Senin, Agustus 01, 2016

00:04 // Satpam Selamat Datang

Sunday morning, rain is falling

Suara merdu abang adam sangat menghangatkan minggu pagi ini yang diguyur hujan ringan.

 Steal some covers, share some skin
 Clouds are shrouding us in moments unforgettable
 You twist to fit the mold that I am in

 But things just get so crazy, living life gets hard to do
 And I would gladly hit the road, get up and go if I knew

 That someday it would lead me back to you
 That someday it would lead me back to youuu

That may be all I need
 In darkness, she is all I see
 Come and rest your bones with me
 Driving slow on Sunday morning
 And I never want to leave

 Duh.

Gak kuku adek, bang.

"Velvet, garpunya buat nyuap spaghetti ke mulut, bukan cuma buat ngadukngaduk,"

Yaela. Abang gojek juga tau tan. Abang Adam juga tau.

"Gak enak spaghettinya?"

Ett. Ini spaghetti udah kaya buatan masterchef dibilang ga enak. "Enggaa! Lagi dengerin Abang Adam nyanyi,"

"Abang Adam siapa?" Tanya Tante Pal yang kini menatapku aneh.

"Dia emang punya dunia sendiri, biarin aja."

Eh. Abang goclean baru bangun.

Ia turun dari tangga dan berjalan menuju meja makan dimana aku dan Tante Pal memakan spaghetti kita masing-masing. Ralat, hanya Tante Pal yang memakannya. Sementara aku hanya mengadukaduknya karna saking terpesona mendengar suara surga yang turun dari speaker di ruang makan ini. Abang goclean menatapku sinis sambil mengangat sedikit ujung bibirnya saat melewatiku dan duduk disebelahku. Seketika wangi coconut semerbak disetiap sudut udara dibumi ini.

Dia sudah berganti pakaian dengan kaos abu-abu dan boxer hijau bergambar melon.

Seger bang.

Pen bet digigit dah melonnya.

Sementara akuu masih menggunakan pakaian yang sama saat pertama kali menginjakan kaki disini. Jangan tanya mengapa. Untuk berpindah dari ruang televisi ke rumah makan saja butuh perjuangan seperti peejuangan para pahlawan Indonesia melawan penjajah.

Dan bagaimana malunya aku, saat ditemukan terkapar disofa sambil memeluk siluman boneka unyu oleh Tante Pal. Dan aku harus menceritakan tragedi berdarah tadi pagi . Terkecuali menceritakan ketakutanku melihat boneka jadijadian dan sebuah ketukan pintu yang membuatku roll depan dikursi. Eh! Apa abang goclean kemaren melihat keahlianku bergelinding diatas sofa? Uh. Memalukan.

Eh suara Abang Adam manaa!? Kok ilang. Yah abang ninggalin adek.

"Tuh kan, tibatiba senyum trus bengong trus melotot gak jelas,"

Sial.

Mulai perhatian ye bang.

"Ish. Kenapa lagunya abis?!"

"Sudah, ayo dimakan keburu dingin,"

Aku hanya mengangguk dan melahap seluruh spahetti beserta saus tomat hingga garpu dan piringnya. Eh jangan ding. Dikira ntar ada kuda lumping gelar roadshow disini.

"Mir, hari ini ada acara?" Tante Pal mulai bicara saat ia menyelesaikan sesi sarapan spaghetti dengan bang adam disaat abang goclean memasukan suapan pertama bersama mbak Ariana.

Eh. Kloningan gue.

"Nemenin Dilan nyari sepatu,"

Tante Pal hanya mengangguk dan beranjak dari kursi untuk mencuci piringnya sendiri.

Dilan. Sepertinya Naomi pernah mengucapkan nama Dilan saat bercerita. Namun entah kapam dimana dan cerita apa. Aku lupa.

"Tante nitip belanjaan ya. Jangan jalan sama Dilan kalau belum pulang bawa belanjaan,"

"Bukannya kemaren baru belanja?"

"Sekarang belanja buat kue, Aunty baru kepikiran tadi pagi mau bikin nastar,"

"Ah. Nanti aku salah beli gimana? Gak ah. Aunty beli sendiri. Dilan nunggu jam sepuluh."

"Nanti Aunty kasih list nya. Mir, kalau nastarnya jadi kamu juga yang makan."

crap.

Abang goclean kalah melawan tante-tante. 

"Tapi kalo dikasih list tapi gak tau barangnya yang mana kan tetel salah."

"Ya nanti difoto kirim ke aunty,"

"Ngabisin kuota."

Buset. Ada GGP gais

ganteng ganteng pelit.

untung cakep lu bang.

"Dia harus ikut."

eh bang.

barusan lu ngelirik gua?

"Gak mungkin lah, Mir. Baru tadi pagi kamu nyelakain Velvet, gimana kalau--"

"Emir yang nyelamatin! Bukan nyelakain. Kalo gak ada Emir, rumah aunty udah didatengin orang se erte!"

lawak.

"Kenapa?"

"Soalnya--"

"Yaa! Aku ikut aja Tantee. Mau jalan jalan. Bosen dirumah teruss. . ."

Semua mata memandang kepadaku.

semua. Termasuk sang siluman kesiangan datang dengan ekor kipit-kipit dan mengaung ke arah meja makan.

Haukhauk.

"Dia gak ikut, gak ada nastar."

"Tapi ka--"

"Tapi dia aja mau ikut,"

kamvret.

"Tapi kamu janji, jagain Velvet! Jangan sampai Tante denger kamu ngelukain Velvet lagi."

Abang goclean terganteng se bumi bulat hanya mengangguk. Dia melirikku dan tersenyum licik.

Selamat datang, dijebakan abang goclean.

Selesai sarapan yang diakhiri bersama bang Heri Stail karo koncokconco, dibantu Tante Pal aku menaiki tangga untuk menuju kamar.

Abang goclean gak bantu kak?

boro-boro bantu, nengok ke gua aja kagak.


Dua koperku sudah berada disamping tempat tidur, aku membongkarnya dan barang pertama yang ku temukan kini telah terlilit ditubuhku. Kemeja hitam dan shorts pants dengan converse putih yang mulai mencoklat. Meskipun harus menahan sakit saat luka-luka ini bergesekan dengan alas sepatu. Namun aku telah memberikan obat merah baru dan beberapa kapas dan kaos kaki untuk melindunginya.

Tapi tetap saja. Namanya luka kalau dipegang sakitnya, bukan main.

Seperti luka hati adek, bang.

Duh baver.

"Jalan pake kaki, gak perlu dipikir,"

Dug.

Badanku sedikit limbung karena hantaman cukup keras dibahuku.

"Auntyy, kunci mobil Uncle manaaa,"

Setdah. Sok inggris betul bang goclean.

"Eh. Liat nih," Katanya setelah berbalik menatapku. Sedetik kemudian ia melompati tiga anak tangga dan kini mendarat mulus di lantai dasar. Sementara aku masih berada ditengah-tengah tangga dengan langkah terseok-seok.

sial.

"Pakai mobil Aunty aja, Mir. . " Teriakan Tante Pal yang bisa ku pastikan dia berada di dapur.

"Gak mau. Mobil cewek,"

"Yaampun, sama-sama mobil kan."

"Mau bikin nastar apa engga,"

"Yaudah ambil di kotak biasa,"

Yaoloh. Mobil aja ada cewek cowoknya ya. Sebenernya siapa sih sekarang yang punya dunia sendiri?!

Akhirnya aku bisa menuruni tangga dan berjalan melewati ruang makan menuju garasi luar rumah ini. Sebuah mobil sport hitam yang mempunyai logo bulat biru hitam terparkir didepanku. Kaca mobil pengemudi diturunkan dan aku baru bisa melihat sebuah wajah tersenyum miring ke arahku.

"Tantee, Velvet pergi yaa!"

"Yaa hatihatii,"

Dengan sisa tenaga yang ku punya aku mengitari kap mobil dengan kaki pincang dan berdoa semoga mobil ini dapat membawaku ke tempat yang benar dengan utuh dan selamat.

BIM!

brisikcuk.

wis. Mi. Lak.

Aku membuka pintu dan duduk dengan diakhiri pengeluaran napas yang sangat berat.

Semua berjalan lancar, mobil ini berjalan dengan kecepatan normal saat melewati pos pengamanan komplek. Hingga mobil ini berhenti sempurna disalah satu slot parkir super market besar ini.

Dia turun. Dan berjalan menuju pintu masuk yang tak jauh dari mobil ini, meninggalkanku sendiri, dimobilnya.

Jadi gue diajak buat jagain mobil kamvret ini?!

Aku pun turun setelah mengumpulkan keberanian. Abang goclean sudah entah dimana dan . . 

Gimana mau ngunci mobil kalo kuncinya aja dibawa abanggg!

Aku melendeti pintu mobil dan merutuki diriku sendiri mengapa aku harus menuruti jebakannya kalau sudah pasti akan begini caranyaaa. Hua.

Twit.

shit.

mobil kekunci. Gua diluar. Kaya bopung njir.

Dengan berat badan yang semakin menyudahkan ku untuk berpindah dari satu tempat ke tempay lainnya. Akirnya aku memasuki super market, dan tebak siapa jadi satpam selamat datang?

Ahehe. Abang goclean yang beralih profesi menjadi satpam selamat datang.

