Lab Bahasa Inggris masih
terkunci, para siwa dan siswi pun baru sedikit yang sudah datang. Aku
memutuskan untuk duduk disalah satu kursi ditaman dekat gedung bahasa
ini. Ya, diantara gedung IPA dan gedung IPS terdapat gedung bahasa. Atau
sekarang disebut gedung MIA dan gedung IIS. Gedung Bahasa ini hanya dua
tingkat, tetapi terdapat beberapa kelas seperti 4 Kelas Bahasa Asing
untuk anak IPA dan IPS beserta 2 Lab Bahasa. Di gedung ini juga terdapat
perpustakaan yang lumayan besar dengan fasilitas yang mendukung untuk
belajar. Contohnya komputer dan wifi yang menyala duapuluh empat jam
untuk siswa dan siswi sekolah ini. Tapi sayangnya, aku tidak membawa
handphone dan memang tak boleh.
"Cat?"
Aku menengok ke arah sumber suara. Seorang laki-laki berparas sangat
tampan dengan rambutnya yang dipotong spike sempurna itu mendekatiku dan
duduk disebelahku.
"Oh, Hai--" Kata-kataku tercekat.
Siapa namanya?! Aku melihat bet nama diseragamnya. R. Raskalis
"Raskal.." Ucapku lirih. Takut salah.
Dia mengacungkan tangan untuk bersalaman, sepertinya ia tahu apa yang sedang aku pikirkan.
"Anak sebelas mia dua." ucapnya dengan santai.
Aku membalas jabatangannya dengan sedikit gugup, mata almond itu membuat mataku tak ingin beralih darinya.
"Catharina, sepuluh mia satu.."
Aku melihat bet namanya untuk yang kedua kali. R. Raskalis.
Panggilannya Raskal? Jadi kakak kelas yang nabrak aku di ruang biologi
dan kakak kelas yang menawarkanku pulang dengan mobil M3 merah itu
namanya Raskal? Oh.. Ganteng banget..
"kamu kenapa disini?" Tanyanya.
Oh No! Jangan memandangku dengam mata almondmu itu, please.
"Emm. Itu. Lab Bahasa belom dibuka, jadi aku nunggu disini, kak."
Deg.
Wajahnya tersenyum, menampilkan
rahang seperti terpahat sempurna untuk dirinya. Wait.. Wajah ini begitu
terlihat familiar. Tapi kapan aku bertemu dengannya? Hah?
"Dapet udangan?" Tanya Kak Raskal tanpa beralih dari pandanganku.
"Undangan?"
"Sweet seventeen-nya Bianca,"
"Oh, dapet kak.."
Dia mengangguk sekilas. Matanya beralih ke arah bawah, sepertinya ia
sedang berpikir. Huh? Soktau banget sih kamu Cat! Berharap gitu cowok
seganteng ini bakal ngajak kamu buat ke prom besok? Mustahil...
Aku menelan ludah untuk membasai tenggorokanku yang kering akibat percakapan singkat ini.
Aku menelan ludah untuk membasai tenggorokanku yang kering akibat percakapan singkat ini.
EHEKK. Sepertinya ludahku salah masuk ke saluran pernapasan! Aku
terbatuk-batuk. Dan aku merasakan pungguku seperti dielus-elus, eh?
"ehem. Gapapa kak.."
"Maaf, aku terlalu lancang ya?" Balasnya dengan embut. Uh. Aku hanya menggeleng.
Hening..
Kami larut dalam pikiran
masing-masing. Suasana taman ini sudah terlihat ramai, siswa siswi
berseliwiran. Menurut analisaku, lebih banyak anak kelas sebelas disini.
Aku jadi ngerasa gak enak duduk sama Kak Raskal .. Hmm..
Set!
Mataku terpaku pada satu orang
yang sedang berjalan dibalik sebuah pohon besar. Seorang laki-laki
berkacamata besar dan rambutnya yang klimis. Emir! Dia berjalan cepat,
sangat cepat. Seolah-olah ia sedang dikejar sesuatu. Emir.. Aku jadi
inget.. Gaun biru itu.. Ah. Tinggal besok! Yaa! Berjalan bersama Emir di
prom yang megah itu..
