Dengan
langkah kecil sambil celinga celinguk. Untuk pertama kalinya aku memasuki kamar
laki-laki! Ya laki-laki selain papa. Karena aku hanya anak tunggal dan tidak
pernah menginap dirumah laki-laki.
Dalam
bayanganku, kamar seorang anak laki-laki seumuran ku, pasti akan berantakan.
Barang berserakan dilantai. Baju kotor disudut kamar, serpihan makanan diatas
tempat tidur. Piring kotor tertumpuk diatas meja belajar. Kabel kabel stik ps
yang menjulur ke semua lantai. Seperti kamar Dylan tadi.
Uh.
Dylan! Dia laki-laki yang sangat baik dan dia sangat mengerti apa yang
perempuan butuhkan. Yap. He treat me like . . Uh. I think i have crush--
"udah
masuk!" Arg. And im pretty sure i hate this guy for a millions years.
"Lo ngapain kek jangan ganggu gue. Main laptop. Baca majalah. gadgetan.
Apa kek. Gue mau ti-dur!"
"Tapi
laptop gue dirumah," Aku langsung angkat bicara saat mengingat macbook ku
masih berada di laci meja belajarku semenjak aku jarang menggunakannya.
"ambil
punya gue."
Dan
setelahnya aku yakin sang raja minyak sudah terlelap dalam tidurnya. Aku
kembali melangkah mendekati tempat tidur ukuran qween dimana Emir tergeletak.
Bed cover yang berwarna hitam, sarung bantal hitam, dinding hitam, hiasan
dinding hitam. Tapi. Semua berada pada tempatnya. Tak ada serpihan makanan
diatas tempat tidur, tak ada tumpukan baju, piring kotor atau apapun. Cukup
bersih untuk kamar laki-laki. Nope. Sangat bersih! How cool gais.
Namun.
Satu hal yang janggal. Tak ada sofa, couch, atau apapun di kamar ini. Hanya sebuah
tempat tidur, dan meja belajar.
ya
keles gue tidur di atas meja.
setidaknya,
dipojok ruangan ini tak ada baju kotor dan cukup luas untuk ku mengambil selimut dari kamarku dan menggelarnya disini.
cukup
nyaman. . . Setidaknya lebih baik dari pada aku harus menghabiskan malam ini
sendirian dikamar yang sangat besar dan asing untukku.
Aku
mengambil macbook milik Emir yang masih menyala diatas tempat tidurnya,
disebelahnya persis dan menggeletakan badanku dipojok ruangan yang telah ku
sulap menjadi tempat tidur sementara. Meskipun terlihat seperti tempat tidur
Justin . .
Saat
aku membuka layar macbook ini, halaman pertama yang muncul adalah broser dari
CNN Regions dengan headline Virginia Tech Shootings Fast Facts. Diunggah pada
tanggal 30 Maret 2016.
Aku menscrol ke bawah dan membaca sekilas laman yang bercerita tentang penembakan di Amerika.
09:26
am - The school sends out an email statement that a shooting took place at West
Amber Jhonston Hall earlier that morning.
09:45
am - 911 calls a report a second round of shootings in classrooms at Norris
Hall, the engineering science and mechanics building. At least 32 student and
faculty are killed.
09:50 am - "Please stay put." A second hall notifies students that a gunman is loose on campus.
Hm.
Hypothesis number one.
Emir
suka baca berita.
Cukup
misterius. Berita lama dan tempat kejadian perkara juga sangat jauh. Hm. Hobi
yang unik.
Nevermind.
Aku membuka laman yang baru dan surfing video apapun di Youtube. Video behind
the scene, video clip, video world tour, video snapchat, dan banyak hal. Sampai
aku merasa bosan dan tak ada ide untuk mencari video apapun. Aku memutuskan
untuk membuka photo yang tersimpan disini. Hm. Agak private. Tapi siapa yang
tau. Hahha.
Semua
folder sudah ku buka. Tak ada foto yang menarik. Huff. Hampir semua folder
berisi foto sepak bola, mobil mewah, jokes-jokes garing, dan screenshot
beberapa artikel berbahasa inggis yang sangat malas untuk ku baca satu persatu.
Ups.
I found that one.
Sebuah
folder yang memiliki nama 'Atlanta'. Yang ada dipikiranku sekarang adalah
daratan berlapis es diatas gunung dan dengan salju turun sepanjang hari yang
disebut atlanta itu.
Setelah
ku klik, terdapat dua folder didalamnya. Party dan Concert. Aku menekan kursor
pada folder concert.
U
know what?
Sepertinya Atlanta telah berubah menjadi kota dengan gedung pencakar langit dan tak ada
salju turun sepanjang hari lagi.
Folder
concert maupun folder party berisikan foto-foto dengan kualitas sangat bagus.
Hm. Mulai dari folder concert yang menyimpan berbagai macam foto yang berhasil
menangkap beberapa moment saat konser berlansung, berbagai macam tiket, dan
foto random lainnya dalam suasana gelap dengan flash yang berhasil membuat foto
ini berhasil menampilkan objek utamanya. Oh! Dan jangan lupa ada Emir
dibeberapa foto meskipun tak terlalu jelas.
Folder
party. Sangat random. Hampir keseluruhan foto itu hitam dan gelap. Laser dan
berbagai macam warna menghiasi dibeberapa foto lainnya.
Hypothesis
number two.
He
likes party, concert, clubbing? drink? I dont know. Its too random.
Hypothesis
number three.
Dia
pernah tinggal di Atlanta. Hm. Hipotesis ketiga cukup kuat dengan beberapa
bukti foto ini. Emir tinggal di Atlanta , sekolah disana, punya banyak teman,
hurahura, lalu tahun berikutnya ia pindah ke Indonesia dan bersekolah di SMA
ku, lalu dia membuat gank abank gantenk. Hm. Kapan Emir masuk sekolah ku? Sejak
awal atau. . Naomi! Ya! She knows everything!
Aku
mengambil iphone di kamarku dan huf. Bodoh. Bagaimana bisa batrai handphone mu
akan terisi penuh jika tak ada aliran listrik yang mengalirinya. Btz. Bahasa lo
Vet.
Sudah
ada tanda kehidupan saat aku mencolokan iphoneku dengan charger milik Emir. U
know lah. Aku terlalu malas untuk mencari seupil charger didalam tastas yang
belum sempat aku bongkar.
okey.
Mungkin besok aku akan bertanya kepada Naomi.
Setelah
beberapa hipotesis telah ku temukan, bahan stalker habis, dan berhubung
sekarang sudah menunjukan pukul tiga pagi. Aku memutuskan untuk tidur dengan
guling dan spring bed di pojok ruangan ini. Kedinginan.
***
Hoam.
ugh.
geli.
brr.
perut
gue kenapa buluan gini.
ugh.
stop.
Mataku
terbuka dan hal yang ku rasakan adalah pusing. Jam berapa ini?
ugh.
Geli.
Aku
memusatkan perhatianku pada perut ku dan disana tergeletaklah sang siluman
dengan unyu nya menggeliat diatas udelku.
"Heh!"
Aku
meraih benda itu dan memeluknya. Uh. Halus.
"Nama
mu siapa?" Hmm "Justin ya?" "Aku panggil jeybii aja ya?
Unyuu biar kek justin biberr,"
"VELVET
AYO SARAPAN. ."
uh.
Kenapa sih Tante Pal selalu bersemangat saat jam makan? Huft.
"NANTI
KAMU TELAT KE SEKOLAH LOH. . "
Ohsyit.
Its
Monday!
shytshytshyt.
Tanpa
membuang waktu yang aku tak tahu sudah jam berapa, aku menyibakan selimut hitam
dan langsung turun dari tempat tidur, berlari kecil melewati walk closet dan
masuklah ku ke dalam kamar mandi.
Sabunan,
kramas, sikat gigi-- hey! Dimana sikat gigiku?
Tak
ada satu barang pun di wastafel yang aku kenal. Semua asing dan-- facial wash
for-- man?
shyt!
Gue
lupa ini kamar--
Tetesan
air meluncur dari ujung rambutku menuju lantai kamar mandi. Aku memandangi
dengan miris diriku dari pantulan kaca. Tak ada pakaian ganti, rambut lepek,
badan basah kuyup, dan aroma . . Coconut? Hmph! Dan sekarang bau tubuhku sama
seperti manusia yang paling aku benci di Indonesia Raya ini!
Its
Mon(ster)day!