Ia melendeti tubuhnya disamping pintu masuk sambil memainkan iphonenya. Dengan kaos putih dan jaket corak abri, skinny jeans hitam dan converse.

Kalo satpamnya kaya gini mah nempel semua, kaga ada yang masuk.

"Jalan apa ngesot, lama njing,"

"Lo abis kejedot pentungan apa ya?! Lo lupaa kaki gue masoh luka!"

Dia berjalan masuk tanpa membalas perkataanku dan mengambil kerandang dorong pergi meninggalkanku.

Semua akan indah pada waktunya, ingat itu Velvet.

Dengan sekuat tenaga dan aku mengekori satpam selamat datang yang denga. Sengoknya meninggalkan tugas penjagannya.

Hingga akhirnya ia berhenti di dua blok dari tempatku. Memandangi berbagai jenis mentega disana.

Mampus lu.

"Heh. Ini yang mana?!" Baru juga dateng, udah dibentak.

"Tante Pal nulis apa?"

Dia membaca kertas looseleaf putih yang dia pegang dengan seksama. "Mentega besar untuk kue,"

Aku langsung mengambil sebuah mentega di toples yang cukup besar dan menaruhnya dikeranjang dorong.

"Kok lo tau?!"

"Jelasjelas ada gambar kue," aku menunjuk toples mentega yang terduduk nyaman diatas.

aha.

Saat satpam selamat datang mulai mendorong troli besar yang hanya berisi setoples mentega kuning, aku menarik jaket abrinya. Dia berhenti. Menatapku galak.

"Gue gak kuat jalan lagi . ."

"Masalah gue?"

"Lo kan udah janji sama Tante Pal gak ngelukain gue--"

"Emang sekarang gue ngelukain lo?"

Dia berbalik badan. Sebelum berhasil bergerak lu tarik kagi jaketnya.

"Ish gak gue bantuin lagi,"

"Gak gue anter pulang,"


"Kok ngancem sih?!"

"siapa yang mulai,"

Dia berbalik badan. Dan ku tarik lagi jaketnya. Dia menatapku dengan pandangan sungguh sangat amat tersirat kebencian disana.

untung kaga ada yang beli mentega.

gak diusir satpam beneran deh.

"Mau lo apa njing?!"

Aku diam. Melirik-lirik troli kosong dan mengekuarkan cengiran terlebarku. Matanha mengikuti arah lirikanku. Dia menaikan alisnya.

Abang ganteng susah dikodein ya.

"Ituloh. . "Kataku sambil menunjuk troli.

"What?--" "Gak! Gila lo. Malu sama umur njing!"

"Trus lo mau gendong gue?"

"Cewek sarap!"

"Pilih salah satu,"

"Gak duadua--"

"Oke pilihan kedua, sini tangan lo, gendong--"

"Ogah!"

"Yaudah gue gak bantuin. Biar lo gak selesai. Gak cepet balik. Gak jadi jalan sama temen lo. Gak--"

"Naik cepet!" "Janngan bikin malu!"

Yesh.

Dengan bantuan satpam selamat datang beserta kawan-kawan satpam lain, aku akhirnya menaiki troli bersama setoples mentega kuning kini ku berleyeh seperti bayi dalam kandungan. Menyusuri lorong demi lorong. Berdebat tengang tentang barang apa yang lebih pantas untuk dibeli. Sedikit putaran dan berdoa supaya tak terlihat oleh mbak-mbak spg. Dan juga harus menerima beberapa pasang mata yang menihatku dengan tatapan aneh. Hingga saat ini aku harus turun karena troli sudah tiga perempat penuh dengan komposisi 1/3 titipan Tante Pal dan 2/3 barang belanjaan kami. Dan dengan sebuah kartu plastik sekali gesek yang diberikan Tante Pal, kami dapat keluar dengan aman tanpa perlu menjadi mbak spg atau satpam selamat datang.

"Dah, turun." Kata abang goklin yang menjelma menjadi abang grapkar. "Semua belanjaan udah gue turunin."

Tentu saja aku menyuruhnya untuk menurunkan semua barang belanjaan yang mencapai sembilan plastik itu. Aku masih duduk manis dikursi penumpang mobil Om brian.



Masih lengkap dengan sabuk pengaman dan sebotol susu kedelai ditangan, hasil karya membobol kartu plastik milik Tante Pal.

"Cepet turun njing!"

"Gue ikut."

Abang grapkar yang duduk dikursi pengemudi mengakihkan seluruh perhaiannya kepadaku.

"Gila. Gue mau jalan ke mol bawa mayat idup kaya lo?"

"Gue ikut," Aku membuka tutup botol susu kedelai dan meminumnya tanpa menoleh ke abang grapkar yang mulai memanas.

glegek glegek.

ah. .

segarnyo. .

"Cepet turun!" Dengan liciknya abang graokar menolakku dan mengusir kloningan Ariana dengan begitu kejinya. Membuka paksa seatbelt ku dan mendorongku hingga tergantung diambang pintu kakau saja kedua tangan ku yang kokoh ini berhasil memegang oegangan tangan yang berada diatas pintu. Yeah. Great self defence, Velvet!

"Gueee!" Huf. "Maooo. . " Huf. "Ikooooot!" dengan satu hentakan aku kembali menduduki kursi oenunpang yang sangat nyaman ini setelah melawan kuatnya otot bang grabkar.

Dia menghembuskan napas berat. "Tapi."

"Wut?"

"Lo gak ganggu gue,"

Gak janji "Shiap,"

"Jangan jadiin gue babu,"

Apa lagi yang ini "Shap,"

"Jangan malumaluin gue didepan orang,"

Berdoalah semoga doamu dikabukkan nak "Shap,"

"Jangan jadi cewek goblok,"

Jadi selama ini gue goblok?! "Shapp," taik.

"Jangan minta bantuan gue kalo lo sampe di kerjain sama temen--"

"Shiiiyap boss. Cus berangkat!"

Dia berdecak lalu mobil kembali berjalan dan aku pun tersenyum penuh kemenangan.

Mobil mewah ini bergerak keluar komplek perumahan Tante Pal dan memasuki komplek lain yang jaraknya cukup jauh. Meskipun masih dalam satu kota. Perumahan minimalis seperti perumahan Tante, yang berbeda hanya model rumah yang lebih sederhana dan lebih kecil ukurannya. Jika tampak dari luar.

Bang grapkar menarik handrem saat mesin mobil sudah padan dan sekarang kami telah masuk disalah satu garasi luar rumah berwarna coklat dan krem.

"Turun." Kata abang grapkar tanpa meminta ongkos.

mayan. gratis.

"Gue tunggu mobil aja,"

Dia berdecak lagi untuk yang kesekian kalinya. "Serah."

Abang grapkar turun tanpa menggunakan jaket abrinya masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk. Satu menit. Dua menit. Tiga menit. Empat menit. . . Lima menit. Tak ada kehidupan. Enam menit. Tujuh menit. Delapan menit. Sembilan menit.

Mana sih?! Katanya mau ke mol! Cowok dandannya lama betul dah.

Ngappengap.

Mau turun. Capek.

Mau disini, ntar gue mati dimobil mewah.

eh. Lumayan. Keren juga. Seorang gadis ditemukan terkapar di dalam mobil mewah ditinggal oleh abang taksi online. Trus ntar ada foto abank gantenk disebelah judul. Ha. Ha. Ha. Mampus.

gakgak. Gue gak mau mati sekarang. Gue gak mau mati di mobil mew--ah! Yaa!

Nyetarter mobil mewah bukannya tinggal dipencet trus nyala sendiri yak. Kaya film film gitu.

Detik selanjutnya aku sudah melompat ke kursi pengemudi dan menemukan berbagai macam tombol disana. Di kanan kiri stir, di pintu, di deket speedometer. Ohmai.

Dengan asal aku memencet semua tombol yang aku lihat dan tak ada yang berubah.

Oh, mungkin yang ini . . .

BIM!

ups.

Ini. . .

drummdrummdrumm

yesh! Wee did it we did it we did it uyeyyy!

Namun konsentrasiku terpusat pada wiper yang berputa-putar di kaca dan lampu sen menyala dan mungkin juga lampu depan mobil aku perkirakan juga menyala. Sial.

Mungkin matiinnya yang, ini. .

Tuttut. Tambah cepat. 

No wai.

Tuttuttut. Sebuah air menyembur dan kini seluruh permukaan kaca mobil depan penuh dengan busa.

sialsialsial. Matio cuk.

tut. mati. Semua mati. Wiper mati. Sen mati. Lampu mati. Ajaip.

tulit. Aku menyalakan radio dan setelahnya aku bisa merasakan angin sepoi sepoi didalam mobil ini. Akhirnya. .

 Sometimes moms and dads fall out of love
 Sometimes two homes are better than one

Sebuah lagu terputar dan memenuhi semua sudut udara mobil ini dengan merdu dan sangat menenangkan hati.

 Some things you can't tell your sister cause she's still too young
 Yeah you'll understand

 When you love someone

Yeah. . Mas James bernyanyi dengan sepenuh hati dan jiwa.

 There ain't no one here to blame
 Nothing's going to change with your old friends

Sangat lamban. . Nyaman. . Uh feel so sleppyyy.

 Your room will stay the same
 Cause you'll only be away on the weekends

bobo siyang bentar gapapa kali ya. .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar