Jumat, Mei 31, 2013

"Love is Like a Puzzle" - Fan Fiction Emir Mahira


"Love is like a puzzle. When you're in love, all the places fit. But when your heart gets broken, it takes a while to get everything back together"



Seorang gadis berparas cantik terbangun didepan laptopnya. Tertulis sejumlah angka di laptop yang masih menyala itu, 07.47 . Tanpa berkata-kata, gadis ini segera berganti pakaian seragam. Dengan tas yang digendong, dan berlembar-lembar kertas ditanganya, ia menuju lobby apartment. Tak seperti biasanya, suasana di lobby kali ini sangat ramai. Seorang dari gerombolan orang itu tak sengaja menabrak gadis yang baru saja bangun dari tidurnya. Brukkkkk..  Ia jatuh begitu pula kertas-kertas karya ilmiah yang telah disusunnya dengan rapih sejak kemarin malam.

Jumat, Mei 17, 2013

Emir Love Story "Tak ada yang Tak Mungkin" Part 38 (END)

Emir masih setia duduk disebelah makam gue. sendiri.. sampai seseorang menepuk lengannya. Tapi Emir tak menoleh dan menanggapinya. Seseorang itu memberikan secarik kertas kecil kepada Emir dan membacanya..


Dear, Emir. 

Thanks for everything
That you give for me
Im probably much too late
To apologize my mistakes
Now, 
Its just to late and we cant go back
Im so sorry. 
But i just want you to know
I Love you more 
than you know.

Love,
Your Angel.


Setelah membaca itu, emir menoleh. Tak ada seseorang pun dibelakangnya saat itu. Emir hanya bisa tersenyum. 



"Aku tahu kamu masih disini melihat aku.. Tapi sayangnya aku tak bisa melihat kamu lagi. Semoga.. kamu mendengar ini.."

Emir menghembuskan napasnya secara perlahan.
"Kamu adalah satu-satunya orang yang bisa merubah hidupku menjadi lebih baik seperti ini. Semoga kamu disana tenang.. Pasti banyak orang yang kehilangan kamu, termasuk aku... Mungkin suatu saat aku akan bertemu kamu lagi ditempat yang lebih indah dari pada bumi. Dan.. I want you to know too. I Love You Most!" 


Dari kejauhan Bastian teriak "EMIR! Lo dimana?" Emir berdiri. Bastian segera berlari mendekati Emir. "Kenapa?" tanya emir. "Maaf mir. Kemarin gue kebawa emosi.." Emir tersenyum kecil. "Mir, lo kenapa? Lo gak mau maafin gue?" "hah? Gue udah maafin lo.. Tenang aja kali" "jadi.. kita temenan lagi?" "Iya lah.. buat apa berantem gara2 hal kecil?" "hahaha bener lo! Oia mir.. Lo yang kuat ya.. meski gue tau lo kehilangan dia banget." "Gak Bas, gue gak akan kehilangan dia. Dia akan selalu ada dideket gue. Dimanapun gue berada. Gue akan selalu ditemani Malaikat terindah gue.." 




Beberapa Minggu setelah gue gak ada diantara mereka.

Meskipun mereka sempat down parah, tapi semua kembali baik. Bahkan membaik.


Bastian, diperbolehkan pindah ke Jakarta lagi dan tinggal di apartment omnya.



Radit, sekarang gak terlalu fokus dengan pacaran. Dia udah balik kaya dulu. Lebih deket ke temen-temen kelas termasuk Emir.



Virgin&Keke, udah gak jadi anak cetil lagi dikelas. Meskipun masih ngebully orang, tapi setidaknya lebih baik.


Pak Rusdi&Mbak, mereka masih setia menemani orang tua gue dirumah. Tak jarang mereka ikut mengunjungi makam gue sestiap bulannya.

Mama&Papa, Mereka udah balik ke Indonesia! Dan menetap disini. Mama keluar dari kerjaannya. Papa pindah kerjaan. Meskipun gajinya lebih kecil, tapi ia bisa berkumpul dengan keluarga besar dan bisa lebih dekat dengan gue. Mereka mulai sadar. Uang bisa dicari, tapi tidak untuk kasih sayang.


dan.. 


Emir.. 

Gak tau harus berkata apa. Makin hari dia makin dewasa. Setiap minggu, dia selalu menyempatkan diri buat datang ke makam gue dan memberikan setangkai bunga yang indah. Setiap kali gue melihat emir datang berkunjung ke 'rumah' yang baru gue ini, ingin rasanya berbicara langsung dengan dia lagi. Tapi, kalau sudah begini? Gue hanya bisa datang ke mimpinya.. Meski hanya sekedar mimpi, gue yakin dia akan mengerti. Bahwa gue kehilangan dia dan gue akan tetap sayang dia. Meski kita sudah tak bisa kembali seperti dulu. Disaat gue masih miliknya. 


Tapi... 

Jika lo percaya, lo yakin, dan lo berdoa. Semua yang ada didunia ini, yang lo anggap Mustahil, itu gak ada! kalau Tuhan berkehendak, semua pasti akan terjadi. Siapa yang bisa melawan kehendak-Nya? Tak ada. So.. Gue pengen ngasih tau. Bahwa, semua itu bisa terjadi didunia seluas ini. Semuanya. Termasuk hal kecil sekalipun. Karena, Tak Ada yang Tak mungkin. Didunia, yang seperti ini..

END.





^^^


Part lain? Click.

Kamis, Mei 16, 2013

FILM SOEKARNO



Film “Soekarno : Indonesia Merdeka! atau yang sering kita kenal sebagai "Film Soekarno" rencanannya akan tayang di bioskop pada tanggal 22 Desember 2013. Film ini baru saja mulai melakukan pengambilan gambar di Desa Weji, Klaten - Yogyakarta.  



Jumat, Mei 10, 2013

Emir Love Story "Tak ada yang Tak Mungkin" Part 37



"Anak saya mana? Dia kenapa?! Kenapa bisa disini?!" Kata mama Gue. Bastian tiba-tiba berdiri dan nunjuk Emir "Semua gara-gara dia tante! Dia!" Emir cuma bisa meratap. "Bas udahlah. Damai napa lo pada. Bukan dia yang salah.." Kata Radit menenangkan.

"Dia didalem, tunggu disini aja tante.." lanjut Radit. Mama gue duduk disebelah emir. Mereka berdua tak berbicara. Mama gue nangis parah. Mereka hanya bisa berdoa. Satu persatu tementemen gue dateng. Dokter keluar. Tapi dia tak berkata sepatah katapun. Anak2 kelas mulai memenuhi lorong itu. Airmata bercucuran. Emir mulai menyapa mama gue. "Tante.." tapi mama gue tak bisa menjawab. "Tante, Maaf. Mungkin dia jadi seperti ini gara-gara Emir tante.. Emir ngaku salah. Maaf kalau Emir telat ngasih taunya.." bibir mama gue terbukapun tidak. Apalagi mengeluarkan suara. "Tante, sebenernya.. Dia sakit apa?" "Kamu tidak tau?! Dia kanker darah stadium akhir! Kanker darah belum ditemukan obatnya sampai detik ini! Apa yang kamu lakukan sekarang?! Hanya menangis dan tidak melakukan sesuatu?!" "Maaf tan.. Mungkin selama ini Emir memang salah menjaga dia." "Apa gue bilang! LO YANG SALAH!" Bentak Bastian. "iya! EMIR SALAH. puas lo Bas? Lo coba diposisi gue! Lo bakal ngapain coba! kalo udah kaya gini?! Apa Bas?!" Emir pergi dari hadapan orang banyak itu. Pergi ke parkiran. Dan dengan kecepatan tinggi melaju menuju rumah gue. Semua kekunci. Halaman depan kotor parah. Daun kering berserakan dimana2 tertiup angin. Dia manjat pager dan naik ke kamar gue. Sama seperti diluar kamar gue juga gak kalah berantakan. 

Emir hanya bisa duduk dan terdiam. Semua kenangan emir dg gue, secara tibatiba muncul satupersatu dikepala emir. Dari awal, waktu kita masih musuhan. Waktu Emir masih nindas gue. Waktu Emir nyelamatin gue dari kecelakaan2.

Waktu Emir ngajak gue ke liburan. Waktu gue harus ingkar janji sama emir. Waktu...

Emir kaget melihat ipod gue nyala2. Batre low. Dia nyari charger. Dibuka semua foto dan kenangan di ipod itu. Dari foto pake jersey bareng, foto di suatu pulau, foto di taman yang indah itu, sampai emir melihat suatu video yang sangat membuat emir down. Video waktu liburan kemarin. Awal mula, gue dari penderitaan gue. 

"EMIR! Kenapa lo harus ngajak dia kesitu waktu itu?! Lo. Lo.. Bener kata bastian. Lo gak pantes jadi pacar dia! Dan ko gak pantes ada disamping dia selama ini!" Kalimat-kalimat itu melintas dipikiran emir. Semakin lama dia ditempat itu. Semakin lama dia menyalahkan dirinya. Tak lama phone emir berbunyi. Tertulis Radit di screen. Dua kali emir mengabaikannya. Untuk yang ketiga ini dia mengangkatnya. 

"MIR! lo dimama?! Dia butuh lo sekarang!" terdengar ditelinga emir suara tangisan dari banyak orang. Tetap emir tak menjawab. "EMIR! Gue serius! Dokter udah nyerah mir! Dia mangil nama lo terus! Percaya sama gue! Gue gak akan pernah bohong sama lo!" "dit. Gue gak bisa kesana." "WOY! Buka mata lo mir! Buka hati lo!  Lo tega banget sama dia! SADAR MIR! Dia itu pacar lo mir!" "sekarang udah gak dit." "Gue mohon mir. Kasian gue ngeliat dia..." "Gak bisa sekarang dit! Gu...e.." emir berhenti berbicara. Dia mendengar suara sangat lembut dari telephonenya yang gak asing buat dia, berkata:"to..long pang..il e..mir.. ak...u bu...tuh di..a.. se..ka..rang.." Mendengar itu emir langsung pergi ke RS...

Kendaraannya melaju lima kali lebih cepat dibanding sebelumnya. Sesampainya disana, emir udah ditunggu sama semua orang. Dia langsung masuk ke ruangan gue yang tadi. Papa&mama gue sdh berkumpul. Radit, bastian, keke&virgin. Saat emir masuk, ia langsung ditarik Radit buat ada disamping gue.Tanpa rasa malu emir menyentuh pipi gue, sempet mama gue pengen narik emir. Tapi ditahan papa gue. "Kenapa kamu nyari aku?" kata emir lembut. "mir.." "iya kenapa?" "ini..semua..bukan..salah..kamu..." semua orang diruangan itu tak bisa berhenti menangis, termasuk emir. "i..ya.." jawabnya. Dengan susah payah gue mengucapkan katakata terakhir. "i love you..." dan akhirnya gue menutup mata. Emir hanya bisa memegang erat tangan gue. "I love u too. I'll miss u." Air mata gue sempat turun beberapa kali. Sampai akhirnya gue pergi untuk selama-lamanya. 

Esok hari, semua teman dan saudara gue berkumpul mengenakan pakaian hitam. Terlihat sekilas, mata mereka penuh dengan air mata. Emir berdiri paling belakang ditemani radit. "Mir.. Tabah ya.." radit merangkul emir. "Dia pasti akan inget lo dari sana.. Lo harus percaya itu" lanjutnya.
Setelah semua selesai, tersisa sahabat dan keluarga kecil gue. Emir mendekati kedua orang tua gue. Dengan rasa takut yang menyelimuti hatinya, emir memberikan secarik surat yang pernah gue titipin.
"Tante, om.. Ini.."
Perlahan mereka membacanya. 



Dear
Dad&Mom

So long ya..
Mungkin kalau mama atau papa membaca surat ini.. Adek udah gak ada
Makasih ya pa-ma.. Untuk semua kasih sayang yang udah papa mama kasih buat adek. Meskipun selama ini papa-mama jauh dari adek. Tapi adek tetap bisa merasakan hangatnya kasih sayang kalian.


Maaf ya ma-pa, aku gak bisa jadi anak yang baik. Maaf selama ini adek selalu bikin mama papa panik. Maaf selama ini adek selalu sakit-sakitan. Adek gak bisa seperti anak-anak lain. Yang bisa membanggakan, dan bisa membahagiakan kedua orang tua-nya. Sementara adek.. Harus keluar masuk RS terus. Dan ini pa.. Ini ma.. Ini puncaknya.

