Jumat, Mei 10, 2013

Emir Love Story "Tak ada yang Tak Mungkin" Part 37



"Anak saya mana? Dia kenapa?! Kenapa bisa disini?!" Kata mama Gue. Bastian tiba-tiba berdiri dan nunjuk Emir "Semua gara-gara dia tante! Dia!" Emir cuma bisa meratap. "Bas udahlah. Damai napa lo pada. Bukan dia yang salah.." Kata Radit menenangkan.

"Dia didalem, tunggu disini aja tante.." lanjut Radit. Mama gue duduk disebelah emir. Mereka berdua tak berbicara. Mama gue nangis parah. Mereka hanya bisa berdoa. Satu persatu tementemen gue dateng. Dokter keluar. Tapi dia tak berkata sepatah katapun. Anak2 kelas mulai memenuhi lorong itu. Airmata bercucuran. Emir mulai menyapa mama gue. "Tante.." tapi mama gue tak bisa menjawab. "Tante, Maaf. Mungkin dia jadi seperti ini gara-gara Emir tante.. Emir ngaku salah. Maaf kalau Emir telat ngasih taunya.." bibir mama gue terbukapun tidak. Apalagi mengeluarkan suara. "Tante, sebenernya.. Dia sakit apa?" "Kamu tidak tau?! Dia kanker darah stadium akhir! Kanker darah belum ditemukan obatnya sampai detik ini! Apa yang kamu lakukan sekarang?! Hanya menangis dan tidak melakukan sesuatu?!" "Maaf tan.. Mungkin selama ini Emir memang salah menjaga dia." "Apa gue bilang! LO YANG SALAH!" Bentak Bastian. "iya! EMIR SALAH. puas lo Bas? Lo coba diposisi gue! Lo bakal ngapain coba! kalo udah kaya gini?! Apa Bas?!" Emir pergi dari hadapan orang banyak itu. Pergi ke parkiran. Dan dengan kecepatan tinggi melaju menuju rumah gue. Semua kekunci. Halaman depan kotor parah. Daun kering berserakan dimana2 tertiup angin. Dia manjat pager dan naik ke kamar gue. Sama seperti diluar kamar gue juga gak kalah berantakan. 

Emir hanya bisa duduk dan terdiam. Semua kenangan emir dg gue, secara tibatiba muncul satupersatu dikepala emir. Dari awal, waktu kita masih musuhan. Waktu Emir masih nindas gue. Waktu Emir nyelamatin gue dari kecelakaan2.

Waktu Emir ngajak gue ke liburan. Waktu gue harus ingkar janji sama emir. Waktu...

Emir kaget melihat ipod gue nyala2. Batre low. Dia nyari charger. Dibuka semua foto dan kenangan di ipod itu. Dari foto pake jersey bareng, foto di suatu pulau, foto di taman yang indah itu, sampai emir melihat suatu video yang sangat membuat emir down. Video waktu liburan kemarin. Awal mula, gue dari penderitaan gue. 

"EMIR! Kenapa lo harus ngajak dia kesitu waktu itu?! Lo. Lo.. Bener kata bastian. Lo gak pantes jadi pacar dia! Dan ko gak pantes ada disamping dia selama ini!" Kalimat-kalimat itu melintas dipikiran emir. Semakin lama dia ditempat itu. Semakin lama dia menyalahkan dirinya. Tak lama phone emir berbunyi. Tertulis Radit di screen. Dua kali emir mengabaikannya. Untuk yang ketiga ini dia mengangkatnya. 

"MIR! lo dimama?! Dia butuh lo sekarang!" terdengar ditelinga emir suara tangisan dari banyak orang. Tetap emir tak menjawab. "EMIR! Gue serius! Dokter udah nyerah mir! Dia mangil nama lo terus! Percaya sama gue! Gue gak akan pernah bohong sama lo!" "dit. Gue gak bisa kesana." "WOY! Buka mata lo mir! Buka hati lo!  Lo tega banget sama dia! SADAR MIR! Dia itu pacar lo mir!" "sekarang udah gak dit." "Gue mohon mir. Kasian gue ngeliat dia..." "Gak bisa sekarang dit! Gu...e.." emir berhenti berbicara. Dia mendengar suara sangat lembut dari telephonenya yang gak asing buat dia, berkata:"to..long pang..il e..mir.. ak...u bu...tuh di..a.. se..ka..rang.." Mendengar itu emir langsung pergi ke RS...

Kendaraannya melaju lima kali lebih cepat dibanding sebelumnya. Sesampainya disana, emir udah ditunggu sama semua orang. Dia langsung masuk ke ruangan gue yang tadi. Papa&mama gue sdh berkumpul. Radit, bastian, keke&virgin. Saat emir masuk, ia langsung ditarik Radit buat ada disamping gue.Tanpa rasa malu emir menyentuh pipi gue, sempet mama gue pengen narik emir. Tapi ditahan papa gue. "Kenapa kamu nyari aku?" kata emir lembut. "mir.." "iya kenapa?" "ini..semua..bukan..salah..kamu..." semua orang diruangan itu tak bisa berhenti menangis, termasuk emir. "i..ya.." jawabnya. Dengan susah payah gue mengucapkan katakata terakhir. "i love you..." dan akhirnya gue menutup mata. Emir hanya bisa memegang erat tangan gue. "I love u too. I'll miss u." Air mata gue sempat turun beberapa kali. Sampai akhirnya gue pergi untuk selama-lamanya. 

Esok hari, semua teman dan saudara gue berkumpul mengenakan pakaian hitam. Terlihat sekilas, mata mereka penuh dengan air mata. Emir berdiri paling belakang ditemani radit. "Mir.. Tabah ya.." radit merangkul emir. "Dia pasti akan inget lo dari sana.. Lo harus percaya itu" lanjutnya.
Setelah semua selesai, tersisa sahabat dan keluarga kecil gue. Emir mendekati kedua orang tua gue. Dengan rasa takut yang menyelimuti hatinya, emir memberikan secarik surat yang pernah gue titipin.
"Tante, om.. Ini.."
Perlahan mereka membacanya. 



Dear
Dad&Mom

So long ya..
Mungkin kalau mama atau papa membaca surat ini.. Adek udah gak ada
Makasih ya pa-ma.. Untuk semua kasih sayang yang udah papa mama kasih buat adek. Meskipun selama ini papa-mama jauh dari adek. Tapi adek tetap bisa merasakan hangatnya kasih sayang kalian.


Maaf ya ma-pa, aku gak bisa jadi anak yang baik. Maaf selama ini adek selalu bikin mama papa panik. Maaf selama ini adek selalu sakit-sakitan. Adek gak bisa seperti anak-anak lain. Yang bisa membanggakan, dan bisa membahagiakan kedua orang tua-nya. Sementara adek.. Harus keluar masuk RS terus. Dan ini pa.. Ini ma.. Ini puncaknya.

Ma-pa. Semua ini sudah jadi jalan hidup adek.. Yang diberikan Tuhan buat adek. Adek mohon, mama atau pun papa jangan menyalahkan seseorang yang selama ini selalu ngurus dan ada buat Adek.. Dia telah melakukan yang terbaik buat adek. Dia sudah menjadi pengganti kalian saat kalian tak ada disisi adek.

Adek akan selalu ada buat mama dan papa.

With the great love,
Your daughter.
 




Setelah membaca surat itu, mama gue memegangnya dengan erat. dan memeluk emir. Wajah emir berubah. Emir tak mengerti apa yang mama gue maksud, karena ia tak tahu isi surat itu. Mama gue menangis dipundak Emir. "Tante kenapa menangis?" "Emir, maaf.. selama ini tante salah." Emir binggung harus menjawab seperti apa. Papa emir menyaut. "Dek Emir, Trimakasih selama ini kamu sudah menjaga dia sampai detikdetik terakhir dalam hidupnya.." "i..iya om.. tante.. Emir juga mau minta maaf, kalau Emir salah." "Bukan, bukan kamu yang salah.. Kamu tak pantas menuduh dirimu sendiri.." Kata Mama gue. Beberapa jam kemudian, orang tua gue pergi meninggalkan tempat itu. 



^^^


Part lain? Click.

2 komentar:

  1. Udah ending min? :'O
    Kalo belom kapan endingnyaaa... Cepet min..! Kepo nih :

    BalasHapus