Jumat, Agustus 05, 2016

00:07 // Pagi yang Melelahkan

Dengan langkah kecil sambil celinga celinguk. Untuk pertama kalinya aku memasuki kamar laki-laki! Ya laki-laki selain papa. Karena aku hanya anak tunggal dan tidak pernah menginap dirumah laki-laki.

Dalam bayanganku, kamar seorang anak laki-laki seumuran ku, pasti akan berantakan. Barang berserakan dilantai. Baju kotor disudut kamar, serpihan makanan diatas tempat tidur. Piring kotor tertumpuk diatas meja belajar. Kabel kabel stik ps yang menjulur ke semua lantai. Seperti kamar Dylan tadi.

Uh. Dylan! Dia laki-laki yang sangat baik dan dia sangat mengerti apa yang perempuan butuhkan. Yap. He treat me like . . Uh. I think i have crush--

"udah masuk!" Arg. And im pretty sure i hate this guy for a millions years. "Lo ngapain kek jangan ganggu gue. Main laptop. Baca majalah. gadgetan. Apa kek. Gue mau ti-dur!"


"Tapi laptop gue dirumah," Aku langsung angkat bicara saat mengingat macbook ku masih berada di laci meja belajarku semenjak aku jarang menggunakannya.

"ambil punya gue."






Dan setelahnya aku yakin sang raja minyak sudah terlelap dalam tidurnya. Aku kembali melangkah mendekati tempat tidur ukuran qween dimana Emir tergeletak. Bed cover yang berwarna hitam, sarung bantal hitam, dinding hitam, hiasan dinding hitam. Tapi. Semua berada pada tempatnya. Tak ada serpihan makanan diatas tempat tidur, tak ada tumpukan baju, piring kotor atau apapun. Cukup bersih untuk kamar laki-laki. Nope. Sangat bersih! How cool gais.

Namun. Satu hal yang janggal. Tak ada sofa, couch, atau apapun di kamar ini. Hanya sebuah tempat tidur, dan meja belajar.

ya keles gue tidur di atas meja.

setidaknya, dipojok ruangan ini tak ada baju kotor dan cukup luas untuk ku mengambil selimut dari kamarku dan menggelarnya disini.

cukup nyaman. . . Setidaknya lebih baik dari pada aku harus menghabiskan malam ini sendirian dikamar yang sangat besar dan asing untukku.

Aku mengambil macbook milik Emir yang masih menyala diatas tempat tidurnya, disebelahnya persis dan menggeletakan badanku dipojok ruangan yang telah ku sulap menjadi tempat tidur sementara. Meskipun terlihat seperti tempat tidur Justin . .

Saat aku membuka layar macbook ini, halaman pertama yang muncul adalah broser dari CNN Regions dengan headline Virginia Tech Shootings Fast Facts. Diunggah pada tanggal 30 Maret 2016. 

Aku menscrol ke bawah dan membaca sekilas laman yang bercerita tentang penembakan di Amerika.

09:26 am - The school sends out an email statement that a shooting took place at West Amber Jhonston Hall earlier that morning.

09:45 am - 911 calls a report a second round of shootings in classrooms at Norris Hall, the engineering science and mechanics building. At least 32 student and faculty are killed.

09:50 am - "Please stay put." A second hall notifies students that a gunman is loose on campus.

Hm. 

Hypothesis number one.
Emir suka baca berita.

Cukup misterius. Berita lama dan tempat kejadian perkara juga sangat jauh. Hm. Hobi yang unik.

Nevermind. Aku membuka laman yang baru dan surfing video apapun di Youtube. Video behind the scene, video clip, video world tour, video snapchat, dan banyak hal. Sampai aku merasa bosan dan tak ada ide untuk mencari video apapun. Aku memutuskan untuk membuka photo yang tersimpan disini. Hm. Agak private. Tapi siapa yang tau. Hahha.