Ma-pa. Semua ini sudah jadi jalan hidup adek.. Yang diberikan Tuhan buat adek. Adek mohon, mama atau pun papa jangan menyalahkan seseorang yang selama ini selalu ngurus dan ada buat Adek.. Dia telah melakukan yang terbaik buat adek. Dia sudah menjadi pengganti kalian saat kalian tak ada disisi adek.

Adek akan selalu ada buat mama dan papa.

With the great love,
Your daughter.
 




Setelah membaca surat itu, mama gue memegangnya dengan erat. dan memeluk emir. Wajah emir berubah. Emir tak mengerti apa yang mama gue maksud, karena ia tak tahu isi surat itu. Mama gue menangis dipundak Emir. "Tante kenapa menangis?" "Emir, maaf.. selama ini tante salah." Emir binggung harus menjawab seperti apa. Papa emir menyaut. "Dek Emir, Trimakasih selama ini kamu sudah menjaga dia sampai detikdetik terakhir dalam hidupnya.." "i..iya om.. tante.. Emir juga mau minta maaf, kalau Emir salah." "Bukan, bukan kamu yang salah.. Kamu tak pantas menuduh dirimu sendiri.." Kata Mama gue. Beberapa jam kemudian, orang tua gue pergi meninggalkan tempat itu. 



^^^


Part lain? Click.

Senin, Mei 06, 2013

Emir Love Story "Tak ada yang Tak Mungkin" Part 36

Midnight. 
Gue terbangun. Emir berada disamping gue lagi tertidur. Untung kali ini gak terjadi apa2. Gue mengambil secarik kertas&pulpen. Menulis apa yang ada dihati dan pikiran gue sekarang. setelah itu gue hanya memegang tangan emir. 

"Good night babe. Thanks for all. i love u" 


gue tertidur lagi. Gak beberapa lama emir kebangun dan melihat tangan gue ada ditangan dia. Emir hanya membenarkan posisi selimut gue. Gue kebangun. "eh sorry, kamu jadi kebangun" "gak kok" "udah tidur lagi.." "mir, seandainya malam ini, malam terakhir aku. Dan belum pamit sama mama-papa aku, tolong kasih ini ya.." gue ngasih surat yang tadi gue buat. "Malam terakhir? Apa maksudnya?!" 

Cengen abis gue. Air mata gue gak bisa gue bendung lagi! 

"Dari jauh sana.. Pasti aku akan merindukan kamu mir.. Jaga diri kamu baik2 ya. I always love you."

Gue memejamkan mata. Diluar dari diri gue, Emir masih bingung dg kata2 gue. Dia melontarkan beribu2 pertanyaan, tapi tak ada satupun dari pertanyaan dari Emir itu yang gue jawab. Tambah bingunglah dia. Mungkin ini saatnya gue barus berpisah dengan dirinya. Gue berdoa. 

"Tuhan.. Tuhan yang baik, aku lelah Tuhan. Lelah untuk menanggung semua ini. Tuhan pasti tahu apa yang aku inginkan. Satu pintaku ya Tuhan. Tolonglah Engkau sampaikan kepada semua teman-teman yang pernah aku kenal, kepada sahabat-sahabat yang paling aku sayangi, kepada semua orang yang telah membuat aku bertahan sampai detik ini
dan tolong sampaikan kepada kedua orangtua aku. Bahwa aku mencintai mereka dari hatiku yang terdalam.."

Diluar hujan deras mendera RS itu dan sekitarnya. Emir segera lari,mencari suster ataupun dokter. Sementara mbak yang diluar mencoba menelpon semua orang tua gue. Semua panik parah. Termasuk juga dokter. Emir hanya bisa menunggu diluar. Setetes demi setetes airmata berlian membasahi dilengannya. Tak beberapa lama bastian datang. "EMIRRRR! DIA KENAPA?" emir cuma bisa diam. "Mir! Kasih tau gue Mir!" tetap saja diam. "Mir! Denger gue! Kenapa dia?! Kenapa dia bisa kaya gini?!" bentak bastian yang panik berat. "Gue gak tau Bas! Liat aja didalem! Liat Bas! Liat! Mungkin ini salah gue.." "Jadi lo?! Yang buat dia kaya gini?!" amarah bastian memuncak dan semakin memuncak. "dia keujanan pas gue ajak jalan" "gimana sih lo? Lo pacar dia bukan?! Kenapa lo! Biarin dia! Keujanan!?" Bastian ngangkat kerah emir. "Liat mata gue lo! Lo itu gak pantes jadi pacar dia! Lo gak bisa jagain dia!" hampir aja bastian mukul si emir, sebelum dilerai sama Radit. "Woi! Lo ngapain berantem? Lo gak liat dia lagi didalem?!" seketika bastian jadi luluh hatinya. 


Berjamjam mereka menunggu. Sampai sang surya menampakan cahayanya pun, tak ada keterangan yang jelas dari pihak rumah sakit
Detak suara sepatu terdengar. Radit, Bastian, dan Emir menoleh ke sumber suara.
"Tante..?!!"


^^^


Part lain? Click.

Jumat, Mei 03, 2013

Emir Love Story "Tak ada yang Tak Mungkin" Part 35

Emir pun menjawab pertanyaan gue dengan perlahan.. 
"tadi jantung kamu gak stabil. Dokter datengnya lama banget. Aku bingung harus ngapain. Dari luar aku cuma bisa liat kamu ... Beberapa kali gagal. Sampai dokternya udah putusasa.. Pas dokternya keluar, aku mohon2 buat nyoba sekali lagi.. Dan hasilnya... :)" 
mendengar perkataan itu gue langsung memeluk emir. "Harusnya bukan kamu yang ada diposisi ini. Harusnya aku. Andai Tuhan mengabulkan doaku, aku ingin bertukar posisi denganmu.." "mir.. Udah jangan ngomong gitu.. Aku masih kuat mir.." segerombolan orang mengelilingi kita berdua. Mereka anak2 kelas dan orang2 yg deket dg gue. Semua dateng.  Mereka berdoa utk kesembuhan gue. Saat mereka keluar, terdengar langkah kaki yg cepat mendekati kamar. Dari jendela anak kelas mengerubungi orang itu. Dia pun masuk, dan mendekat ke gue dan emir. "Bastian?" tanya emir. "iya ini gue!" Mereka berpelukan ala anak futsal.(?) "Lo kenapa?" matanya bastian berkaca2 melihat gue seperti ini. "gue mikirin lo terus gila. Gue kangen sama kalian. Sampe kebawa mimpi!" "hahaha bastian lebay nih" kata gue. "serius! Tadi malem gue dapet kabar lo masuk rs. Saat itu juga gue mesen tiket. Utungnya dapet :D" kita bertiga saling ngobrol dan ngobrol. Radit dateng juga disaat yg pas. Melepas kerinduan yang panjang. 
Terlintas dibenak gue, kalau gue gak sakit kaya gini mungkin gak akan ngumpul seperti ini ya?
"Bas, lo balik kapan?" tanya Emir. "Belom tau, gue belom mesen tiket balik.. Rencananya gue mau nemenin lo, mir. Buat nungguin dia.."
"halah.. Boong tu mir! Bisa aja cari alesan dia! Bilang aja lo mau nemenin dia disini." cela Radit. "eh apaan sih lo dit?" gue sama emir cuma bisa ketawa melihat mereka berantem kaya anak kecil. "mir serius mir, bukan itu maksud gue" "iya. Gue tau" kata emir. 

Tuhan mungkin memberikan waktu untuk gue melupakan sejenak penyakit gue dan tertawa bersama mereka.


Malemnya.. Tersisa emir dan bastian diruangan.
"kalian.. gak pulang?" "pulang mah gampang nanti.." kata bastian. "Eh, lo nanti nginep dimane bas?" tanya emir. "deket sini, om gue punya apartment. Jadi gampanglah. Tinggal jalan aja sampe" "Mir, kamu disitu aja.. Dari pada kamu harus tidur dibangku gini.." bujuk gue. "Sini aja lebih enak." kata emir. Tapi bastian bilang "oia bener tuh mir! Biar temenin gue" "ye. Emang lo sakit harus ditungguin? :p" "yeh lo. Batu banget dibilangin sama pacar lo sendiri" "pacar gue dia bukan lo:p" "Tau ah." "hust udah lah.. Kalian apa sih berantem kaya anak kecil gitu" "hahahaha bercanda kok sayang..." "Gue gak dipanggil sayang juga mir?" mereka saling menyela tanpa berujung. Sampai gue ketiduran..