Mata
ku berbinar saat menemukan sehelai handuk putih tersampir dibalik pintu kamar
mandi. Tanpa peduli handuk itu masih agak basah. Ewh. Dan aku yakin ini telah
digunakan oleh pemilik kamar, aku melilitkan handuk itu diketiak dan menjuntai
hingga menutupi hampir setengah paha. Hampir. Ya hampir. Ya, rencana ku sekarang
adalah. Keluar dari sini. Membawa baju kotor. Berjalan menyusuri kamar. Celinga
celingu dipintu kamar. Sedikit berlari saat menyebrang menuju kamarku. Dan
berdoa semoga saja si raja minyak tidak menampilkan batang hidungnya.
Ya.
Ready.
Set,
Go!
haphaphaphap.
Aku
berhasil keluar kamar mandi, berjalan beberapa langkah hingga aku berhenti
disamping tempat tidur yang sangat berantakan, dimana Jeybi melungker dengan
indahnya diatas springbed warna putihku.
Tunggu.
Perasaan
kemaren spring bed gue pojokan, napa sekarang diatas tempat tidur Si Emir? Apa
tadi gue ngelindur trus jalan sendiri ke atas--
KREG.
SWIINGG.
Mataku
melotot. Tanganku dengan reflek memegang erat handuk putih yang melilit
ditubuhku. Dia berdiri di kusen pintu, memandangiku dari atas hingga bawah.
Ewh. He smirks at you Vet!
Lalu
ia berjalan slowmotion ke arah ku yang masih mematung dengan tetesan air yang
terasa semakin dingin sekarang. Dan dia berdiri tepat didepanku, aku bisa
merasakan jempol kaki kita bertemu. Dia mencondongkan badannya. Dan mengulurkan
tangannya ke belakang ku. Dan wajahnya kini berada di lekukan bahu dan leherku.
Napasnya membuatku semakin merinding.
Tuhan,
kalau memang ini hari terakhirku. Tolong sampaikan. Velvet sayang mama dan
papa.
Apa
yang akan Emir?! Dari hipotesis ke duaku tentang sivraja minyak yang suka party
dan clubbing pasti 75% dari otak nya adalah pikiran kotor ewh mesum. Om om
mesum arab! Dan dari cerita yang sering ku baca dinovel atau wattpad, akhir dari
adegan ini adalah sang pria akan mencium sang wanita dan mencari sweetspot dan
ewh.
"L-Lo
ma-u. Nga-pain? Mesu-"
"Gue
mau ambil hape," Detik selanjutnya dia memberi jarak diantara kita,
memasang wajah yang asdfghjkl salah satu alis terangkat, senyumannya dan
menunjukan sebuah handphone beserta charger di tangan kanannya yang tadi
terulur dibelakang badanku. "Makanya, jadi cewek jangan baca novel mesum
mulu!"
Lalu
setelahnya ia berjalan ke arah pintu dan menutupnya dengan sekali hentakan.
"HAAAA!
OM OM ARABB MESUM KAMPRETTT!"
Seletah
aku berpakaian seragam, rok kotak-kotak biru, hem putih, tangan kanan menenteng
sepatu dan di bahu kiriku tersangkol lah tas ransel. Aku berlari kecil menuju
kamar Emir, mengambil iphone dan haphaphap, aku langsung melompat beberapa anak
tangga meskipun itu sangat sakit hingga sampailah pada lantai dasar dan
langsung menuju ruang makan yang tersisa sebuah piring berisikan nasi goreng
dan segelas air putih.
"Nah,
dimakan ayo nasi gorengnya," Hua. Entah mangapa, sekarang aku tak terlalu
tertarik dengan nasi goreng. Tidak seperti dulu. Mungkin setelah chapter nasi
goreng ku sayang, akan mengubah pandanganku terhadap nasi goreng. Menyedihkan.
"Velvel," "Dimakan nasi gorengnya,"
"Aku
ke sekolah jalan kaki atau . . "
"Bareng
Emir, dia lagi ngambil kunci,"
wait!
Jangan sampai aku terlambat masuk ke mobil atau bisa jadi aku akan ditinggal
oleh nyaa. . .
"Tante,
Velvet makan di mobil ya! Babay tann!" Kataku langsung mencium kedua
pipinya dan berlari menuju garasi dengan nasi goreng di tangan kiri.
Fiuh,
pagi yang melelahkan.
Dengan
tangan kanan yang mengapit sepasang sepatu hitamku, aku membuka kursi penumpang
mobil sport milik Om Brian yang kemarin aku gunakan. Tak ada Emir di kursi
pengemudi.
Gue
aman.
Brummbrumbrumm.
.
TIN!
hukhukkk.
Itu
suara mesin dan klakson mobil bukannya . .
Aku melihat ke kanan
dan ke kiri dari dalam kaca mobil yang gelap, tak ada siapa-siapa. Kursi
penumpang masih kosong, tapi bukannya tadi ada suara mesin mobil?
Sepengelihatanku, di garasi ini hanya terdapat dua mobil. Pertama mobil sport
Om Brian dan yang satu, mobil Juke Tante--
Brembembem. .
Aku melihat ke kiri dan. . . Mobil Juke hitam itu berjalan keluar garasi. Dan tebak. Siapa yang mengemudikan!?
Dengan terhuyung-huyung membawa sepasang sepatu, seiring nasi goreng, dan ransel yang aku tak tahu berisi apa yang pasti lumayan berat, aku mengejar mobil Juke oranye itu dan menggedor-gedor pintu penumpang bagian depan yang terkunci.
huft. Lelah lahir batin.
"Cepet masuk!" Baru saja pintu terbuka seperempat, si abang sudah marah-marah.
"Ish. Sabar napa," aku melempar tas ke belakang sehingga aku bisa duduk dengan normal sambil memangku sepiring nasi goreng buatan masterchef kita.
Emir mengendus kesal sebelum akhirnya mobil ini meninggalkan pelataran rumah dan berjalan menuju sekolah. Semakin dekat dengan sekolah, nasi gorengku semakin banyak yang berpindah ke perut.
Satu gang lagi sebelum akhirnya kami memasuki area sekolah, sebelum sebuah angkot dengan se enak jidat berhenti mendadak didepan mobil ini dan Emir harus mengerem mendadak tepat didepan sebuah 7Eleven.
Hua! Iya!
"Mir, lo tunggu sini!" Aku membuka seatbelt dan turun dari mobil tanpa alas kaki. Baru empat atau lima langkah, aku melupakan sesuatu. Kembali ke mobil dan mengambil beberapa lembar uang yang berada di kotak.
"Mau kemana njing! Udah tela--"
Brak.
Brembembem. .
Aku melihat ke kiri dan. . . Mobil Juke hitam itu berjalan keluar garasi. Dan tebak. Siapa yang mengemudikan!?
Dengan terhuyung-huyung membawa sepasang sepatu, seiring nasi goreng, dan ransel yang aku tak tahu berisi apa yang pasti lumayan berat, aku mengejar mobil Juke oranye itu dan menggedor-gedor pintu penumpang bagian depan yang terkunci.
huft. Lelah lahir batin.
"Cepet masuk!" Baru saja pintu terbuka seperempat, si abang sudah marah-marah.
"Ish. Sabar napa," aku melempar tas ke belakang sehingga aku bisa duduk dengan normal sambil memangku sepiring nasi goreng buatan masterchef kita.
Emir mengendus kesal sebelum akhirnya mobil ini meninggalkan pelataran rumah dan berjalan menuju sekolah. Semakin dekat dengan sekolah, nasi gorengku semakin banyak yang berpindah ke perut.
Satu gang lagi sebelum akhirnya kami memasuki area sekolah, sebelum sebuah angkot dengan se enak jidat berhenti mendadak didepan mobil ini dan Emir harus mengerem mendadak tepat didepan sebuah 7Eleven.
Hua! Iya!
"Mir, lo tunggu sini!" Aku membuka seatbelt dan turun dari mobil tanpa alas kaki. Baru empat atau lima langkah, aku melupakan sesuatu. Kembali ke mobil dan mengambil beberapa lembar uang yang berada di kotak.
"Mau kemana njing! Udah tela--"
Brak.
Aku menutup pintu sebelum Emir kembali mengoceh. Masuk ke dalam sevel dan mengambil sebotol susu kedelai. Satu hari tanpa nya, maka aku pastikan hari itu akan menjadi hari yang hampa.
Mobil juke masih berhenti didepan sevel saat aku menerima uang kembalian dan memasuki mobil yang disambut dengan wajah Emir yang sangat menjengkelkan.
"Sudah selesai mbak belanjanya?" Katanya sambil kembali menjalankan mobil ini menuju gang berikutnya.
"Udah bang! Ayo cuss sekolaa!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar