnn!!! Lanjut pleaseeeee!! :'''

    BalasHapus