Semua folder sudah ku buka. Tak ada foto yang menarik. Huff. Hampir semua folder berisi foto sepak bola, mobil mewah, jokes-jokes garing, dan screenshot beberapa artikel berbahasa inggis yang sangat malas untuk ku baca satu persatu.

Ups. I found that one.

Sebuah folder yang memiliki nama 'Atlanta'. Yang ada dipikiranku sekarang adalah daratan berlapis es diatas gunung dan dengan salju turun sepanjang hari yang disebut atlanta itu.

Setelah ku klik, terdapat dua folder didalamnya. Party dan Concert. Aku menekan kursor pada folder concert.

U know what?

Sepertinya Atlanta telah berubah menjadi kota dengan gedung pencakar langit dan tak ada salju turun sepanjang hari lagi.

Folder concert maupun folder party berisikan foto-foto dengan kualitas sangat bagus. Hm. Mulai dari folder concert yang menyimpan berbagai macam foto yang berhasil menangkap beberapa moment saat konser berlansung, berbagai macam tiket, dan foto random lainnya dalam suasana gelap dengan flash yang berhasil membuat foto ini berhasil menampilkan objek utamanya. Oh! Dan jangan lupa ada Emir dibeberapa foto meskipun tak terlalu jelas.

Folder party. Sangat random. Hampir keseluruhan foto itu hitam dan gelap. Laser dan berbagai macam warna menghiasi dibeberapa foto lainnya.

Hypothesis number two.
He likes party, concert, clubbing? drink? I dont know. Its too random.

Hypothesis number three.
Dia pernah tinggal di Atlanta. Hm. Hipotesis ketiga cukup kuat dengan beberapa bukti foto ini. Emir tinggal di Atlanta , sekolah disana, punya banyak teman, hurahura, lalu tahun berikutnya ia pindah ke Indonesia dan bersekolah di SMA ku, lalu dia membuat gank abank gantenk. Hm. Kapan Emir masuk sekolah ku? Sejak awal atau. . Naomi! Ya! She knows everything!

Aku mengambil iphone di kamarku dan huf. Bodoh. Bagaimana bisa batrai handphone mu akan terisi penuh jika tak ada aliran listrik yang mengalirinya. Btz. Bahasa lo Vet.

Sudah ada tanda kehidupan saat aku mencolokan iphoneku dengan charger milik Emir. U know lah. Aku terlalu malas untuk mencari seupil charger didalam tastas yang belum sempat aku bongkar.

okey. Mungkin besok aku akan bertanya kepada Naomi.

Setelah beberapa hipotesis telah ku temukan, bahan stalker habis, dan berhubung sekarang sudah menunjukan pukul tiga pagi. Aku memutuskan untuk tidur dengan guling dan spring bed di pojok ruangan ini. Kedinginan.



***


Hoam.




ugh.

geli.

brr.

perut gue kenapa buluan gini.

ugh.

stop.

Mataku terbuka dan hal yang ku rasakan adalah pusing. Jam berapa ini?

ugh. Geli.

Aku memusatkan perhatianku pada perut ku dan disana tergeletaklah sang siluman dengan unyu nya menggeliat diatas udelku.

"Heh!"

Aku meraih benda itu dan memeluknya. Uh. Halus.

"Nama mu siapa?" Hmm "Justin ya?" "Aku panggil jeybii aja ya? Unyuu biar kek justin biberr,"

"VELVET AYO SARAPAN. ."

uh. Kenapa sih Tante Pal selalu bersemangat saat jam makan? Huft.

"NANTI KAMU TELAT KE SEKOLAH LOH. . "

Ohsyit.

Its Monday!

shytshytshyt.

Tanpa membuang waktu yang aku tak tahu sudah jam berapa, aku menyibakan selimut hitam dan langsung turun dari tempat tidur, berlari kecil melewati walk closet dan masuklah ku ke dalam kamar mandi.