"Kak!" Seruku. Membuatnya terkejut. "Maaf,"
"Buat apa?"
"Buat apa?"
"Bukannya aku nolak, tapi aku udah ada janji berangkat bareng ke birthday partynya Bianca.." Ucapku dengan rasa bersalah.
"Oh gapapa," Dia mengucapkannya
dengan sedikit lesu. "Sepertinya aku kalah cepat ya? Kalau boleh tau,
berangkat sama siapa, Cat?"
Teng tong teng tong. Kenapa dia tanya seperti itu? Aku harus jawab apa?!
"Sama temen sekelas kok.."
Dia mengangguk lemah. Maaf kak.
Kak Raskal berdiri dari duduknya dan mengantarku ke lab bahasa yang
sudah ramai dengan anak-anak dari kelas sepuluh mia satu. Ya kelasku.
Aku melambaikan tangan dan mengucapkan kata terimakasih untuk pagi ini,
setidaknya ia membuat pagiku terasa tak sendiri.
Mataku mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru lab ber AC ini. Aku
duduk dibilik 7 nomer absenku. Bilik yang berada di baris paling depan,
aku menaruh tas dan melihat bilik-bilik yang ada disekitarku, hanya tas
dan entah pemiliknya kemana. Saat aku membalikan badan, sesosok makhluk
dengan kacamata besar yang tadi lewat didepanku sedang membaca sebuah
buku yang tebal-sekali.
"Emir?" Aku memanggilnya lirih dibalik kaca bening yang berdiri kokoh diantara kami.
Aku mengetok-ngetok kaca, tetapi dia hanya menatapku sekilas dan kembali larut dalam bacaannya. Oh damn. Kenapa lagi dia?
"Hey, im talking to you boy.." Ucapku tak sabar.
"Kamu udah dateng? Dianter siapa?" Katanya dengan cepat tanpa
memandang wajahku. "Oh iya, sama kakak kelas yang kamu bilang ganteng
itu ya?"
Aku mngerjapkan mata. Apa yang baru saja Emir katakan, hah?
"Mir? Kamu ngomong apa?"
"Gimana mobilnya? Pasti kelas
atas," Balasnya lagi tanpa membalas pertanyaanku yang sebelumnya.
"Kemaren sore dianter sama dia lagi? Ditraktir apa? Pasti pulangnya
tengah malem.. Sampe lupa kalo aku nunggu kamu diloteng sampe
ketiduran."
"Apa sih Mir? Aku gak--"
TEEET... TEET..
"Shut up." Ucapnya dengan tegas lalu mengganti buku tebalnya itu dengan buku bahasa inggris.
Anak-anak sudah ramai, memaksaku untuk kembali ke bilikku sendiri
dengan situasi yang masih membingungkan. Pelajaran sudah dimulai, tetapi
pikiranku masih terpaku terhadap perubahan sikap Emir yang sececat ini.
Apakah Emir marah kepadaku? Mengapa?
***
EMIR
Kurang sial apa pagi ini?
Rantai sepeda putus di tengah
jalan! Harus lari-lari biar gak telat! Udah sampe disekolah harus
ngeliat pasangan prom nightmu lagi dielus-elus sama kakak kelas yang
pernah dia bilang ganteng itu! Apa tadi pagi dia udah dijemput sama
kakak kelas sialan itu? Atau udah dari kemarin sore saat ia menghilang
entah kemana setelah bell pulang?
TUK!
Sebuah kertas yang diuntel-untel menjadi sebuah bola kertas jatuh
tepat didepanku. Sebuah bola menyusul lagi. Untuk kali bola ke tiga itu
tepat mengenai kepalaku.
ARGH!
Kini giliran sebuah sticknote telah menempel dikaca bilikku.
Buka kertas itu, please..
Catharin.. Mau apa lagi dia?
Aku membuka kertas pertama.. Tercetak jelas tiga kata yang tertulis memenuhi seluruh sudut kertas.
Kenapa sih Mir?
Lanjut ke kertas yang kedua dengan bolpen berwarna biru.
Aku salah apa?
Kertas ketiga berwarna biru muda, seperti bola mata Cat. Ah.. Cukup! Jangan terlalu banyak berharap!
FOR EVERY MINUTE YOU ARE ANGRY,
YOU LOSE 60 SECONDS OF HAPPINESS..
YOU LOSE 60 SECONDS OF HAPPINESS..
Aku terdiam memandangi kertas binder berwarna biru ini.
Alright. She wins, I'm losing many seconds because of you, Catharine..
"Emir!" Katanya saat kami sedang berjalan menuju ruang kimia, dia
sedikit berlari untuk menyamai langkahku yang terhitung lebar.
"Apa?" Tanyaku tanpa memerhatikannya sedikitpun.
"Aku minta maaf," Ucapnya pelan, tapi mampu membuatku berhenti dan
melihat wajahnya yang manis itu. Argh! Sampai kapan aku harus
mengaguminya?!
"Buat?"
"Semuanya.."
Aku menatapnya heran, alis kananku sengaja kunaikan dan melemparinya
dengan senyuman menantang. Dia terlihat matikutu saat aku tantang
melanjutkan kalimatnya.
Sedetik, dua detik, tiga detik..
Aku kembali berjalan tanpa memerhatikannya lagi. Tetapi aku melihatnya dari ekor mataku, Cat masih mematung ditempatnya.
Empat detik, lima detik..
"Okey. Maaf buat kemarin sore, aku bukan kabur, tapi aku pulang sama
kak natan! Buat malemnya, maaf aku gak ke loteng buat nemuin kamu, maaf
aku masih pergi sama kak natan, maaf buat tadi pagi kalau kamu jemput
kerumahku tapi aku gak ada. Aku berangat sama kak natan.. Emir," Kata
Cat dengan cepat tanpa membiarkan celah sedikitpun.
Aku memutar badanku dan melihat matanya, apakah ada kebohongan
disana? Nope. Mata biru itu terlihat mengkilap-kilap. Kenapa disaat
seperti ini kamu terlihat sangat menggemaskan hah? Aku maju beberapa
langkah, hingga ujung sepatu kami bertemu. Dia terlihat ketakutan,
sepertinya?
"Permintaan maaf," Ucapku menggantung. "Diterima!"
Sontak membuat Cat memandangku dengan tanda tanya yang besar. Mungkin dia berpikir bahwa aku sedang bercanda.
"Gak mau berdiri didepan kelas gara-gara telat masuk kelas kimia
kan?" Kataku setelah melangkah meninggalkan Cat yang masih berdiri
ditempatnya tadi.
Seperti baru tersadar dari hipnotis, ia segera berlari menuju sampingku.
"Jadi kita baikan nih?" Ucapnya dengan senyum termanis yang pernah
aku lihat. Matanya bersinar seperti melihat suatu barang yang
menggiurkan.
"Sejak kapan kita berantem?" Jawabku ringan.
Tanpaku sadari, kini jemari kami telah saling berkait. Entah siapa yang memulai, tapi kurasa.. Tangannya sangat pas untukku.
***
CAT
"INI HARI SABTU!"Jeritku beberapa saat setelah aku benar-benar bangun dari tidur.
Seharusnya aku senang, hari sabtu tidak ada jam pelajaran disekolah.
Ya seharusnya ada kegiatan ekstra kulikuler. Tetapi, tidak untuk sabtu
minggu ini! Aku takut! Kenala takut?! Bagai mana tidak! Kurang dari dua
belas jam lagi aku akan pergi ke first prom night-ku di Indonesia!
Bersama... Emir? Anak ter nerd dikelas? Atau angkatan? Atau bahkan satu
sekolah? Argh! No! Dia gak nerd! Dia... Argh! Mulai gila kamu Cat?!
05:55
E...?
Tercetak dijam digital ku diatas nakas. Damn. Haruskan angka lima?
Aku menyebakkan selimutku dan langsung masuk ke kamar mandi. Shower
telah ku atur dengan air dingin sepenuhnya, seperti hujan dipagi hari.
Ya itu aku rasakan. Dihujani ribuan titik air dingin dari shower tanpa
menanggalkan sehelai pakaian pun.
Oke. Aku rasa aku mulai gila.
Akhirnya aku keluar setelah beribu detik dihujai oleh air dari
shower. Titik-titik air dari bajuku membasahi lantai kamarku karena aku
keluar dari kamar mandi dengan basah kuyup untum mengambil baru kering
dilemari.
Setelah benar-benar badanku kering dan mengganti bajuku dengan kaos
Bloop berwarna soft pink dan short pants putih. Aku segera berlari kecil
menuju loteng. Membawa leser dan handphone kesayanganku. You know lah.
Aku memencet leser itu tepat
dikaca kamar Emir yang masih tutupan. Tapi.. Kenapa gak ada sinar ya?
Apa habis batre? Kini giniran mataku yang aku tembakan dengan leser
merah itu.
Tapi ada sinarnya kok... Batinku.
Oh Cat, ini pagi hari.. Sinar leser kaya gini mana bisa kalo ditempat
yang terang? Dan jauh lagi! Okey.. Useless banget leser ini. Mataku pun
beralih ke handphone. Tanganku menekan beberapa tombol lalu aplikasi
bbm terbuka.
Baris paling atas terdapat tulisan: Emir M
Baris kedua kosong, seharusnya ini berisi PM.
Barus ketiga bertuliskan: Busy dengan tanda palang disana.
Dan display picturenya.. Dengan satu kali sentuhan keluar foto Emir yang sedang ingin menendang bola sepak dari titik pinalti. Wajahnya serius, tanpa kacamata besarnya, dan rambutnya yang klimis. Oh ya! Juga keringat yang ada dipelipis dan rambutnya! Oke, kenapa kamu menjadi seperti ini Catharina!
Baris kedua kosong, seharusnya ini berisi PM.
Barus ketiga bertuliskan: Busy dengan tanda palang disana.
Dan display picturenya.. Dengan satu kali sentuhan keluar foto Emir yang sedang ingin menendang bola sepak dari titik pinalti. Wajahnya serius, tanpa kacamata besarnya, dan rambutnya yang klimis. Oh ya! Juga keringat yang ada dipelipis dan rambutnya! Oke, kenapa kamu menjadi seperti ini Catharina!
Aku segera menekan tombol back sebelum pikiranku berubah menjadi yang
tidak-tidak. Pada kolom Enter a Message, aku menuliskan beberapa kata.
Emir!
Send..
Ada tanda centang abu-abu disamping kiri chatku. Hanya itu?
Aku di loteng, kamu dimana?
Send.
Tanda centang lagi.
Tanda centang lagi.
BANGUUUNN!
Send.
Kamu dimana?
Send.
Emir Mahiraa! Where are you? :(
Send.
Tanda ceklis abu-abu lagi yang keluar.
Gak deliv? Ah! Kemana lagi ini anak?! Apa dia lagi mendekam ya? Atau
bertapa di goa sampe-sampe gak dapet sinyal gini? Argh! You make me
absolutely crazy, boy!
Setelah beberapa puluh menitku
menunggu dan tak ada tanda-tanda bahwa ada kehidupan diseberang sana,
aku memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Persis diruang makan, aku
mendengar namaku disebut.
"CAT!"
Suara Kak Natan menggelegar hingga ke sudut ruangan. Aku menghampirinya dengan langkah gontai. "Apa kak?"
Semoga malam ini akan menjadi malam yang menyenangkan..
"Sarapan gih cepet," Suruhnya
sambil menambah satu centong nasi goreng bikinan Mbak Yun yang top
matkotop. Tapi untuk hari ini sepertinya aku tak berselera untuk mak--
Wait. Kak Natan bukan menambah satu centok nasi goreng saja, bahkan dua, tiga.
Stop!
Jangan bilang itu buat..
"Makan nih! Gue gak mau liat lo
kaya anak busung lapar gara-gara kekurusab nanti malem!" Disodorkannya
sebuah piring penuh dengan nasi goreng. Ini porsi besar! Bahkan lebih
besar dari pada porsi kuli!
"Kak! Yang ada aku bisa gendut!"
"Cepet makan, nanti siang kita ke salon."
"Kakak mau dandan rambut disalon?"
Sedetik kemudian Kak Natan tersedak dengan nasi goreng yang baru ia
telan, sepertinya nasi-nasi malang itu masuk ke saluran pernapasan Kak
Natan deh, hmm. Turut berduka.
"Adek gue kesambet apa coba? Elo yang mau didandanin keles!"
"Wuih, kakak jadi gaul gitu ngomongnya.." Ucapku polos.
"Udah deh Cat. Cepet makan. cepet mandi. cepet berangkat. cepet lo dijemput Emir. cepet pergi!" Katanya dengan galak.
Cepet ketemu Emir, cepet ngeliat doi, cepet melting, cepet degdegan,
cepet oksigenku habis jika berada disampingnya. Aaaah! Cukup. Itu lebih
dari cukup!
"Adek gue mulai gila. Senyum-senyum sama nasi goreng!" Katanya seraya meninggalkanku dimeja makan sendiri.
Iya apa? Hahaha. Sepertinya Emir berhasil membuatku gila dengan segala sikapnya terhadapku.
***
03:03 PM
C..?
Mobil ecosport milik Kak Natan tengah berjalan menuju rumah kami
setelah seharian aku dipaksa untuk 'Nyalon'. Selama disalon aku hanya
diam dan mengikuti apa perintah dari seorang wanita cantik yang
mendekorasi penampilanku malam ini. Oh ya, rambutku yang lurus ini telah
dibuat sedikit ikal, dan rambutku yang terletak diatas telinga diambil
sedikit untuk dikepang dengan cara waterfall, kata wanita itu. Dan
wajahku hanya dipoles sedikit bedak olehnya. Cantik sih, gak dewasa
banget, gak anak kecil juga. Pas pokonya. Tapi ini bukan aku banget..
"Kamu cantik banget Cat! Pasti
Emir bakal klepek-klepek sama kamuu!" Kata kak Natan dengan histeris
setelah kami keluar dari salon tersebut. Membuat pipiku terasa panas,
dan aku yakin mukaku sudah semerah tomat saat itu.
"Ayo putri, silahkan turun.." Ucap Kak Natan lembut.
Menyadarkanku kalau kami sudahsampai didepan our home sweet home. Aku
segera masuk ke kamar dan berkaca didepan kaca super besar dikamarku.
Ya, kaca yang besarnya dari ujung kaki hingga atap kamarku. Aku
memandangi bayanganku sendiri disana.
"Siapa perempuan itu? Cantik banget.." Ucapku tanpa sadar.
Oke, aku saja hampir tak mengenali diriku sendiri. Gimana ini? Aku
saja pangling dengan penampilanku sendiri, apa lagi Emir? Jangan-jangan
ia bahkan akan lupa dengan penampilanku yang asli? Gimana nanti kalau
diprom Emir kehilanganku dan dia lupa bagaimana rupaku saat itu?
Bagaimana kalau Emir mengatakan ini semua jelek dimatanya? Bagaimana
kalau dia malah gak suka dengan penampilanku ini? Bagaimana kalau...
OKE. FINE.
"Can you stop it Cat?" Suara itu terdengar dari balik pintu masuk kamarku. "You will kill yourself , dude."
Kak Natan menyadarkanku bahwa jemariku sudah mencengkram baju yang
tengahku kenakan. Oke. Ini konyol. Just keep calm and stay. Just it,
Cat.
***
17: 45
Seorang gadis dengan gaun biru
elegan berlebel Sherri Hill 21219, rambut ikal yang sedikit dikepang
secara waterfall dibagian atas dan menjulur kebawah hingga menutupi
hampir seluruh punggung gadis itu terlihat begitu cantik. Kakinya
dialasi sebuah sepatu berheels five centimeters. Tangan kirinya memegang
perspex clutch bening yang terlihat isinya hanya sebuah undangan prom
yang akan ia hadiri dan dompet berwarma biru yang selaras dengan
penampilannya. Sementara tangan kanannya gusar memencet layar
handphonenya dengan khawatir. Bagaimana tidak? Sejak tadi pagi pasangan
prom nightnya tidak membalas pesan bbm gadis cantik ini, bahkan pesan
itu tidak deliv.
"Sumpah ya! Emir ngilang kemana sih?!" Ucap Cat dengan keras diliving room rumahnya.
Tiba-tiba terdengar dentingan piano dari arah belakang dengan cukup
keras, oh bukan piano. Melainkan sebuah alunan musik dari home theater
miliknya. Beberapa saat kemudian suara perempuan pun terdengar indah
melengkapi alunan musik itu.
I'd like to say we gave it a try
I'd like to blame it all on life
Maybe we just weren't right, but that's a lie, that's a lie
And we can deny it as much as we want
But in time our feelings will show
'Cause sooner or later
We'll wonder why we gave up
The truth is everyone knows
Almost, almost is never enough
So close to being in love
If I would have known that you wanted me
The way I wanted you
Then maybe we wouldn't be two worlds apart
But right here in each other's arms
Ini lagu Almost is never enough, yang biasa dinyanyiin di resepsi mewah gitu kan ya? Benak Cat.
"Ya, silahkan bapak dan ibu menikmati hidangan yang sudah tersedia--"
Cat langsung memutar badannya dan mendapati Kak Natan berdiri didepan
pintu home theater sambil membawa mic. Dia menatapku sambil memasang
wajah berseri-seri. Cat membalasnya dengan tatapan paling horot yang aku
bisa.
"Sang mempelai wanita jangan cembetut gitu dong mukanya.. Jelek kalo difoto," Kata Kak Natan menambahkan.
"Kak, plis deh gak usah alay gitu!" Balas Cat yang membuat Kak Natan memeletkan lidahnya.
"Mempelai prianya pasti dateng kok.."
Shh. Cat mendesah dalam hati terhadap perlakuan kakaknya yang seperti pembawa acara dalam resepsi pernikahan.
Zrt. Zrt.
Cat membuka lock di handphonenya dan mendapatkan sebuah pesan singkat yang tidak diketahui nomernya.
Buka pintu rumahmu, Cat.
Apa? Siapa dia? Berani-berani menculik aku dirumah? Oh man, bagaimana
kalau dia sekomplotan pencuri kelas kakap yang siap mnghabisi seluruh
sumah ini? Tidak!! Aku dan Kak Natan tak akan membiarkannya!
TENG, TONG..
Bell berbunyi satu kali.
Bodoh! Mana mungkin pencuri akan mengetuk pintu sebelum masuk? Cat, sepertinya kamu harus memeriksakan dirimu dulu.
Cat berdiri dari sofa dan
membukakan pintu secara perlahan. Dilihatnya seorang laki-laki yang
membelakanginya, dengan baju hitam dan terdapat banyak sekali gambar
mushtache kecil-kecil berwarna biru yang terdapat dikemejanya yang
dimasukkan ke celana jeans hitam. Kakinya diselubungi sepatu hitam dan
terlapat lambang Vans disisi luarnya. Rambut laki-laki itu pendek
dibagian samping kiri dan kanan, tetapi sedikit panjang dibagian tengah
membentuk tipe rambut cepak.
"Hmmm..." Gumam Cat yang langsung membuat laki-laki itu berbalik menatap cat.
