Kamis, Desember 18, 2014

EmirLoveStory: "Stay, He Said" - PART 7


Aku dimana?

Kenapa perutku sakit seperti ini? Kenapa jantungku berdetak tak karuan? Kenapa aku keringet dingin seperti ini? Argh! Apakah ini yang dinamakan rasa tak bernama itu? Cat! Kamu-gila. 

Jeglek. 

Pintu mobil yang berada disebelah kiriku terbuka. Dengan wajah yang sangat menawan Emir telah berdiri sambil menjulurkan tangan kanannya. 

Dia.. Sangat. Amat. Rupawan. 

"Cat? Back to earth," 

Kesadaranku kembali ke bumi. Okey. Beberapa saat lagi aku akan berjalan beriringan dengan laki-laki rupawan sepertinya. 

Aku meraih tangannya yang langsung menarikku hingga keluar mobil. Dia menyelipkan tanganku didalam lengannya, ini terlihat begitu... Romantis, kah?

Terdengar suara dentuman mesin mobil yang kami tumpangi telah berjalan, dibawa oleh seorang valet dan kaki kami berasama-sama memasuki pintu masuk ballroom yang terlihat sepi. Pintu masuk pun hanya dibuka setengah. 

Ups. Sepertinya kami terlambat!


"Ada kartu undangannya?" Tanya seorang gadis cantik yang mengenakan gaun soft pink. 

Aku membuka perspex clutch dan meraih kartu undangan yang pernah diberikan oleh Bianca saat dikelas. Beberapa saat kemudian Emir memberikan kartu undanganya. 

"Ini dipakai dipergelangan tangan kanan, konektor ada disalah satu ujungnya" Ucapnya seraya memberikan stik berwarna bening kepada aku dan Emir. "Selamat menikmati pesta malam ini!" 

Emir kembali menarikku dengan halus masuk ke dalam ballroom yang sudah didekor seindah mungkin dengan dominasi warna hitam dan beberapa sorot lampu yang membuat panggung terlihat sangat indah. Dibagian atas ballroom ini dipasangi banyak sekali lampu-lampu kecil yang dimirip seperti bintang. Serasa ini berada di outdoor party. 

"Berikan tanganmu," Ucap Emir dengan lembut menarik tangan kananku dan melingkarkan glowstick bening miliknya yang sudah berubah menjadi warna biru terang ditanganku. 

Aku hanya bisa mengagumkan glowstick yang berubah warna itu didalam hatiku. Emir mengulurkan tangannya dan aku melingkarkan glowstickku dipergelangan tangannya yang berubah menjadi biru muda sama sepertiku. Ini terlihat... Awesome!

Okey, jadi ceritanya kita tukeran glowstick gitu? Hmm..

"Aku titip ini, Cat.." Kata Emir sambil memberikan sebuah handphone persegi panjang seperti.. Ini iPhone6 kah? Jadi selama ini.. Dibalik keculunannya ia menyimpan berjuta kejutan gitu? Waw. 

"Gak dienak disakuin," Lanjut Emir, aku memasukkan iPhone itu ke dalam perspex clutchku.

Kami kembali berjalan mengelilingi ballroom yang lumayan gelap ini, meskipun masih ada beberapa lampu, tetapi untuk diballroom seluas ini tak ada artinya. Banyak warna warni yang diciptakan oleh glowstick di pergelangan tangan para tamu undangan. Kuning, oranye, hijau, unggu, merah, pink, coklat muda, putih. Tetapi aku tidak ada warna biru disana, kecuali kita. Aku dan Emir. Saja. 

Jari-jari Emir masih setia berada disela-sela jemari tangan kiriku. Meskipun kami sudah bertegur sapa dengan teman sma kami kelas sepuluh. Dan beberapa teman smp Emir dulu. Saat ini. Maksudku detik ini, kami tengah berjalan mendekati seorang gadis berparas anggun yang berada didekat kue ulang tahun bertingkat, ia membawa sebuah cocktail ditangannya. 

"Hei," Sapa Emir dengan menawan. Oke, tangan kami pun terlepas dan Emir menjabat tangan Biaca sopan. "Happy sweet seventeen Anindita Bianca Subianto! Wish you have a great age, ya!" 

Hey! Sejak kapan Emir hafal nama panjang bianca?!

Hingga detik ini, Bianca belum melepaskan tangan Emir. Dia masih mematung menatap mata abu-abu milik Emir. 

Oke. Stop! Back to earth Bianca!

"Ehem.." Aku derdeham cukup keras. 

"Oh, ya. Thankyou some much, Emir Mahira Salim.." Balas Bianca yang langsung mencipika-cipiki pipi Emir. 

HEY! Kamu tak tahu sedang berhadapan dengan siapa, huh?!

"Kamu.." Ucap Bianca yang tetap memandang setiap sudut wajah Emir. 

Oke aku akan tebak. Pasti dia mau ngomong.. 

"Kamu ganteng banget malam ini Mir!" Lanjut Bianca yang aku ikuti dengan gerak bibir yang mengucapkan kalimat tersebut tanpa suara.

Kalimat sakral tersebut yang selalu aku dengar saat Emir memulai bersapa dengan teman-teman SMA atau SMP nya malam ini. Dan setelah itu, mereka. Emir dan temannya itu akan mengobrol tentang suatu hal dan mereka melupakan ku. 

Aku itu seperti bayangannya Emir, kemana-mana pasti ngikutin Emir. Tapi siapa sih yang ngomong sama bayangan, hah? Gila?

"Oh ya, ini ada hadiah dari aku sama Cat. Semoga kamu suka ya," Ucapnya lagi dengan memberikan sebuah tas belanja bertuliskan Paris Hilton diluarnya. 

Oh? Sejak kapan aku sudi memberi dia baju semahal itu?!

"Ihh, makasih banyak ya Mir.." Katanya sambil tersenyum tanpa mengalihkan pandangannya dari mata abu-abu milik Emir. 

Helo?! Kenapa bilang makasihnya cuma ke Emir?!

"Ehem," Aku berdeham sekali lagi dan menjulurkan tanganku. "Happy birthday Bianca, wish you all the best ya." 

Aku mengucapkannya dengan cepat. Tetapi untungnya Bianca masih bisa mendengar, sepertinya. 

"Thanks Cat.." Ucapnya menjabat tanganku sekilas dan pandangannya kembali ke Emir. 

Sh!t. 

"Yaudah. Kita duluan ya.." Kata Emir. Yang langsung disambut bahagia oleh hati kecilku. Akhirnya!

Bianca akhirnya mempersilahkan kita pergi. Uh. Bukan kita. Maksudku yang dipersilahkan itu Emir. Meskipun dengan berat hati. Kalau aku mungkin, bukan dipersilahkan lagi. Tapi diusir! Huh!

Saat aku dan Emir sudah berada diluar jangkauan Bianca, jemari Emir kembali menyelipkan diri diantara jemariku. Ia menarikku dengan halus ke depan suatu ruangan dengan sebuah pintu yang didekorasi seperti sebuah kota megapolitan dalam ukuran kecil, terdapat papan-papan bergambar gedung-gedung yang mengelilinginya, lengkap dengan lampu-lampu kecil yang menghiasi tempat itu. Dan di atas pintu tersebut terdapat kata Photoboot. 

Langkah kami berhenti dibawah sebuah lampu yang biasa berada ditrotoar jalan protokol di Jakarta. Kini Emir berdiri didepanku persis, kedua tangannya kini bertautan dengan jemariku. Dia menatapku dalam. 

"Jangan cemberut gitu dong," Ucapnya dengan wajah yang manis. "Kamu itu cantik banget, sayang kalo mukanya ditekuk gitu.."

Aku mencoba untuk tidak terkunci dalam mata kelabu miliknya itu, tetapi tetap tak bisa. Matanya bagaikan magnet yang selalu menarikku untuk jatuh lebih dalam lagi. 

Bibirnya yang merekah membuat sudut bibirku ikut tertarik keatas. Ya.. Dia menang.

"Nah, kan cantik.." Kata Emir dengan lembut. "Cat kita foto yuk.."

"Foto? Selfie?" Ucapku tak mengerti.

Emir tak membalas ucapanku, dia mengalihkan pandangannya menuju pintu misterius itu. Dengan lembut Emir telah menariku hingga masuk di ruang photoboot. Ruangan ini telah didekor sedemikian rupa hingga membuat tempat ini terlihat begitu elegan. 

"Selamat datang di photoboot," Kata seorang wanita cantik dengan dress berwarna unggu dan memegang sebuah camera Nikon digengamannya. "Silahkan berdiri di titipk merah.."

Masih dengan lembut, Emir menggenggam tanganku dan menariknya hingga sisi yang ditunjuk. 

Tangannya kini telah berpindah menyilang dibelakang punggungku dan bertumpu dipinggangku. Membuat sesuatu itu membuat jantungku mulai berlari maraton. Argh. 

Cekrek. Ckrek. Ckrek.

Sang photographer telah mengabadikan monent ini beberapa kali. "Ganti gaya ya.." Ujar sang empunya kamera. 

Kini lengan kanan kokoh emir telah bergelayut dipundakku. Cekrek. Jemari nya kini merengkuh pundakku dengan halus dan berhasil merubah posisiku untuk menghadap dirinya. Cekrek. Mata abu-abunya memancarkan berjuta kelembutan. Jari-jarinya telah menyelipkan poniku yang menutupi mataku. Cekrek. Dengan perlahan wajah Emir mendekat ke arahku dan sebuah kehangatan tercipta dikeningku. Begitu singkat, tetapi berhasil membuat pikiranku buyar. Bibir yang memancarkan senyuman itu.. Terlihat begitu.. Cekrek. Dan kini Emir benar-benar begitu dekat. Cekrek. 

"Oke mas, cukup." Potong si photographer yang berhasil menyelamatkanku dari serangan jantung mendadak ini. 

Emir kembali menarikku halus, dia terlihat begitu tenang sementara aku yang berada disebelahnya sudah dagdigdug tak karuan. Dengar perlakuan dan sikap Emir yang seperti ini saja membuat seluruh sistem syarafku. Aku tak yakin bisa hidup lebih lama lagi didekatnya, karna mungkin aku akan mangalamai kematian syaraf malam ini juga. 

***
 EMIR

Wajahnya begitu terlihat manis dibawah sinar lampu seperti ini. Ralat. Dia memang selalu terlihat manis dimataku. Setiap saat dan kapanpun. Dia begitu indah. Mata almonnya menatapku lekat. Kupegang kedua tangannya yang lembut, memperkecil jarak diantara kami.
Wake up Mir! Ini tempat umum! 

"Cat kita foto yuk.." Kataku mengalihkan pikiran nakal ini. 

"Foto? Selfie?" Balasnya. 

Please. Cat. Ada apa dengan otaknu malam ini? Telihat begitu lamban sekali bekerjanya.. 

Belum juga mengerti, langsung aku tarik dengan lembut tangannya memasuki sebuah ruangan.
"Selamat datang di photoboot," Kalimat sambutan yang diberikan seorang wanita cantik yang dibalut purple dress. "Silahkan berdiri di titik merah.."

Tanpa blabliblu langsung aku geret Cat yang masih tak bergeming untuk berdiri dititik merah itu. Kudekatkan badanku dan menyilangkan tangannya dibalik punggungnya yang begitu..

Cekrek. Ckrek. Ckrek.

"Ganti gaya ya.." Kata wanita yang berada dibalik kamera. 

Dengan sengaja aku letakkan lenganku dipundaknya, dia sedikit terlihat kaget. Tapi, Cat tidak melakukan suatu pemberontakan. Ku pindahkan posisinya menghadap kearahku, hingga akhirnya dia menatap mataku dan ku selipkan anak poni yang menutupi wajah manisnya. 

Jarak antara tubuhku dengannya tak sampai lima centi. Dan aku bisa melihat keanggunannya dari sini. 

Andai kita tak hanya sekedar teman..

Tanpa sadar, aku telah mencium keningnya sekilas. Tetapi dia tetap tak bereaksi apapun. Menolak tidak, menerima juga tidak. Aku seperti berdiri didepan patung! Ayolah Cat! Show me something! 

Hanya dengan menyentuh keningmu sekilas saja sudah bisa membuat pikiranku berantakkan seperti ini! 

Apakau tidak pernah merasakan hal yang sama sepertiku? Cat!

Bibir peach itu sedikit terbuka, membuat mulutku ingin merasakan warna itu. Perlahan tapi pasti, kutahan punggungnya, aku tak akan membiarkan ia lepas dan lari begitu saja disaat seperti ini. 

Beberapa mili lagi, warna peach itu berada didepan wajahku sebelum..

"Oke mas, cukup." 

WHAT?! 

Siapa dia yang berani menghalangiku dengan Cat? Hollyshit. Cantik-cantik sialan juga nih cewek. 

Dengan cepat Cat pergi dari genggamanku dan berlari kecil menuju layar monitor yang menampilkan foto kami. 

Cat, kamu.. Apa kamu gak tau kalau aku... Argh! Apa kamu kurang peka? Apa aku yang salah? Kenapa si cantik sialan itu lebih peka dari kamu. Padahal, disini subjek dan objeknya aku dan kamu. 

Please. Give me a clue. 

***

Hari mulai larut, tetapi mereka masih terjaga diantara ratusan orang lain diruangan raksasa ini. Cat duduk masih disebelah Emir yang sejak tadi menyesap minumannya. Seorang bartender tadi menawari minuman, tetapi Emir melarang. 

"Kenapa sih? Wine doang kok," Kalimat ini ditutup dengan nada tinggi. "Kamu aja minum!"

"Doang? Emang kamu pernah minum?" katanya dengan tatapan menantang.

"Pernah." Dusta Cat. 

"Berapa banyak?"

"Dua galon,"

Sedetik kemudian tawa Emir pecah dan menggelegar. Orang yang berada disekitar kami reflek menoleh ke arah Emir. 

"Kenapa ketawa?" 

"Ka.. Kamu lucu!" Ucapnya ditengah tawanya. 

"Aku gak kagi ngelawak Emir!" 

Emir masih tak biasa berhenti menertawakannya, sampai-sampai ia harus menaruh gelas yang ia pegang dan memegangi perutnya yang mulai terasa keram. 

"Finally berenti juga," 

"Sakit perut gue bego!" 

"Apa? Bego?" 

"Aku ngomong sendiri itu, sayang.." Ucapnya salah tingkah. 

Sayang?

Itu sindiran atau memang... Apa sih mir? Dengan imbuhan sayang aja kamu udah bisa buat perasaanku campur aduk? Kamu gak tau, hah?!

"Catharine?" 

Aku membalikkan badan dan mencari sumber suara. Seorang laki-laki gagah berkemeja hitam dengan motif jangkar berwarna putih ditambah dasi kupu-kupu putihnya berdiri didepanku. Wajahnya yang terlihat dewasa menampilkan ke charmingannya. 

"Kak Raskal?"

"Cat, you look so perfect tonight.." Ucapnya lirih, berhasil membuat pipiku memanas. 

"You too," 

"...."
 
"...."

"..."

Matanya tak bisa lepas dari wajahku, sesekali ia memerhatikan tubuhku dari atas hingga bawah, membuatku salah tingkah.

"Oh ya kak, dateng sama siapa?" kataku mengalihkan perhatian.

"Hm, sendiri.." Balasnya gugup. "Kamu?" 

"Excusme ladies and gentelmen, can i take Cat?" Kata Emir menyela dengan tidak sopan. Tangannya kini telah bertengger dipinggangku. 

"Ofcourse," Balas Raskal dengan sedikit canggung. 

"Kak, duluan ya.." Kataku dibalas dengan anggukan singkat. 

Emir menarikku kesebuah meja lain yang berisikan dessert. Dia mengambil berapa potong jelly dan menuangkan fla diatasnya. Dengan santai ia memasukkan beberapa potong jelly ke dalam mulutnya, seperti ia tidak melakukan sesuatu hal yang berarti. 

"Mau gak?" 

"Gak." Jutekku. 

Hening.. Emir sudah melenyapkan jelly itu dengan bersih. Kini kami hanya melihat pemandangan ke panggung. Dan seluruh pengunjung mendekati panggung utama, meninggalkan aktifitas mereka. 

"Kok judes banget sih, sayang?" Kata Emir dengan sedikit bermanja. Tangan kanannya kini memegangi daguku dan menghadahkan mataku dengan matanya dengan paksa. 

"Apa sih?" Aku langsung menyingkirkan tangannya itu. 

"Ayolah jangan marah.." Katanya. "Iyaya, aku minta maaf. Aku gak suka kamu deket-deket sama si kakak kelas brengsek i--" 

"Namanya Kak Raskal, bukan brengsek" Potongku. "Lagian kita cuma say hi, dan kamu yang membuat semuanya jadi gini! Kamu harusnya sopan dikit lah, itu kakak kelas!" 

"Lo suka sama Raskal?" 

 Apasih? Kenapa tiba-tiba dia nanya kaya gini? Matanya seperti mata elang siap mencengkram mangsanya. 

"Gak." Aku.. Aku sukanya sama kam--

"Baguslah." Ucapnya santai. 

Bagus? Apa yang bagus? 

Aku menunggu dia melanjutkan perkatannya tapi nihil. Dia hanya melihat lurus ke depan. Hening.. Hanya suara dentuman musik dari sound. 

"Gak nyusul? Habis ini ada Ms and Mr party loh.." Kata seseorang yang tiba-tiba muncul disebelahku. Ah ternyata seorang pelayan. 

"Mau kesana?" 

"Ah, gak berminat."

"Siapa tau lo menang?"

"Mana mungkin!" Bentakku. "Lo nyindir?"

"Engga sayang, ayo merapat kesana. Kali aja cowok ganteng ini menang.." 

"Cih, pede lo selangit." 

Tanpa debat yang lebih panjang lagi, Emir menarik Cat ditengah-tengah kerumunan orang. Sekarang sudah masuk kenominasi 4 dari 9 yaitu Miss and Mister termodis. Untuk nominasi selanjutnya aku tidak mendengarkan, karena. Ya aku memang tak tertarik acara seperti ini. 

"And The Best Outfit of this night is..." Kalimat dari MC menggantung. 

"Raskalis Arkanata!"

Suara riuh tepuk tangan Memenuhi ruangan ini begitu pula para wanita yang sempat berteriak-teriak ketika Raskal menaiki panggung dengan pnuh senyum. Aku melirik ke arah Emir yang terlihat begitu datar. Sangat tidak singkron dengan sekelilingnya. Aku hanya bertepuk secukupnya. 

"And Who is the lucky girl to stand beside of Raskal Arkananta..?" 

Hening..

Aku pikir semua wanita ingin sekali berdiri disebelahnya dan menerima mahkota itu. Mungkin kecuali aku, ya. 

"Eh lo tau gak sih, nanti abis ini tuh yg menang bakal ada dance gitu?"

"Sumpah lo? Ah gue pengen sama cowok ganteng itu!"

Aku mendengar dua gadis berpakaian hitam-hitam sedang mengobrol dengan antusiasnya. 

"Aku kebelakang dulu ya, cantik.." Ucap Emir seraya meninggalkanku sendiri disini. 

Oke sip. Aku berdiri sendiri disini tanpa ditemani siapapun. Meskipun tidak ada yang memerhatikan tetapi aku paling tidak suka sendiri diantara keramaian. 

"Ya.. Kan udah ada sembilan pasang nih.." Kata si pembawa acara dengan menarik. "Kayaknya ada yang kurang, apa ya?" 

"QWEEN AND KING! QWEEN AND KING!" Teriak Gadis-gadis disebelahku. 

Aku hanya bisa diam sambil memainkan jari-jari kecilku. Please, Emir mana.. Aku gak bisa diem terus gini. Bisa mati kutu aku..

Aku mundur beberapa langkah ingin keluar dari kerumunan ini, tetapi badanku yang mungil hampir saja terkapar jatuh tak berdaya karena dorongan dari belakang. Mir, please come back. 

"Karena dari tadi laki-laki dulu yang disebutkan, sekarang giliran yang wanita dulu ya.." Kata si pembawa acara. "ARE YOU READY GIRLS?!" 

"YEESS!" Balas para gadis. 

"The perfect girl who will stand in there, is..." Suara riuh pengunjung mengema disetiap sudut ruangan, ini bahkan lebih keras dari lada yang tadi. 

"CAT-THA-RINE" 

Keningku berkerut. Catharine? Hey! That is my name! What?

Sedetik kemudian aku rasakan lampu halogen menyoroti ku dari atas. Para pengunjung yang berada disekelilingku pun bergerak menjauh dan memberikan jalan menuju panggung utama.
A-ku?

What must i do?!

Dengan langkah tak pasti aku berjalan menuju panggung yang penuh dengan sorot lampu. Aku berdiri paling tengah, diantara mereka. Didepanku telah berdiri ratusan orang, mungkin ribuan yang melihat kearahku saat ini. Oke. Telapak tanganku sudah mulai berkeringat, menandakan bahwa aku sedang gugup sekali. 

"Okey. Miss Party udah ditunjuk, sekarang tersisa ..." Kata MC yang sengaja menggantungkan kalimat. 

"Mister Party!"


Detak jantungku sudah tidak beraturan. Beberapa keringat menetes dipelipis. 


Ini suhu ballroom ini yang meninggi atau bagaimana?!


Tapi yang pasti aku tak akan mengira seseorang muncul dari balik tirai panggung ini dengan mengenakan topeng hitam dibagian mata muncul saat dipanggil oleh MC.



Pria yang mengenakan tuksedo hitam dan dasi merah maroon itu mengaitkan tanganku. Dia mengiringi langkahku, dan dia berdiri dihadapanku setibanya kami di dancefloor.



Bau musk ini..



Tangan kanannya memegang tangan kiriku sementara tangan yang lain memegang pinggangku dan menghabiskan jarak diantara kita. Sesaat kemudian alunan musik melow terdengar diseluruh sudut ruangan besar ini.

Kakiku bergerak kaku mengikuti alunan musik. Tangan kiriku mencengkram punggung jas hitam tersebut. Mataku terbenam dalam dadanya. Aku tak berani melihat mata pria ini, mata beribu-ribu penonton yang memandang kearah kita dan melihat kejadian yang terjadi saat ini. Karena ku pikir hal bodoh seperti ini hanya akan terjadi dimimpi.

Aku tak berani melihat realita yang akan terjadi setelah ini. Aku tak mau jatuh didalamnya. Karna.. Karna.. Semua ini tidak boleh terjadi! Dia dan aku? Kita berbeda.

Kakiku berhenti berdansa. Kulepaskan tautan tangan kami. Kini aku meluknya dan tetap menenggelamkan wajahku dalam dadanya yang berbalut tuksedo hitam tersebut.

"Cat.." Katanya dan membalas pelukanku.

"Emir," Tanganku kembali merenas punggung tuksedo itu. "Kita gak bisa terus seperti ini mir,"

Air matamu mulai membasahi pelupuk mataku. Bahuku mulai bergetar hebat.

Poor you cat,

"Hey, look at me,"

Aku menggeleng dalam keadaan seperti itu. Ia menarik daguku dan kini aku bisa menghadap wajahnya yang masih tertutup topeng.

"Jatuh itu pastilah sakit, cat.."

Aku bisa melihat dibalik topeng itu terdapat mata yang indah berwarna abu-abu itu menatapku dengan penuh sayang.

"Tapi saat kamu jatuh padaku, aku akan menangkapmu sebelum rasa sakit itu terjadi."

Tanganku tidak lagi mencengkram jasnya.

"Percayalah padaku Cat, meskipun semuanya akan terasa sulit. But," Katanya menggantung. "I love you Catharine,"Dia membenamkan kepalanya pada rambutku. 

"Kita tak seperti mereka Mir,"

"Kita bukan mereka. Try to be yourself cat."

"I love you Mir," tapi kita tak akan tau realita apa yang akan terjadi esok. 


***

Jangan Lupa comment ya guys! :) Isinya bisa tentang:
-Isi hati kamu
-Kritik/saran
-Pesan/kesan
-Atau yang lain juga boleh

Maaf jika terjadi salah kata ya:)
Maaf juga lama banget gak di update
Tapi juli ini diusahain selesai:D
Thanks For Reading!


7 komentar:

  1. Minn ayo dong lanjutin !! Udah penasaran nih... kalau bisa secepatnya ya, udah penasaran banget..

    BalasHapus
  2. min demi apapun aku sukaaa bangeeeet. nggak kebayang deh kalo aku dicium emir/? next ya min. thanks before :)

    BalasHapus
  3. Minn lanjutin dongg penasaran bgt nihh:(

    BalasHapus
  4. Ayoo dong min di lanjutin, udah penasaran tingkat dewa nihh!! Kalo bisa cepet cepet ya di lanjutinya, dan terus bikin els yang buannyyaakk bgt!!

    BalasHapus
  5. Minnn lanjutinn dongg pleasee :'(

    BalasHapus
  6. Min ada beberapa grammar yang salah gt terus style raskalisnya masa gak banget sih:( yakali ke ballroom yang katanya ratenya mewah pake shirt berpattern sih:( kurang elegant aja gt:(

    BalasHapus