"Fall in love is easy. But staying in love? That's the challenge."
Kata
orang masa-masa SMA itu
adalah masa paling menyenangkan seumur hidup. Tapi itu kata orang, bisa
subjektif kan? Menurutku masa SMA itu masa dimana kita mencari jati diri
setiap individu dan mengetahui hal-hal kecil yang dulu kita anggap tak
penting. Seperti perbedaan RAS dan Agama. Sekarang aku merasa disakiti
oleh dua hal tersebut. Dulu sekali, mungkin saat aku duduk disekolah
dasar teman-temanku selalu mengolok-olokan aku dengan kata cina lah,
sipit lah dan banyak lagi. Tapi menurutku itu tak masalah. Memang
kenyataannya seperti itu. Tidak bisa diubah bukan?
Seorang
anak perempuan kecil yang manis duduk dibangku paling depan. Ini adalah
hari pertamanya masuk ke sekolah dasar di Indonesia. Satu persatu anak
masuk dan duduk dibagian belakang kelas.
"Eh,
ada anak sipit baru tuh!" Kata seorang anak kecil yang menunjuk ke arah
anak perempuan manis tersebut. Semua mata anak-anak lain yang berada
dikelas menuju anak perempuan itu.
Ia
menoleh kesumber suara, anak itu hanya diam. Tiba-tiba seorang anak
laki-laki bermata sipit yang sama sepertinya duduk dikursi kosong
disebelah anak perempuan itu.
"Hallo! Kamu anak baru ya?" Tanya anak laki-laki itu.
Anak perempuan itu terlihat takut.
"Kamu
jangan takut.." Katanya, Ia mengangkat tangannya dan tersenyum manis
membuat dua lesung pipi yang indah muncul di pipinya. "Namaku Edgar,
nama kamu siapa?"
Anak perempuan ini membalas dengan senyum canggung. "Catharina"
"Catharina? Aku panggil kamu Cat boleh?"
Anak
perempuan itu mengangguk. Semenjak saat itu, kedua anak berpakaian
merah putih tersebut selalu bermain bersama. Semua selalu bersama, dari
pagi hingga siang hari dan berakhir pada bell pulang sekolah. Semua
terasa begitu cepat hingga suatu hari disaat kelulusan sekolah dasar
tersebut, Catharina yang tumbuh semakin cantik harus pindah sekolah ke
Chicago, USA. Dan hari-hari selanjutnya dilalui gadis itu tanpa sosok
Edgar yang selalu mengajari indahnya hidup jika kita memiliki teman.
Tapi saat ini.. Semua
berbeda. RAS dan agama tidak bisa menyatukan apa yang diinginkan
manusia. Seakarang aku bertanya-tanya, mengapa didunia ini harus ada
perbedaan ras, agama dan semua hal yang membedakan kita? Kenapa Tuhan tidak membuat satu RAS dan
satu agama saja? Supaya aku dan dia bisa bersama. Tidak seperti ini..
PAGI Hari ini adalah hari
pertama aku menginjakkan kaki seutuhnya sebagai seorang siswi SMA. Yeah.
Hari pertama itu adalah hari yang tak terlupakan, menurutku. Project ku
hari ini adalah mencari sebanyak-banyaknya teman!
Dengan seragam Putih abu-abu dan
sneakers keluaran Vans berwarna hitam aku memasuki tempat ruangan
bertuliskan XA1. Pandanganku menyebar keseluruh arah, tempat duduk
terlihat penuh kecuali satu tempat dibarisan terdepan. Persis disamping
seorang laki-laki berambut klimis yang disisir kebawah membuat suatu
poni yang.. Uh. Culun? Dan sebuah kacamata yang tipis membingkai
matanya.
Yasudahlah..
Aku melihatnya sekilas. "Aku duduk sini ya.."
Dia melirikku dan mengangguk singkat. Laki-laki itu larut dalam bacaannya. Aku mengendus kesal. Aku memang tak suka tipe-tipe orang ansos seperti ini. Disaat orang lain sibuk berbincang-bincang dan tertawa, dia hanya duduk dan tenggelam dalam kesibukannya sendiri.
"Hei. Namaku Catharina, kamu bisa manggil aku Cat.." Kataku sambil mengulurkan tangan.
Laki-laki itu melirikku lalu bertanya. "Kamu ngomong sama aku?"
Aku terperanga, ada saja orang seperti dia didunia ini.. Aku hanya ingin mengajak berkenalan. "Iya.."
"Aku Emir Mahira. Emir." Ucapnya seraya membalas jabatanganku. Dia menatap mataku sejenak dan kembali pada bukunya.
Sekilas aku melihat mata hitam yang dikelilingi warna abu-abu itu
terlihat apik dibalik lensa kacamatanya. Serta senyum kecil yang
terbentuk dipojok bibirnya. Aku yakin dia bisa friendly walaupun berawal
seperti ini.
"Kamu suka baca ya?" Tanyaku dan dijawab anggukan lagi.
"Baca apa?"
Hening sejenak.
"Buku"
"Iya buku. Tapi Buku apa.."
Hening...
TEEEET TEEEET...
Bell sekolah berbunyi diiringi oleh anak-anak yang mulai memasuki
ruangan kelas. Seorang bapak berkemeja merah maroon duduk dimeja guru.
Beberapa saat kemudian bapak itu memperkenalkan diri. "Saya Pak
Kirjo, saya akan mendampingi kalian selama satu tahun kedepan sebagai
walikelas dan guru fisika."
Semua anak ber-Oh ria. Sementara aku hanya mengangguk dan sesekali
memandangi laki-laki yang berada disampingku. Ia memandang lurus papan
tulis dihadapannya.
"Sistem belajar disekolah ini
adalah moving class. Mungkin agak sedikit berbeda dengan sekolah kalian
yang dulu." Kata Pak Kirjo melanjutkan. "Tapi untuk hari ini, moving
class tidak dilaksanakan."
Pikiranku sudah melayang kemana-mana. Moving class? Keren! Kaya udah
Kuliag gitu dong! Nanti bisa keliling sekolah gitu dalam satu hari? Wee!
Enak! Nanti papasan sama kelas lain, terus bisa duduk ganti-ganti yeyy!
"Jadi bapak harap, setidaknya sudah mengenal teman yang ada disamping kalian." Lanjut Pak Kirjo tiba-tiba.
Aku menoleh ke arah Emir. "Apa katanya?" Tanyaku berbisik.
Tapi dia malah memberikan isyarat untuk diam.
Huft.
***
Suasana kantin saat ini terlihat
sepi jika dibandingkan dengan kantin sekolahku waktu di JHS dulu.
Kantin yang kecil, pengap dan ya alakadarnya gitu. Berbanding terbalik
dengan sekolah ini, disini ada 2 kantin yang dibuat terpisah. Satu
kantin berada di depan pintu gerbang yang biasanya dihuni oleh anak
kelas sepuluh. Sementara kantin yang kedua berada dibelakang, katanya
kantin yang dibelakang itu lebih nyaman dibanding kantin yang ada
didepan. Tapi sayangnya kantin itu diisi oleh anak kelas sebelas dan dua
belas.
"Hey! Nama lo siapa?" kata seseorang perempuan yang tiba-tiba saja sudah duduk disampingku saat aku sendirian.
"Catharina, panggil aja Cat.." Kataku membalas jabat tangannya.
"Gue Fanya." Katanya singkat. Ia mengaduk-aduk sotonya dan mulai menyusup kuah soto.
Aku melihat mie rebus yang aku pesan dengan tidak berselera. Tapi sayang jika dibuang kan? Jadi aku mencoba untuk melahapnya.
"Lo anak baru ya?" Tanyanya.
"Loh bukan semuanya baru?"
"Gak semua. Mayoritas sih dari SMP diseberang sana.."
"Oh iya?" Kataku, sebenarnya itu bukan sebuah pertanyaan tetapi supaya terkesan
"Ya gini, disini masih ada gab-gab gitu antar angkatan. Seangkatan
juga banyak.." Tuturnya. "Ada gab anak cheers, ada gab cowok anak
basket. Biasanya dua gab itu cocok."
"Hmm..."
"Lo berniat masuk cheers?" Tanya Fanya dan menoleh kearahku.
Aku berpikir sejenak, meskipun aku sudah tau apa yang akan aku omongkan.
"Kayanya engga deh.." Kataku.
"Gue juga sih. Gue rencananya pengen ikut broadcester. Lo apa?"
"Hm.. Masih binggung antara basket sama photography."
"Cat!" Aku menoleh kearah teman ngomongku saat ini yang terlihat antusias. "Basket aja! Photography itu culun banget!"
Aku tertawa kecil. "Iya.. Nanti aku pertimbangin dulu ya.."
Setelah makanan kita habis, kita
langsung berjalan ke arah gedung sekolah dan kami berpisah di persimpangan, Fanya berjalan ke arah kiri untuk menuju gedung IPS sementara aku berjalan ke kanan enuju gedung IPA. Aku melihat
anak-anak yang berkumpul dipojok kelas--entah apa yang mereka lakukan.
Aku kembali duduk disamping laki-laki nerd ini. Ah.. Dia masih saja
sibuk membaca.
"Eh, kamu istirahat gak jajan?" Kataku yang tidak dibalas dengan respon darinya.
"Eh!" Tak ada balasan.
"Emir!" Dia baru bergerak sedikit dan melihat ke arahku sekilas.
"Bisa gak sih kamu itu peka? Gak ansos kaya gini! Gak enak tau
dikacangin kaya tadi!" Mulutku mulai berkomentar pedas. Ya mau gimana?
Udah berkali-kali ngomong sama dia.. Tapi gak ada responnya.
Emir menutup bukunya dan menghadapkan badannya kearahku. "Iya ada apa Cat?"
"Gak jadi." Kataku cepat. Aku memalingkan wajahku ke berlainan arah dengan Emir duduk. Sudah habis kesabaranku.
Teet.. Teet.. Teet..
Bell masuk.
Seperti tadi. Anak-anak masuk diiringi seorang guru yang telah duduk
dimeja guru tetapi Emir tidak menunjukan respon yang sungguh berarti.
Hah. Capek aku. Tapi gak bisa kan aku diemin dia terus? Kalo dia gak berubah terus tetep ansos gitu gimanaa? Arg!
Bell pulang pun sudah
dibunyikan. Aku segera menyampirkan tas Janspot ku di pundak. Disaat
anak-anak lain telah keluar dari kelas aku menunggu untuk giliranku. Aku
melirik ke arah Emir yang masih membereakan buku-bukunya.
"Nanti pulang naik apa?" Tanyaku, untung saja dia, peka.
"Sepeda."
"Sepeda motor kah?"
"Engga. Sepeda.." katanya.
"Are you sure?" Kataku hampir tak percaya.
"I'm very sure." Balasnya tenang
Hah? Masih ada orang dikota segede ini menggunakan sepeda untuk alat transportasi?
Kelas mulai sepi, aku menyalami guru dan keluar dari kelas dengan
langkah ringan. Emir berjalan beriringan disampingku. Kami menyusuri
lorong dengan santai, berbeda dengan teman-teman lain yang berlarian.
Aku mengikuti langkah Emir yang menuju parkir motor. Dia mengeluarkan
sebuah kunci dari saku celananya. Langkah kami berhenti didepan sebuah
sepeda gunung yang terlihat kuat. Aku hanya diam saat dia mulai membuka
kunci sepedanya. Kami kembali berjalan menuju gerbang sekolah yang
terlihat sedikit ramai.
"Kamu naik apa?" Tanya Emir untuk yang pertama kalinya.
"Nanti dijemput Pak Herman mungkin.."
"Supir?"
Aku mengangguk. Sebenarnya aku tak enak dengannya, aku pulang dijemput naik mobil. Sementara dia harus mengayuh sepedanya..
Beberapa saat kemudian sebuah
mobil ecosport keluaran Ford berwarna oranye persis berhenti didepan
kita. Kaca pintu mobil terbuka.
"Cat, ayo masuk!" Perintah dari dalam mobil. Sepertinya bukan Pak Herman yang jemput...
"Itu Kak Natan. Kakak ku." Kataku sabil menatap wajahnya. "Aku pulang dulu ya.."
Ia hanya menjawab dengan anggukan.
"Senang berkenalan denganmu, Emir.." Kataku dari dalam mobil dan melambaikan tangan dari jendela.
Mobil pun mulai berjalan dan aku menutup kaca pintu mobil. Terdengar
alunan music dari tape mobil yang aku tak memgerti. Kak Natan fokus pada
jalanan.
"Kok Kak Natan yang jemput?" Tanyaku.
"Iya kebetulan lagi lewat sini.." Balasnya tanpa memalingkan wajahnya
dari jalan raya. "Itu tadi siapa? Cowok yang disebelah lo?"
"Emir maksud kakak?" Petanyaanku dibalas dengan anggukan.
"Itu temen sebangku Cat tadi disekolah.."
"Oh.. Temen kan?"
Kini aku yang mengangguk.
Kini mobil telah terparkir di
garasi sebuah minimalis rumah bertingkat dua. Rumah ini baru aku tempati
sekitar sebulan yang lalu, semenjak aku pindah sekolah dan Kak Natan
yang ambil S2 dikampus dekat rumah baru ini.
Aku turun dari mobil dan melihat
Kak Natan yang membawa tas belanjaan menuju teras rumah. Kak Natan
menurutku adalah kakak yang ideal, selalu memerhatikanku dan
menganggapku sebagai adik sepenuhnya. Bahkan disaat Papa dan Mama sibuk
bekerja seperti sekarang, Kak Natan selalu ada untukku. Meskipun sudah
S2 tapi umurnya tak begitu jauh denganku. Ya jelas, dia anak aksel.
Sudah beberapa kali dia melakukan aksel dan mengambil banyak SKS saat S1
dulu, nilai IP nya saja sempurna. Jadi, aku rasa dia bukan kakak yang
pintar, tetapi Jenius.
"Cat! Ngapain benggong diluar, ayo masuk!" Katanya. Aku langsung tersadar dari lamunanku. "Bantuin gue bikin baked spaghetti!"
Aku tersenyum mendengar makanan
itu, ternyata Kak Natan masih inget aku suka Pasta! Aku berlari kecil
masuk kedalam rumah. "Tunggu kak! Aku ganti baju dulu!"
Dua jam setelah itu disaat
celemek yang melekat ditubuhku sudah kotor dan penuh oleh tepung, Baked
Spaghetti ku, maksudku aku dan Kak Natan matang dengan sempurna. Aku
mengeluarkan iphone dan mengajak Kak Natan selfie. Dia mengangguk dengan
senang hati.
FINISHED!
Kata itu keluar saat aku mengupload foto bersama Kak Natan dan Baked Spaghetti milik kami di instagram. Kami duduk diruang keluarga yang berseberangan dengan kolam renang yang hanya dibatasi dengan pintu kaya transparan. Sesendok demi sesendok aku
kunyah hingga pada sendokan terakhir Kak Natan memberikannya kepadaku.
Dia berdiri sambil mengambil piring kotor dan menaruhnya didapur
sementara aku mengecek instagramku yang sudah dilike puluhan orang. Ada
satu comment yang membuatku terdiam.
@eugefanya Cat! Itu siapa? Btw follback ya;;)
Jemariku menyusuri profil (+)eugefanya dari post foto terakhir hingga foto pertamanya.
51 weeks ago.
Comment: @eugefanya thanks for the awesome night VIIIAwesome. (8A)
Comment: @eugefanya thanks for the awesome night VIIIAwesome. (8A)
Fanya mengepost foto dirinya
dengan puluhan anak lain yang aku tebak itu foto perpisahan kelas
disuatu pantai. Kamu tahu apa? Terdapat foto anak laki-laki nerd
disana. Maksudku ada foto Emir disitu. Tapi, dia terlihat sangat
berbeda. Tak ada poni klimis. Tak ada kacamata. Yang ada hanya rambut
spike yang dibuat skinny, dan gigi yang berhias behel. Matanya
memancarkan sinar disana. Senyumnya.. Ah! Dia perfect.. The Old Emir is
Perf..
Back. Aku kembali pada foto yang baru beberapa menit aku post.
Comment:
"@eugefanya itu kakak aku:) fllwed. Fanya, ada skype?"
Comment:
"@eugefanya itu kakak aku:) fllwed. Fanya, ada skype?"
Notification from Instagram.
Aku langsung membuka aplikasi instagram dan membaca notif.
@eugefanya: Waaaa! Ganteng banget!! Ada cat : eugefanya :)
Tanpa membuang waktu aku
langsung membuka aplikasi skype dan sign in. Mengetik beberapa tombol di
kotak search dan beberaoa detik kemudian wajah Fanya sudah terdapat
dilayar handphoneku. Headset sudah ku pasang. Semua lancar.
"Fanyaaa!" kataku tak bisa menahan senang.
"Cat? Kenapa seneng gitu.. Hayo cat!"
"Hah? Gak kok..."
"Cat! Kakak mu ganteng bangeet! Kapan-kapan kenalin caaaat!"
"Iya Fan, eh aku mau nanya dong.."
"Tanya apa?"
"Cat? Kenapa seneng gitu.. Hayo cat!"
"Hah? Gak kok..."
"Cat! Kakak mu ganteng bangeet! Kapan-kapan kenalin caaaat!"
"Iya Fan, eh aku mau nanya dong.."
"Tanya apa?"
Wajahku berubah serius. Aku
binggung harus bertanya dari mana... Aku melihat kekiri dan kekanan, tak
ada siapapun yang sedang mengintai.
"Dulu kamu sekelas sama Emir ya?"
"Hah? Emir?" aku mengangguk. "Iya kita delapan A, kenapa emanngnya?"
"Kok dia beda ya sama sekarang..." Aku merasakan pipiku yang mulai menghangat mungkin pipiku sudah...
"Kenapa Cat? Pipimu merah..." Dia mendekatkan wajahnya kearah layar. "Oh! I got it. So.. You just fall'in in love with him ya?"
"Nopee! I just ask you fan.."
"I can see it Cat.." Katanya sambil tersenyum menggoda. "Emir itu dulu ganteng banget Cat, ya meskipun masih gantengan kakak mu sih.. Tapi setidaknya lebih ganteng dari pada sekarang.."
"Hm.. Kamu tau gak kenapa dia sekarang jadi culun gitu?"
"Engg..... Oh God.." Katanya mengantung
"Hah? What do you say Fan? I cant hear you"
Mata Fanya melotot saat ia melihat kearah layar, tangannya juga menunjuk-nunjuk ke arahku. Aku semakin binggung. Apa hubungannya dengan Emir?
"LOOK!!" Serunya membuatku menoleh kearah belakang. Ternyata Kak Natan sedang berjalan kearahku shirtless. Hah.Sudah biasa... Benakku."Hah? Emir?" aku mengangguk. "Iya kita delapan A, kenapa emanngnya?"
"Kok dia beda ya sama sekarang..." Aku merasakan pipiku yang mulai menghangat mungkin pipiku sudah...
"Kenapa Cat? Pipimu merah..." Dia mendekatkan wajahnya kearah layar. "Oh! I got it. So.. You just fall'in in love with him ya?"
"Nopee! I just ask you fan.."
"I can see it Cat.." Katanya sambil tersenyum menggoda. "Emir itu dulu ganteng banget Cat, ya meskipun masih gantengan kakak mu sih.. Tapi setidaknya lebih ganteng dari pada sekarang.."
"Hm.. Kamu tau gak kenapa dia sekarang jadi culun gitu?"
"Engg..... Oh God.." Katanya mengantung
"Hah? What do you say Fan? I cant hear you"
Mata Fanya melotot saat ia melihat kearah layar, tangannya juga menunjuk-nunjuk ke arahku. Aku semakin binggung. Apa hubungannya dengan Emir?
"Why?"
"Hes so damn cool!"
"Hes so damn cool!"
Sebuah ide terlintas diotakku.
Headset kini aku lepaskan menjauh dari kepalaku dan aku memanggil kak
natan untuk mendekat, membuat Fanya bertanya-tanya. Aku berbisik kepada
kak Natan. Beberapa saat kemudian kak natan melambaikan tangannya di
depan handphoneku dan berkata
"Hallo, Fanya! Aku Natan. Senang bisa kenalan sama kamu..." Sedetik kemudian membuat Fanya terdiam ditempatnya. Aku hanya bisa terkikik dan berterimakasih kepada Kak Natan dengan sebuah tepukan dilengannya.
"Jangan lupa bantuin gue bersihin dapur ya!" Kata kak natan sambil mengacak rambutku dan hilang ke arah pintu dapur.
Aku mengembalikan headphone ketelingaku. Melihat ekspresi Fanya yang masih mematung serta pipinya yang mulai kemerahan membuat tawaku tak bisa ditahan.
"Kenapa lo ketawa?"
"Yaiyalah.. Udah ya! Mau bantuin kak natan dulu.."
"Okey dude! Titip salam buat kakak mu yang paling charming!"
"Yaiyalah.. Udah ya! Mau bantuin kak natan dulu.."
"Okey dude! Titip salam buat kakak mu yang paling charming!"
Aku mengacungkan jempol lalu
menutup aplikasi skype. Hari ini memang tak ada duanya! Kataku dalam
hati lalu menyusul Kak Natan yang telah membersihkan hampir seluruh
dapur.
--
Bersambung~
Jangan Lupa comment ya guys! :) Isinya bisa tentang:
-Isi hati kamu
-Kritik/saran
-Pesan/kesan
-Atau yang ain juga boleh
Maaf jika terjadi salah kata ya:)
Thanks For Reading!
Yeaaayy haha lanjutin minnn omg!!!!!sekalian 2/3/4/5 parts atau lanjutin sample ending nya ajaaa omg
BalasHapusJudulnya bagus banget min! Quotesnya jleb, ceritanya asdfghjkl. Pokonya endingnya harus bagusss!!!!:D:*thanks minn
BalasHapusLanjut min. Ini kayanya beda dari els yang lainnya deeh. Hehe
BalasHapus