Mata mereka bertautan, tanpa kacamata jadul yang membingkai matanya.
Sehingga mata abu-abu itu bisa terlihat dengan jelas olehku. Membuat
perut Cat sedikit melilit.
"Hai.."
"Hai.."
Ucap mereka bersama-sama, membuat senyum dibibir laki-laki itu mengembang dan tambahkah ketampanannya dimata Cat.
"Kamu.."
"Kamu.."
Kata mereka bersama-sama, lagi. Cat berusaha manahan tawanya supaya
tidak pecah dan merusak suasana nantinya. Laki-laki itu memberikan tanda
supaya Cat berbicara terlebih dahulu. Dengan senyum yang tak bisa
dibendung lagi, ia menatap laki-laki itu dengan lekat.
"Kamu berubah, Mir. " Ucap Cat lirih ditengah kesunyian ini. Oh ya,
lagu Almost is never enough telah berganti menjadi lagu John Legend, All
Of Me.
"Kan aku udah janji mau berubah buat kamu, Cat." Ucapnya serius.
Membuat kupu-kupu yang ada diperut Cat mencoba untuk bergerak keluar.
Dan itu membuatnya harus menahan rasa melilit diperutnya. Inikah yang
dinamakan gugub? Bahkan lebih parah! Apakah rasa tak bernama itu datang
kembali? Ah! Sadar lah Cat!
"Ehem." Tiba-tiba suara yang
lumayan keras itu keluar dari loadspeaker home theaterku. "Sampai kapan
kalian mau disitu? Ini malam minggu, jangan sampai kalian datang waktu
makanan sudah habis!"
Cat menengok kebelakang dan diikuti getak kepala Emir yang menerawang ke dalam rumah.
Sip, kak natan menghancurkan suasana ini!
"Oke Kak!" Kata Emir dengan lantang.
Emir mengulurkan tangannya untuk Cat dan disambut dengan gerakan Cat
yang anggun. Jemari Emir menyelip diantara sela-sela jemari Cat yang
membuat rasa tak bernama itu masuk disetiap detak jantungnya.
"Kamu selalu cantik, tapi hari ini kamu sangat cantik.."
Deg.
Bisik Emir tepat ditelngaku saat kami berjalan memasuki sebuah Toyota
FT 1 hitam yang telah terparkir di jalan. Emir membukakan pintu untuk
Cat dan beberapa saat kemudian, mobil itu telah berpacu dengan
mobil-mobil lain di jalan bebas hambatan yang padat merayap.
Semoga malam ini akan menjadi malam yang menyenangkan..
***
Jangan Lupa comment ya guys! :) Isinya bisa tentang:
-Isi hati kamu
-Kritik/saran
-Pesan/kesan
-Atau yang lain juga boleh
Maaf jika terjadi salah kata ya:)
Thanks For Reading!
Min bagus banget, next ya :)
BalasHapusstylenya emir alay bgt kayaknya min astg........................................... hehehe
BalasHapusEMD! Tolong komen yaa gimana ceritanya, seru atau engga bosen atau gimana. Bisa kebayang Emirnya atau gimana gitu yaaa.. Admin pasti bakal lanjut secepatnya kok! :)
BalasHapusBagus minn! Lucu ceritanya, pokokny kereenn! Gak bisa diartikan dengan kata2 *eak
BalasHapusCritanya kerenn , cepet lanjutin dong min
BalasHapusaaaa lanjuttttttttttt minnnnnnn <3
BalasHapusBagus,cepet di lanjut ya min ,udah ga sabar nih;-)
BalasHapusMinnn suka bgttt!! Lanjut lahhh
BalasHapusLanjut dong,gasabar sumpah :3 <33
BalasHapusLanjutt dongg seru bgttt nihh
BalasHapusnextnya dong minnn gasabar ini nunggunyaa
BalasHapuslanjut dong minnnnn.. keren bgtt<3
BalasHapusLanjut min. Coba ini beneran wkwkwk
BalasHapus