Sabunan, kramas, sikat gigi-- hey! Dimana sikat gigiku?

Tak ada satu barang pun di wastafel yang aku kenal. Semua asing dan-- facial wash for-- man?

shyt!

Gue lupa ini kamar--

Tetesan air meluncur dari ujung rambutku menuju lantai kamar mandi. Aku memandangi dengan miris diriku dari pantulan kaca. Tak ada pakaian ganti, rambut lepek, badan basah kuyup, dan aroma . . Coconut? Hmph! Dan sekarang bau tubuhku sama seperti manusia yang paling aku benci di Indonesia Raya ini!

Its Mon(ster)day!

Mata ku berbinar saat menemukan sehelai handuk putih tersampir dibalik pintu kamar mandi. Tanpa peduli handuk itu masih agak basah. Ewh. Dan aku yakin ini telah digunakan oleh pemilik kamar, aku melilitkan handuk itu diketiak dan menjuntai hingga menutupi hampir setengah paha. Hampir. Ya hampir. Ya, rencana ku sekarang adalah. Keluar dari sini. Membawa baju kotor. Berjalan menyusuri kamar. Celinga celingu dipintu kamar. Sedikit berlari saat menyebrang menuju kamarku. Dan berdoa semoga saja si raja minyak tidak menampilkan batang hidungnya.


Ya.

Ready.

Set,

Go!

haphaphaphap.

Aku berhasil keluar kamar mandi, berjalan beberapa langkah hingga aku berhenti disamping tempat tidur yang sangat berantakan, dimana Jeybi melungker dengan indahnya diatas springbed warna putihku.

Tunggu.

Perasaan kemaren spring bed gue pojokan, napa sekarang diatas tempat tidur Si Emir? Apa tadi gue ngelindur trus jalan sendiri ke atas--

KREG. SWIINGG.

Mataku melotot. Tanganku dengan reflek memegang erat handuk putih yang melilit ditubuhku. Dia berdiri di kusen pintu, memandangiku dari atas hingga bawah. Ewh. He smirks at you Vet!

Lalu ia berjalan slowmotion ke arah ku yang masih mematung dengan tetesan air yang terasa semakin dingin sekarang. Dan dia berdiri tepat didepanku, aku bisa merasakan jempol kaki kita bertemu. Dia mencondongkan badannya. Dan mengulurkan tangannya ke belakang ku. Dan wajahnya kini berada di lekukan bahu dan leherku. Napasnya membuatku semakin merinding.

Tuhan, kalau memang ini hari terakhirku. Tolong sampaikan. Velvet sayang mama dan papa.

Apa yang akan Emir?! Dari hipotesis ke duaku tentang sivraja minyak yang suka party dan clubbing pasti 75% dari otak nya adalah pikiran kotor ewh mesum. Om om mesum arab! Dan dari cerita yang sering ku baca dinovel atau wattpad, akhir dari adegan ini adalah sang pria akan mencium sang wanita dan mencari sweetspot dan ewh.

"L-Lo ma-u. Nga-pain? Mesu-"

"Gue mau ambil hape," Detik selanjutnya dia memberi jarak diantara kita, memasang wajah yang asdfghjkl salah satu alis terangkat, senyumannya dan menunjukan sebuah handphone beserta charger di tangan kanannya yang tadi terulur dibelakang badanku. "Makanya, jadi cewek jangan baca novel mesum mulu!"

Lalu setelahnya ia berjalan ke arah pintu dan menutupnya dengan sekali hentakan.

"HAAAA! OM OM ARABB MESUM KAMPRETTT!"

Seletah aku berpakaian seragam, rok kotak-kotak biru, hem putih, tangan kanan menenteng sepatu dan di bahu kiriku tersangkol lah tas ransel. Aku berlari kecil menuju kamar Emir, mengambil iphone dan haphaphap, aku langsung melompat beberapa anak tangga meskipun itu sangat sakit hingga sampailah pada lantai dasar dan langsung menuju ruang makan yang tersisa sebuah piring berisikan nasi goreng dan segelas air putih.

"Nah, dimakan ayo nasi gorengnya," Hua. Entah mangapa, sekarang aku tak terlalu tertarik dengan nasi goreng. Tidak seperti dulu. Mungkin setelah chapter nasi goreng ku sayang, akan mengubah pandanganku terhadap nasi goreng. Menyedihkan. "Velvel," "Dimakan nasi gorengnya,"

"Aku ke sekolah jalan kaki atau . . "

"Bareng Emir, dia lagi ngambil kunci,"

wait! Jangan sampai aku terlambat masuk ke mobil atau bisa jadi aku akan ditinggal oleh nyaa. . .

"Tante, Velvet makan di mobil ya! Babay tann!" Kataku langsung mencium kedua pipinya dan berlari menuju garasi dengan nasi goreng di tangan kiri.

Fiuh, pagi yang melelahkan.

Dengan tangan kanan yang mengapit sepasang sepatu hitamku, aku membuka kursi penumpang mobil sport milik Om Brian yang kemarin aku gunakan. Tak ada Emir di kursi pengemudi.

Gue aman.

Brummbrumbrumm. .

TIN!

hukhukkk.

Itu suara mesin dan klakson mobil bukannya . .

Aku melihat ke kanan dan ke kiri dari dalam kaca mobil yang gelap, tak ada siapa-siapa. Kursi penumpang masih kosong, tapi bukannya tadi ada suara mesin mobil? Sepengelihatanku, di garasi ini hanya terdapat dua mobil. Pertama mobil sport Om Brian dan yang satu, mobil Juke Tante--



Brembembem. . 




Aku melihat ke kiri dan. . . Mobil Juke hitam itu berjalan keluar garasi. Dan tebak. Siapa yang mengemudikan!?

Dengan terhuyung-huyung membawa sepasang sepatu, seiring nasi goreng, dan ransel yang aku tak tahu berisi apa yang pasti lumayan berat, aku mengejar mobil Juke oranye itu dan menggedor-gedor pintu penumpang bagian depan yang terkunci. 

huft. Lelah lahir batin. 


"Cepet masuk!" Baru saja pintu terbuka seperempat, si abang sudah marah-marah. 

"Ish. Sabar napa," aku melempar tas ke belakang sehingga aku bisa duduk dengan normal sambil memangku sepiring nasi goreng buatan masterchef kita. 

Emir mengendus kesal sebelum akhirnya mobil ini meninggalkan pelataran rumah dan berjalan menuju sekolah. Semakin dekat dengan sekolah, nasi gorengku semakin banyak yang berpindah ke perut. 

Satu gang lagi sebelum akhirnya kami memasuki area sekolah, sebelum sebuah angkot dengan se enak jidat berhenti mendadak didepan mobil ini dan Emir harus mengerem mendadak tepat didepan sebuah 7Eleven. 

Hua! Iya! 


"Mir, lo tunggu sini!" Aku membuka seatbelt dan turun dari mobil tanpa alas kaki. Baru empat atau lima langkah, aku melupakan sesuatu. Kembali ke mobil dan mengambil beberapa lembar uang yang berada di kotak. 

"Mau kemana njing! Udah tela--" 
 
Brak. 

Aku menutup pintu sebelum Emir kembali mengoceh. Masuk ke dalam sevel dan mengambil sebotol susu kedelai. Satu hari tanpa nya, maka aku pastikan hari itu akan menjadi hari yang hampa. 

Mobil juke masih berhenti didepan sevel saat aku menerima uang kembalian dan memasuki mobil yang disambut dengan wajah Emir yang sangat menjengkelkan. 

"Sudah selesai mbak belanjanya?" Katanya sambil kembali menjalankan mobil ini menuju gang berikutnya. 

"Udah bang! Ayo cuss sekolaa!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar