"Anak saya mana? Dia kenapa?! Kenapa bisa disini?!" Kata mama
Gue. Bastian tiba-tiba berdiri dan nunjuk Emir "Semua gara-gara dia tante!
Dia!" Emir cuma bisa meratap. "Bas udahlah. Damai napa lo pada. Bukan
dia yang salah.." Kata Radit menenangkan.
"Dia didalem,
tunggu disini aja tante.." lanjut Radit. Mama gue duduk disebelah emir.
Mereka berdua tak berbicara. Mama gue nangis parah. Mereka hanya bisa berdoa.
Satu persatu tementemen gue dateng. Dokter keluar. Tapi dia tak berkata
sepatah katapun. Anak2 kelas mulai memenuhi lorong itu. Airmata bercucuran.
Emir mulai menyapa mama gue. "Tante.." tapi mama gue tak bisa
menjawab. "Tante, Maaf. Mungkin dia jadi seperti ini gara-gara Emir
tante.. Emir ngaku salah. Maaf kalau Emir telat ngasih taunya.." bibir
mama gue terbukapun tidak. Apalagi mengeluarkan suara. "Tante,
sebenernya.. Dia sakit apa?" "Kamu tidak tau?! Dia kanker darah
stadium akhir! Kanker darah belum ditemukan obatnya sampai detik ini! Apa
yang kamu lakukan sekarang?! Hanya menangis dan tidak melakukan
sesuatu?!" "Maaf tan.. Mungkin selama ini Emir memang salah menjaga
dia." "Apa gue bilang! LO YANG SALAH!" Bentak Bastian.
"iya! EMIR SALAH. puas lo Bas? Lo coba diposisi gue! Lo bakal ngapain
coba! kalo udah kaya gini?! Apa Bas?!" Emir pergi dari hadapan orang
banyak itu. Pergi ke parkiran. Dan dengan kecepatan tinggi melaju menuju
rumah gue. Semua kekunci. Halaman depan kotor parah. Daun kering berserakan
dimana2 tertiup angin. Dia manjat pager dan naik ke kamar gue. Sama seperti
diluar kamar gue juga gak kalah berantakan.
Emir hanya bisa duduk dan terdiam. Semua kenangan emir dg gue, secara
tibatiba muncul satupersatu dikepala emir. Dari awal, waktu kita masih
musuhan. Waktu Emir masih nindas gue. Waktu Emir nyelamatin gue dari
kecelakaan2.
Waktu Emir ngajak gue ke liburan. Waktu gue harus ingkar
janji sama emir. Waktu...
Emir kaget melihat ipod gue nyala2. Batre low. Dia nyari charger. Dibuka
semua foto dan kenangan di ipod itu. Dari foto pake jersey bareng, foto di
suatu pulau, foto di taman yang indah itu, sampai emir melihat suatu video yang
sangat membuat emir down. Video waktu liburan kemarin. Awal mula, gue dari
penderitaan gue.
"EMIR! Kenapa lo harus ngajak dia kesitu waktu itu?! Lo. Lo.. Bener
kata bastian. Lo gak pantes jadi pacar dia! Dan ko gak pantes ada disamping
dia selama ini!" Kalimat-kalimat itu melintas dipikiran
emir. Semakin lama dia ditempat itu. Semakin lama dia menyalahkan
dirinya. Tak lama phone emir berbunyi. Tertulis Radit di screen. Dua kali
emir mengabaikannya. Untuk yang ketiga ini dia mengangkatnya.
"MIR! lo dimama?! Dia butuh lo sekarang!"
terdengar ditelinga emir suara tangisan dari banyak orang. Tetap emir tak
menjawab. "EMIR! Gue serius! Dokter udah nyerah mir! Dia mangil nama
lo terus! Percaya sama gue! Gue gak akan pernah bohong sama lo!"
"dit. Gue gak bisa kesana." "WOY! Buka mata lo mir! Buka
hati lo! Lo tega banget sama dia! SADAR MIR! Dia itu pacar lo
mir!" "sekarang udah gak dit." "Gue mohon mir. Kasian
gue ngeliat dia..." "Gak bisa sekarang dit! Gu...e.." emir
berhenti berbicara. Dia mendengar suara sangat lembut dari telephonenya
yang gak asing buat dia, berkata:"to..long pang..il e..mir.. ak...u
bu...tuh di..a.. se..ka..rang.." Mendengar itu emir langsung
pergi ke RS...
Kendaraannya melaju lima kali lebih cepat dibanding
sebelumnya. Sesampainya disana, emir udah ditunggu sama semua orang. Dia
langsung masuk ke ruangan gue yang tadi. Papa&mama gue sdh berkumpul.
Radit, bastian, keke&virgin. Saat emir masuk, ia langsung ditarik Radit
buat ada disamping gue.Tanpa rasa malu emir menyentuh pipi gue, sempet mama
gue pengen narik emir. Tapi ditahan papa gue. "Kenapa kamu nyari
aku?" kata emir lembut. "mir.." "iya
kenapa?" "ini..semua..bukan..salah..kamu..." semua
orang diruangan itu tak bisa berhenti menangis, termasuk emir.
"i..ya.." jawabnya. Dengan susah payah gue mengucapkan katakata
terakhir. "i love you..." dan akhirnya gue menutup
mata. Emir hanya bisa memegang erat tangan gue. "I love u too. I'll
miss u." Air mata gue sempat turun beberapa kali. Sampai akhirnya
gue pergi untuk selama-lamanya.
Esok hari, semua teman dan saudara gue berkumpul mengenakan pakaian hitam.
Terlihat sekilas, mata mereka penuh dengan air mata. Emir berdiri paling
belakang ditemani radit. "Mir.. Tabah ya.." radit merangkul emir.
"Dia pasti akan inget lo dari sana.. Lo harus percaya itu"
lanjutnya.
Setelah semua selesai, tersisa sahabat dan keluarga kecil gue. Emir
mendekati kedua orang tua gue. Dengan rasa takut yang menyelimuti hatinya,
emir memberikan secarik surat yang pernah gue titipin.
"Tante, om.. Ini.."
Perlahan mereka membacanya.
|
|
Dear Dad&Mom
So long ya.. Mungkin kalau mama atau papa membaca surat ini.. Adek udah gak ada Makasih ya pa-ma.. Untuk semua kasih sayang yang udah papa mama kasih buat adek. Meskipun selama ini papa-mama jauh dari adek. Tapi adek tetap bisa merasakan hangatnya kasih sayang kalian.
Maaf ya ma-pa, aku gak bisa jadi anak yang baik. Maaf selama ini adek selalu bikin mama papa panik. Maaf selama ini adek selalu sakit-sakitan. Adek gak bisa seperti anak-anak lain. Yang bisa membanggakan, dan bisa membahagiakan kedua orang tua-nya. Sementara adek.. Harus keluar masuk RS terus. Dan ini pa.. Ini ma.. Ini puncaknya.
Ma-pa. Semua ini sudah jadi jalan hidup adek.. Yang diberikan Tuhan buat adek. Adek mohon, mama atau pun papa jangan menyalahkan seseorang yang selama ini selalu ngurus dan ada buat Adek.. Dia telah melakukan yang terbaik buat adek. Dia sudah menjadi pengganti kalian saat kalian tak ada disisi adek.
Adek akan selalu ada buat mama dan papa.
With the great love, Your daughter.
Setelah membaca surat itu, mama gue memegangnya dengan erat. dan memeluk
emir. Wajah emir berubah. Emir tak mengerti apa yang mama gue maksud, karena ia
tak tahu isi surat itu. Mama gue menangis dipundak Emir. "Tante kenapa
menangis?" "Emir, maaf.. selama ini tante salah." Emir binggung
harus menjawab seperti apa. Papa emir menyaut. "Dek Emir, Trimakasih
selama ini kamu sudah menjaga dia sampai detikdetik terakhir dalam
hidupnya.." "i..iya om.. tante.. Emir juga mau minta maaf, kalau Emir
salah." "Bukan, bukan kamu yang salah.. Kamu tak pantas menuduh
dirimu sendiri.." Kata Mama gue. Beberapa jam kemudian, orang tua gue
pergi meninggalkan tempat itu.
^^^
Part lain? Click.
|
|
|
Udah ending min? :'O
BalasHapusKalo belom kapan endingnyaaa... Cepet min..! Kepo nih :
dikit lagi selesai ... ;)
Hapus